Di Balik Keputusan Prabowo Melakukan Reshuffle Menpora

4 hours ago 1

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Apakah digesernya Erick Thohir dari pos Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga adalah keputusan politik? Apakah ini sekadar hiburan karena Erick tak lagi dipercaya mengawal pos ekonomi? Sebuah pertanyaan yang bisa bermuara pada beragam jawaban.

Tapi secara jujur keputusan ini amat bisa dipahami dengan logika. Mungkin banyak yang menganggap sepele jabatan Menpora ketimbang Menteri BUMN. Tapi faktanya urusan kepemudaan dan olahraga jadi titik krusial di tengah dinamika politik yang sempat terjadi Agustus lalu.

Menpora jelas jadi simpul penting untuk menjawab tuntutan anak muda sekaligus masyarakat akar rumput. Pemerintah butuh sosok menteri yang bisa menjawab beragam keresahan anak muda. Lebih dari itu rakyat secara umum butuh Menpora yang bisa mendorong olahraga sebagai sarana ekspresi sekaligus aktualisasi cinta negeri.

Begitu vitalnya leran Menpora saat ini membuat dipilihnya Erick Thohir sangat masuk akal. Harapan publik akan ditunjuknya Erick sebagai Menpora sejatinya sudah tampak sejak lama. Kesuksesan Erick jadi Ketua Umum PSSI jadi alasannya. Sepak bola yang lama tak pernah juara bisa angkat medali emas Sea Games.

Kiprah Erick tak hanya di sepak bola. Di cabang basket pun sama. Mungkin tak pernah terbayang basket Indonesia bisa mengalahkan Filipina. Tapi berkat usaha keras Erick di layar belakang dan Perbasi di layar depan, basket Indonesia mampu juara Asia Tenggara.

Sayangnya, masalah olahraga Indonesia tak berakhir di basket atau sepak bola. Hampir seluruh cabang olahraga Indonesia bermasalah. Alasannya klasik. Soal fulus. Banyak cabang olahraga kesulitan dana. Akibatnya banyak atlet kesulitan menjangkau fasilitas yang layak.

Berbeda dengan sepak bola yang sudah jadi industri, cabang olahraga lain malah mati suri. Kondisi ini membuat prestasi Indonesia secara umum masih tertinggal. Bahkan di Asia Tenggara, Indonesia hanya mentok di urutan tiga. Di bawah Thailand dan Vietnam. Yang paling miris, bulu tangkis yang jadi salah satu olahraga kebanggaan rakyat kini sekarat.

Kondisi rumit olahraga ini membutuhkan tokoh yang punya jam terbang. Selain pengalaman, Indonesia butuh sosok yang bisa mendorong olahraga untuk tumbuh jadi budaya sekaligus industri. Sehingga olahraga bisa menjadi tools yang mampu merawat negeri sekaligus menghidupi dirinya sendiri. Bahkan menjadi kekuatan baru dalam menopang ekonomi. Ini layaknya yang terjadi di negara maju.

Di negara modern, olahraga jadi bagian tak terpisahkan dalam menciptakan ekonomi berkelanjutan (sustainability). Ekonomi yang tak sekadar mencari profit, tapi juga memberikan manfaat pada alam dan manusia di sekitarnya. Dengan olahraga, kualitas hidup manusia akan semakin baik. Pun halnya dari sisi alam yang mana olahraga telah menjelma jadi bagian ekonomi hijau. Itulah konsep triple line bottom olahraga di negara maju.

Secara ideologis, olahraga jadi bagian dari identitas serta eksistensi bangsa. Hanya lewat olahraga saja lagu kebangsaan bisa diputar di negara lain di samping kunjungan kenegaraan. Olahraga juga bisa jadi alat pemersatu dan pereda perang saudara layaknya di Afrika Selatan dan Pantai Gading.

Prabowo menyadari betapa pentingnya olahraga. Sehingga pilihannya pun tak bisa diputus sembarangan. Pilihan pun jatuh ke sosok Erick Thohir. Sosok yang selama enam tahun dipercaya menduduki pos ekonomi.

Prabowo punya keinginan kemajuan sepak bola yang kini menjadi industri besar ditiru cabang lain. Dengan rekam jejaknya yang tak diragukan dalam industri olahraga, Erick Thohir menjadi top of mind publik di pos ini.

Pilihan Prabowo menggeser Erick juga demi mendorong olahraga tak sekadar urusan lapangan. Tapi juga urusan kebangsaan yang lebih besar.

Sebuah keputusan yang layak dinantikan hasilnya. Kini publik pun menanti sepak bola dan olahraga Indonesia bisa semakin berprestasi di dalam serta luar lapangan. Bukan justru lekat dengan politisasi dan kontroversi.

Prabowo tentu memahami betul apa yang pernah disampaikan Nelson Mandela tentang begitu krusialnya peran olahraga pada sebuah negara.

"Sport has the power to change the world. It has the power to inspire. It has the power to unite people in a way that little else does. It speaks to youth in a language they understand. Sport can create hope where once there was only despair. It is more powerful than governments in breaking down racial barriers. It laughs in the face of all types of discrimination." begitu petikan pidato Mandela dalam malam inagurasi Laureus World Sports Awards tahun 2000.


(miq/miq)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |