Warga Kabupaten Ini "Kecanduan" Micin

3 days ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia- Micin atau penyedap rasa masih menjadi bagian tak terpisahkan dari masakan rumah tangga di Indonesia. Namun, tren konsumsi micin secara nasional mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa konsumsi micin per kapita dalam seminggu di Indonesia mengalami fluktuasi.

Pada 2020, konsumsi mencapai 3.6 Ton kemudian naik signifikan ke 4 Ton pada 2021. Namun, tren ini mulai berbalik dengan penurunan menjadi 3.9 Ton di 2023 dan 2024.

Meskipun terjadi penurunan konsumsi secara nasional, beberapa daerah masih mencatat angka konsumsi micin yang sangat tinggi.

Kabupaten Puncak di Papua menempati posisi pertama dengan konsumsi mencapai 46.135 gram per kapita per minggu, jauh di atas daerah lainnya. Disusul oleh Kabupaten Deiyai (28.562 gram), Paniai (23.109 gram), dan Intan Jaya (22.633 gram), yang juga berada di Papua.

Sementara itu, daerah lain dengan konsumsi tinggi adalah Kepulauan Yapen (17.059 gram), Lanny Jaya (17.804 gram), Lombok Tengah (16.805 gram), dan Mahakam Ulu (15.741 gram). Kabupaten Empat Lawang di Sumatra Selatan juga masuk dalam daftar dengan konsumsi 15.271 gram per kapita per minggu.

Konsumsi micin yang tinggi di Papua dapat dikaitkan dengan berbagai faktor. Salah satunya adalah karakteristik masakan lokal yang cenderung menggunakan bumbu sederhana namun kaya rasa. Penyedap rasa sering digunakan untuk meningkatkan cita rasa makanan sehari-hari yang berbasis sagu, ubi, dan ikan.

Selain itu, akses terhadap bahan makanan segar dan bumbu alami di beberapa daerah terpencil Papua lebih terbatas dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Hal ini membuat micin menjadi solusi praktis untuk memperkaya rasa makanan dengan harga yang relatif terjangkau.

Sementara itu tren penurunan konsumsi micin secara nasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pola makan sehat menjadi salah satu alasan utama. Banyak konsumen mulai mengurangi konsumsi penyedap rasa buatan dan beralih ke alternatif alami seperti kaldu jamur atau bumbu rempah.

Selain itu, tren makanan sehat yang berkembang di media sosial juga ikut berkontribusi terhadap pergeseran pola konsumsi ini. Kampanye untuk mengurangi asupan MSG dalam makanan semakin gencar, membuat sebagian masyarakat lebih selektif dalam menggunakan micin dalam masakan mereka.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |