Wah, PSSI Malaysia Dikritik Gara-Gara Mau Naturalisasi 7 Pemain Bola

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Kritikus olahraga Sadek Mustaffa mengkritik langkah naturalisasi pemain yang dilakukan oleh Federasi Sepak Bola Malaysia. Ia mengatakan bahwa sepak bola Malaysia mulai melupakan akarnya di tengah apa yang disebut "revolusi tim nasional."

Putera Mahkota Johor Tunku Ismail Sultan Ibrahim mengungkapkan bahwa Harimau Malaya akan diperkuat dengan masuknya tujuh pemain kelahiran Malaysia yang saat ini bermarkas di luar negeri.

Sejauh ini, tim nasional telah menggunakan delapan pemain kelahiran luar negeri, yaitu Mohamadou Sumareh, Liridon Krasniqi, Guilherme de Paula, Sergio Aguero, Lee Tuck, Endrick Dos Santos, Paulo Josue, dan Hector Hevel.

Sadek berpendapat bahwa proyek naturalisasi, yang awalnya bertujuan sebagai strategi jangka pendek, kini tampaknya menjadi prioritas. Di sisi lain ia berpendapat upaya untuk mengembangkan bakat muda telah dikesampingkan.

Ia menyoroti keputusan Liga Sepak Bola Malaysia (MFL) untuk membatalkan Piala MFL U-23 untuk musim 2026 sebagai tanda yang mengkhawatirkan bahwa sepak bola Malaysia mengabaikan pengembangan pemain muda.

"FA Malaysia (FAM) menyatakan bahwa naturalisasi adalah inisiatif jangka pendek dan mereka akan fokus pada peningkatan pengembangan pemain untuk menghasilkan bakat berkualitas bagi tim nasional. Namun, yang kami lihat hanyalah ketergantungan yang berlebihan pada naturalisasi," kata Sadek seperti dikutip dari New Strait Times, Selasa (2/4/2025).

"Klub-klub M-League ingin membatalkan Piala MFL. Jadi di mana inisiatif untuk meningkatkan program pengembangan? Apa yang sebenarnya terjadi dengan peta jalan F:30 FAM, yang memprioritaskan pengembangan pemain muda?," sambungnya.

Sadek menilai FAM telah melupakan perannya dalam mengembangkan pemain dan malah fokus pada naturalisasi pemain sepak bola. Mungkin FAM harus pindah dari Kelana Jaya dan bermarkas di luar negeri karena perhatian utamanya tampaknya adalah mencari pemain asing untuk mewakili Malaysia.

"Kondisi sepak bola Malaysia saat ini mengkhawatirkan. Pemain muda mungkin merasa bahwa mereka memiliki sedikit peluang untuk masuk ke tim nasional," ucapnya

Sadek juga menyesalkan kurangnya pengakuan untuk mendiang Rahim Abdullah, legenda skuad Olimpiade Munich 1972 Malaysia dan mantan pelatih tim nasional.

"Kita pernah berkompetisi di Olimpiade Munich 1972 dengan pemain lokal, dan saat itu, kita bisa menyamai negara lain. Namun, kita gagal menghormati legenda kita, bahkan sampai mati," ucap Sadek

"Jika kita terus mengabaikan warisan sepak bola kita dan terlalu fokus pada naturalisasi pemain asing, kita berisiko kehilangan identitas Malaysia kita," lanjutnya.

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |