Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura sedang merundingkan konsesi untuk ekspor farmasi ke Amerika Serikat (AS) di tengah tarif perdagangan yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump. Hal ini diketahui setelah Wakil Perdana Menteri Singapura yang juga Menteri Perdagangan, Gan Kim Yong, menelepon Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick akhir pekan kemarin.
Dalam kesempatan tersebut, Gan mengatakan bahwa farmasi menyumbang lebih dari 10% dari ekspor negara kota itu ke AS. Ia menyebut sedang mencari solusi bersama untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang baru.
"Meskipun AS tidak siap untuk menurunkan tarif dasar 10%, kami sepakat untuk menjajaki cara memperdalam hubungan ekonomi kami secara positif dan kami akan terus membahas cara praktis ke depannya," tulis Gan di halaman LinkedIn-nya, dikutip AFP, Senin (28/4/2025).
"Saya menyambut Menteri Lutnick untuk mengunjungi Singapura, dan berharap untuk lebih mengembangkan kemitraan perdagangan dan investasi kami dengan AS."
Panggilan telepon Gan terjadi menjelang emilihan umum Singapura akan diadakan pada tanggal 3 Mei. Diketahui, negara kaya itu menghadapi ekonomi global yang bergejolak yang dijungkirbalikkan oleh tarif Presiden AS Donald Trump. Partai yang berkuasa mengatakan penting bagi mereka untuk mendapatkan mandat yang kuat guna menangani tantangan yang ada di depan.
Sementara itu, Perdana Menteri Lawrence Wong, pernah mengomentari tarif Trump dengan menyebut dunia kita memasuki fase baru, yang lebih sewenang-wenang, proteksionis, dan berbahaya. Ia juga mengingatkan kembali semangat multilateral yang pernah dibangun oleh AS.
"AS memperjuangkan perdagangan bebas, dan memimpin upaya untuk membangun sistem perdagangan multilateral, yang ditopang oleh aturan dan norma yang jelas, di mana negara-negara dapat memperoleh manfaat yang sama-sama menguntungkan melalui perdagangan," jelasnya.
"Sistem WTO ini membawa stabilitas dan kemakmuran yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi dunia, dan bagi AS sendiri," ujarnya.
"Singapura, dan banyak negara lain, telah lama menyerukan reformasi- untuk memperbarui aturan dan membuat sistem menjadi lebih baik. Namun, apa yang dilakukan AS sekarang bukanlah reformasi. Negara ini meninggalkan seluruh sistem yang telah diciptakannya."
(tps/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Menkeu AS Beri Sinyal Baru Trump Ingin Perang Dagang Mereda
Next Article Perang Dagang Jilid 2 Trump 'Bunuh Diri', Makan Korban AS Sendiri