8 Miliarder Teknologi Babak Belur di 2025 usai Boncos Rp4.333 Triliun

4 hours ago 2

loading...

Delapan miliarder teknologi menerima hantaman keras pada awal tahun 2025, usai kekayaan kolektifnya boncos hingga USD266 miliar atau setara Rp4.333 triliun. Foto/Dok

JAKARTA - Delapan miliarder teknologi menerima hantaman keras pada awal tahun 2025, usai kekayaan kolektifnya boncos hingga USD266 miliar atau setara Rp4.333 triliun (dengan kurs Rp16.289 per USD). Penyebabnya lantaran kebijakan tarif Presiden Donald Trump terus membuat banyak investor ketakutan.

Kekayaan delapan taipan teknologi menyusut sekitar USD266 miliar tahun ini, dimana angka tersebut melebihi nilai pasar sebagian besar perusahaan terbesar di Amerika termasuk Salesforce, McDonald's, dan Wells Fargo.

CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk memimpin daftar sebagai miliarder yang menderita kerugian terbesar, menurut Bloomberg Billionaires Index. Kekayaan Musk tergerus hingga 30% dalam 10 minggu terakhir usai saham Tesla anjlok hingga 45% pada periode tersebut.

Musk diperkirakan harus merelakan duitnya mencapai sekitar USD132 miliar. Selanjutnya Jeff Bezos dari Amazon, Larry Ellison dari Oracle, Michael Dell dari Dell Technologies, dan Jensen Huang dari Nvidia masing-masing telah melihat kekayaan mereka berkurang lebih dari USD20 miliar seiring kejatuhan harga saham perusahaan.

Pergerakan saham Amazon dan Oracle sama-sama turun sekitar 11%, sedangkan Dell dan Nvidia merosot pada kisaran 20%. Melengkapi grup ini adalah salah satu pendiri Alphabet, Larry Page dan Sergey Brin, dimana masing-masing hartanya turun sekitar USD18 miliar dan USD17 miliar pada tahun ini.

Semua itu usai saham perusahaan induk Google mengalami kejatuhan hingga 12%. Sedangkan kekayaan Steve Ballmer terpangkas sekitar USD13 miliar setelah saham Microsoft ambles 10%.

Kekayaan bersih delapan raksasa teknologi secara kolektif turun sebesar USD64 miliar, hanya dalam satu hari saja yakni Senin kemarin karena Nasdaq Composite turun 4%, untuk menjadi kerugian satu hari tertajam sejak 2022.

Seperti dilansir Bussines Insider, aksi jual dipicu oleh Trump yang memperingatkan akan ada "periode transisi" untuk ekonomi AS dalam wawancara Fox News pada hari Minggu.

Presiden tidak mengesampingkan, kemungkinan munculnya resesi Amerika. Dia menekankan, fokusnya adalah pada memperkuat Amerika dan mencapai kemakmuran jangka panjang: "Anda tidak bisa benar-benar mengawasi pasar saham."

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |