Banjir Impor Pakaian Anak-Anak, Produsen Lokal 'Menangis'

7 hours ago 4

Jakarta CNBC Indonesia - Pabrikan pakaian bayi dalam negeri tidak mendapatkan pesanan dari pasar lokal, termasuk pasar-pasar besar seperti Mangga Dua, Jakarta. Hal ini karena industri lokal kalah saing, para pedagang lebih memilih untuk menjual barang impor.

"Udah nggak dapat pesanan dari Tanah Abang, Mangga Dua, Cipulir. Yang di daerah itu udah berkurang banget. Malah Tanah Abang nggak ada sama sekali," kata Pembina Pengurus Perkumpulan Pengusaha Pakaian dan Perlengkapan Bayi Indonesia (P4B) Roedy Irawan kepada CNBC Indonesia, Jumat (25/4/2025).

Kondisi ini sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir, utamanya setelah adanya impor masif dari China yang masuk ke dalam negeri.

"Karena kita kan waktu itu kan berubah dari order ke post order. Nah itu makin parah dari 2018 sampai sekarang. Jadi banjirnya itu bukan hanya di Mangga Dua. Di online pun banjir. Dan sekarang importirnya belum ketangkap, itu yang jadi masalah. Kalau yang di online itu kan dia beli dari impor," kata Rudi.

Pemerintah seharusnya bisa mengendalikan impor yang besar saat ini, pasalnya saat ini pabrik dalam negeri sudah mengurangi produksi karena masih banyak stok barang yang tersedia di pasaran.

"Ya justru itu udah emang nggak terkendali. Impor baju bayi itu sejak 2018 sampai ke sini. Jadi itu udah kita teriak. Dan impor sama sekali nggak terdeteksi," sebut

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ian Syarif melihat ada faktor masifnya pameran pakaian bayi impor di Indonesia. Ia mendapati pengusaha dari China langsung jual dengan sistem door-to-door harga per kilo gram.

"Kalau nggak salah harganya US$ 25 sampai US$ 30 per kilo. Jadi kalau dibagi satu kilo itu ada sekitar 10 baju. Berarti satu baju US$. Makanya kalau dijual Rp 35.000/pcs sebenarnya pedagangnya udah untung gede," sebut Ian.

Padahal ketentuan label bahasa Indonesia sudah ada di Permendag, sedangkan di pasaran marak ditemukan label bahasa kanzi. Sedangkan di negara lain pun peraturan masuknya barang impor sangat ketat.

"Hanya di sini aja nggak tahu kenapa di negara impor barang begitu banyak kan. Dan itu bakal pengaruh ke industri lokal dan dimana kompleksitas supply chain industri dalam negeri itu kan dari hulu ke hilir. Jadi ada penjahit, garment, ada pabrik, tekstil, ada kain, ada produsen benang. Nah ini kalau terdistruksi di ujung atau di tengah ada kebijakan supply demand yang tidak pas," sebut Ian.


(hoi/hoi)

Saksikan video di bawah ini:

Video: 92% Aduan Konsumen Mayoritas Soal e-Commerce, Apa Masalahnya?

Next Article Ya Ampun! Duit Orang Kelas Menengah RI Menipis-Pilih Beli Barang Murah

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |