Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prastyo Adi buka-bukaan dilema mengimpor kedelai. Sebagai informasi, Indonesia mengandalkan pasokan kedelai impor karena produksi masih jauh dari kebutuhan.
Di mana, secara total kebutuhan tahun 2024 diestimasi sebanyak 2,65 juta metrik ton, dengan taksasi produksi dalam negeri sebanyak 167.886 metrik ton dan stok sisa akhir tahun 2023 sebanyak 185.343 metrik ton. Rata-rata kebutuhan harian kedelai nasional tahun 2024 diproyeksikan sebesar 7.267 metrik ton atau rata-rata 221.263 metrik ton per bulan.
Impor kedelai nasional tahun 2025 diprediksi mencapai 2,6 juta metrik ton, naik 2% dari proyeksi semula yang sekitar 2,55 juta ton. Demikian proyeksi terbaru Departemen Pertanian AS (USDA) dalam laporan edisi 6 Desember 2024.
Konsumsi kedelai nasional diprediksi naik jadi 2,75 juta metrik ton di tahun 2025 nanti. Naik dari proyeksi semula USDA yang sebesar 2,7 juta metrik ton. Angka ini naik 5% dari estimasi konsumsi kedelai di tahun 2024.
"Soal kedelai, kebutuhan 2,5 juta ton. Produksi kita masih sangat jauh di bawah. Produksi memang masalah. Ini menyangkut luas lahan, jenis benih yang digunakan. Indonesia masih menggunakan jenis biasa. Sementara di luar negeri, GMO (Genetically Modified Organism)," katanya dalam Food Summit 2025 di Jakarta, Rabu (19/3/2025).
"Sehingga, ini juga jadi salah satu strategi yang harus kita siapkan ke depan. Karena penggunaan GMO juga harus disiapkan. Yang kita impor termasuk paling besar dari AS, pakai GMO. Kalau mau pakai GMO bilangnya nggak bagus untuk kesehatan. Semoga ini bisa dibahas dengan kementerian teknis," kata Arief.
(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Zulhas & Arah Kedaulatan Pangan RI Setelah 28 Tahun Reformasi
Next Article Video: Bapanas Sebut Anggur Muscat Aman Dikonsumsi