Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump berencana menerapkan kebijakan tarif baru bagi negara-negara yang memiliki surplus perdagangan tinggi dengan AS. Indonesia pun disebut-sebut berpotensi terkena dampaknya, meskipun sejauh ini statusnya masih aman.
Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso menegaskan bahwa pemerintah saat ini tengah mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebijakan tarif yang dilakukan oleh Trump.
"Pertama kita antisipasi dulu kebijakan Trump ini yang kebijakan mengenai tarif dan reciprocal plan, kita lagi antisipasi apa sih langkah-langkah yang harus kita lakukan. Kita lagi mencoba, jangan sampai nanti kita kena dampaknya. Jadi sedang kita antisipasi pasar kita," ujar Budi saat ditemui di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (18/3/2025).
Budi pun menyampaikan, Indonesia tercatat sebagai negara penyumbang defisit perdagangan ke-15 bagi AS. Berdasarkan data yang dihimpunnya, surplus perdagangan Indonesia terhadap AS mencapai US$14,3 miliar.
"Jadi ekspor kita besar, impor kita enggak terlalu besar dari AS, kita jaga dulu. Yang penting dalam waktu dekat ini gimana supaya akses pasar kita ke sana aman, tetapi akses AS ke sini jangan diganggu, karena kita terlalu besar ekspor ke sananya," jelas Budi.
Meski demikian, dia masih belum bisa memastikan apakah Indonesia benar-benar akan dikenakan tarif tambahan oleh AS. "Mudah-mudahan enggak. (Sekarang masih) belum bisa tahu, jadi Amerika ini lagi ngeliat-ngeliat yang defisit terbesar di mana. Kita kan nomor 15, termasuk gede. Sementara masih aman, kita tunggu rencananya kan tanggal 2 April mau diumumin," sebutnya.
Foto: Presiden AS Donald Trump menggungah sebuah video yang tampaknya dibuat oleh AI tentang visinya untuk Jalur Gaza yang sedang berjuang. (Instagram/@realdonaldtrump)
Presiden AS Donald Trump menggungah sebuah video yang tampaknya dibuat oleh AI tentang visinya untuk Jalur Gaza yang sedang berjuang. (Instagram/@realdonaldtrump)
Sejalan untuk mengamankan pasar ekspor Indonesia, Budi menyebut pemerintah terus berupaya menjaga hubungan perdagangan yang baik dengan AS, supaya tetap stabil.
"Makanya kita harus jaga terus hubungan perdagangan kita supaya aman, tapi pasar Amerika di sini juga aman," ucap dia.
Sebelumnya, dalam Konferensi Pers APBN KITA, Kamis (13/3/2025), Sri Mulyani menyebut kebijakan Trump yang mendasari pengenaan tarif perdagangan tambahan untuk barang-barang ekspor dari negara partnernya ialah negara-negara yang mengalami surplus perdagangan dengan AS.
Maka, China menjadi target utama Trump karena surplus perdagangannya mencapai US$319,1 miliar pada 2024, lalu Meksiko US$175,9 miliar, dan Vietnam US$129,4 miliar.
Indonesia pun menurutnya masuk ke dalam kategori yang bisa dikenakan tarif tambahan oleh Trump, karena surplus perdagangan Indonesia ke AS urutan ke-15, yakni senilai US$19,3 miliar.
Namun demikian, berdasarkan data census.gov untuk periode Januari 2025, Indonesia tidak masuk ke dalam 15 negara yang mengalami surplus perdagangan dengan AS, karena surplusnya baru sebesar US$1,815 juta.
(wur)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Dunia Pusing Akibat Kebijakan Tarif Trump, Indonesia Kena?
Next Article Trump Terpilih Jadi Presiden AS, Begini Reaksi Prabowo