Jakarta, CNBC Indonesia - China terus mengintensifkan kehadirannya di wilayah Asia Tenggara. Salah satu cara yang ditempuh Beijing untuk memperkuat presensinya adalah dengan memberikan kredit bagi negara-negara di wilayah ini untuk pembangunan daerahnya.
Salah satu bukti pembangunan ini adalah kota Sihanoukville di Kamboja. Dulunya merupakan desa nelayan yang sepi, investasi besar China telah mengubah kota itu menjadi resor perjudian.
Dalam laporan AFP, nampak papan nama berbahasa Mandarin di seluruh sudut kota. Nampak juga banyak warga China yang datang untuk berjudi dan berinvestasi di kota Selatan Kamboja tersebut.
"Sihanoukville berubah dari tahun ke tahun. Tahun ini saya kembali dan itu sepenuhnya adalah kota China. Ada begitu banyak orang China," kata Xiaofan, seorang turis China yang mengunjungi temannya yang memulai bisnis di kota itu.
Perjudian umumnya ilegal di China Daratan. Maka itu, Sihanoukville adalah salah satu dari banyak pusat di daerah sekitarnya yang telah tumbuh untuk menarik pengunjung China dan memuaskan rasa lapar mereka terhadap praktik yang memicu adrenalin itu.
Kegiatan ini pun telah menggenjot perekonomian di Sihanoukville. Menurut pemerintahan provinsi Preah Sihanouk, daerah tersebut membanggakan PDB per kapita sebesar US$ 4.000 (Rp 67 juta), sekitar dua kali lipat rata-rata Kamboja, yang sebagian besar didorong oleh pusat manufaktur yang dikelola China.
"Zona Ekonomi Khusus Sihanoukville adalah simbol hubungan Kamboja-China. Bagi saya, terserah (pihak lain menilai apa), lihat saja Makau, lihat saja Las Vegas," kata Wakil Gubernur Preah Sihanouk, Long Dimanche.
Sementara itu, Phnom Penh juga merupakan salah satu pendukung Beijing yang paling dapat diandalkan di Asia. Hal ini juga mendorong kunjungan Presiden China Xi Jinping ke negara itu pekan ini.
Bulan ini, pangkalan angkatan laut yang direnovasi oleh China diresmikan di dekatnya, yang menurut Phnom Penh tidak akan digunakan "secara eksklusif" oleh Beijing. Namun pada faktanya, ada dua kapal perang China telah berlabuh sejak Desember 2023 ke
Meski begitu, Kamboja juga secara teratur menghalangi upaya dalam kelompok regional Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk bertindak atas pembangunan pulau dan ketegasan teritorial Beijing di Laut China Selatan.
Jebakan Utang China?
Pembangunan Sihanoukville dengan dana dari China rupanya masih menjadi salah satu momok yang dimiliki negara itu. Menurut IMF, lebih dari sepertiga dari utang luar negeri Kamboja senilai US$ 11 miliar (Rp 185 triliun) adalah utang ke China.
Secara kondisi, banyak proyek yang didanai Beijing berkinerja kurang baik di Kamboja. Jalan tol senilai US$ 2 miliar (Rp 33 triliun) yang menghubungkan Sihanoukville dengan ibu kota Phnom Penh dibangun dengan dana China dan dibuka pada tahun 2022. Tetapi dengan tarif tol minimum US$ 15 (Rp 252 ribu), jalan tol ganda itu umumnya kosong.
Selain itu, ada juga sejumlah proyek seperti Bandara Siem Reap, yang dekat situs warisan UNESCO Angkor Wat, serta proposal kanal sepanjang 180 kilometer (110 mil) yang menghubungkan Sungai Mekong dengan Teluk Thailand.
"Beberapa proyek terlalu besar, terlalu cepat, dan tidak ada permintaan organik untuk proyek-proyek tersebut," kata presiden lembaga pemikir Kamboja Future Forum, Ou Virak.
Profesor madya di Arizona State University, Sophal Ear, juga mengamini hal ini. Menurutnya, investasi strategis Beijing ini menegaskan kepentingan jangka panjang China dalam mengamankan pengaruh di kawasan Asia Tenggara.
"Dengan ekonomi Kamboja yang sangat bergantung pada modal China, kekhawatiran atas keberlanjutan utang, ketergantungan ekonomi yang berlebihan, dan risiko kedaulatan tetap ada," tuturnya.
(tps)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Xi Jinping Bertemu Para CEO Global, Bahas Soal Tarif?
Next Article Xi Jinping Ogah Hadiri Pelantikan Trump, Ini Alasannya