China vs Amerika Mulai Mesra: Yen Pukul Mundur Dolar AS, Rupiah Diam

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak variatif pada hari ini, Kamis (24/4/2025).

Dilansir dari Refinitiv, per pukul 14:49 WIB, yen Jepang menjadi salah satu mata uang terkuat di Asia dengan apresiasi sebesar 0,54%, kemudian diikuti oleh baht Thailand yang menguat 0,3%, dan dolar Brunei yang naik 0,19%.

Namun berbeda halnya dengan won Korea Selatan yang tertekan 0,55%, rupee India yang terdepresiasi 0,17%, serta yuan China yang melemah 0,12%.

Sementara indeks dolar AS (DXY) terpantau melemah 0,35% ke angka 99,49.

Mata uang rupiah nyaris tidak bergerak dan melemah sangat tipis 0,03%

Sebelumnya DXY sempat melonjak lebih dari 1%, didukung oleh harapan akan de-eskalasi perang dagang AS-China dan meredanya kekhawatiran tentang independensi bank sentral AS (The Fed).

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent mengatakan pada Selasa bahwa kebuntuan tarif saat ini dengan China adalah "tidak berkelanjutan" dan menekankan bahwa pemerintahan Trump tidak berusaha untuk memisahkan kedua ekonomi tersebut.

Kemudian, Presiden AS, Donald Trump mengonfirmasi bahwa dia tidak berencana untuk mencopot Ketua Fed, Jerome Powell, membantu meredakan ketidakpastian investor.

Upaya Gedung Putih untuk meyakinkan pasar mengikuti periode volatilitas yang didorong oleh meningkatnya retorika perdagangan dan ancaman yang dirasakan terhadap otonomi Fed.

Kendati cenderung mengalami penguatan, namun analis ING Francesco Pesole menyampaikan bahwa dolar adalah mata uang G-10 yang paling sensitif terhadap berita perdagangan AS.

Sedangkan pada hari ini, dolar AS terlihat sedikit merosot karena investor mempertimbangkan perubahan sikap Presiden Donald Trump mengenai tarif China.

Pemerintahan Trump dilaporkan tengah mempertimbangkan penurunan tarif impor China sambil menunggu pembicaraan dengan Beijing, sementara China mengisyaratkan keterbukaan terhadap pembicaraan perdagangan dengan syarat Washington menahan diri dari ancaman lebih lanjut.

Namun, optimisme tersebut diredam oleh komentar dari Menteri Keuangan AS Scott Bessent, yang mengklarifikasi bahwa Trump belum mengusulkan pemotongan tarif sepihak dan bahwa negosiasi formal belum dimulai.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |