AS Vs China Makin Panas, 'Perang' Kini Pecah di Iran

1 week ago 10

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) pimpinan Presiden Donald Trump memberlakukan sanksi pada terminal penyimpanan minyak mentah China, Kamis (10/4/2025). Hal ini terjadi saat hubungan dagang kedua negara berada dalam titik yang panas.

Mengutip Reuters, AS memberlakukan sanksi pada Guangsha Zhoushan Energy Group Co, LTD yang katanya mengoperasikan terminal minyak mentah dan produk minyak bumi di Pulau Huangzeshan di Zhoushan, China. Hal ini dilakukan karena terminal tersebut merupakan jaringan perdagangan minyak Iran, yang telah terkena sanksi sebelumnya.

Secara rinci, otoritas AS mengatakan terminal tersebut telah memperoleh minyak mentah Iran setidaknya sembilan kali antara tahun 2021 dan 2025, termasuk dari kapal-kapal yang dikenai sanksi AS. Secara total, terminal itu telah mengimpor sedikitnya 13 juta barel minyak mentah Iran.

"Terminal tersebut secara sadar terlibat dengan minyak dari Iran, dan terhubung langsung melalui Pipa Minyak Bawah Laut Huangzeshan-Yushan ke kilang independen yang dikenal sebagai pabrik 'teko'," kata Departemen Luar Negeri AS.

Hal ini sendiri dilakukan saat Trump terus mendorong sanksi yang berat terhadap Iran untuk mencegahnya memperoleh senjata nuklir. Di sisi lain, Teheran mengatakan program nuklirnya adalah untuk tujuan sipil.

Sementara itu, sanksi ini dijatuhkan juga saat AS dan China terlibat perang tarif yang memanas. Diketahui, Washington saat ini menjatuhkan tarif hingga 125% terhadap barang China, sementara China juga melakukan sebaliknya dengan tarif 84%.

China, importir minyak Iran terbesar, tidak mengakui sanksi AS. China dan Iran telah membangun sistem perdagangan yang sebagian besar menggunakan yuan China dan jaringan perantara, menghindari dolar dan paparan regulator AS.

Selain kilang China, Departemen Keuangan AS juga menunjuk warga negara India yang berdomisili di Uni Emirat Arab (UEA) Jugwinder Singh Brar, yang memiliki perusahaan pelayaran dengan armada hampir 30 kapal.

"Kapal-kapal Brar terlibat dalam transfer minyak Iran dari kapal ke kapal (STS) berisiko tinggi di perairan lepas pantai Irak, Iran, UEA, dan Teluk Oman," kata departemen itu dalam sebuah pernyataan.

Sanksi tersebut juga menargetkan dua entitas yang berbasis di UEA dan dua entitas yang berbasis di India yang memiliki dan mengoperasikan kapal Brar yang telah mengangkut minyak Iran atas nama Perusahaan Minyak Nasional Iran dan militer Iran.

"Rezim Iran bergantung pada jaringan pengirim dan pialang yang tidak bermoral seperti Brar dan perusahaannya untuk memungkinkan penjualan minyaknya dan membiayai kegiatannya yang tidak stabil," tambah Bessent.

Tak Masuk Akal

Mitra di firma hukum Hughes Hubbard & Reed dan mantan penyelidik sanksi Departemen Keuangan, Jeremy Paner, menyebutkan keputusan ini sebagai sesuatu yang tidak masuk logika. Pasalnya, biasanya Washington menunda sanksi baru sebelum negosiasi yang rumit dengan musuh seperti Iran, dan juga rival terbesarnya, China.

Paner mengatakan target China kemungkinan akan terkena dampak sanksi, tetapi sanksi hari Kamis secara keseluruhan tidak akan mencekik perdagangan minyak Iran.

"Jika Anda akan menunjukkan kepada mereka bahwa Anda benar-benar serius, Anda akan menargetkan bank (China) atau klub P&I, atau kelompok asuransi perlindungan dan ganti rugi yang menyediakan layanan untuk kapal tanker minyak," kata Paner.


(tps)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Detik-Detik Jet Tempur AS Gempur Pemberontak Houthi

Next Article Pemimpin Tertinggi Iran Enggan Berunding dengan AS: "Tak Cerdas"

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |