Jakarta, CNBC Indonesia - Outlook global dan nasional menunjukkan lanskap geopolitik yang semakin rumit dan kompetitif. Indonesia berada di titik krusial yang harus menjaga stabilitas dalam negeri di tengah fragmentasi politik koalisi, sambil cermat membaca dinamika global yang berubah dengan cepat.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam acara DBS Asian Insight Conference 2025 yang diselenggarakan pada Rabu (22/5/2025) di Senayan, Jakarta Pusat, menyampaikan bahwa outlook politik global cenderung semakin multipolar, sedangkan outlook politik dalam negeri cenderung stabil namun masih rawan friksi.
Prospek Politik Global: Tatanan Dunia yang Kian Didominasi Banyak Kekuatan
1. Dunia bergerak ke arah multipolaritas
Setelah dua dekade dominasi Amerika Serikat pasca-Perang Dingin (dikenal sebagai Pax Americana), kini muncul kekuatan baru seperti China dan aliansi BRICS yang menantang hegemoni AS. Rivalitas AS-China semakin tajam dalam bidang teknologi, ekonomi, dan diplomasi.
2. China naik menjadi kekuatan ekonomi global
Berdasarkan PPP, China telah melampaui AS sebagai ekonomi terbesar di dunia menurut IMF dan Bank Dunia. Diprediksi, secara nominal China akan menyusul AS pada 2029 (CEBR).
Foto: Economic primacy
Sumber: Burhanuddin Muhtadi
3. Proteksionisme dan perang dagang meningkat
Kembalinya Trump ke Gedung Putih memicu eskalasi perang dagang AS-China, menambah ketidakpastian global, meningkatkan inflasi, dan memperlebar defisit anggaran AS.
4. Konflik geopolitik terus membara
Ketegangan di Ukraina, Timur Tengah, India-Pakistan, dan Laut Cina Selatan meningkatkan risiko ketidakstabilan regional dan mengganggu perdagangan serta rantai pasok global.
Lebih lanjut, Bank DBS Indonesia pada 2024 silam menghadirkan DBS Asian Insights Conference 2024 dengan tema "Election to Action: Crafting A Sustainable Future Towards Golden Indonesia 2045 and ESG Excellence" yang menyimpulkan beberapa hal penting khususnya outlook politik.
Dalam konferensi tersebut, dihasilkan kesimpulan bahwa outlook politik global di masa mendatang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ketidakpastian ekonomi, transisi energi, dan kebijakan fiskal dari negara-negara besar.
Banyak negara masih menghadapi tantangan dalam menjaga stabilitas ekonomi, terutama dalam mengelola utang dan mendorong investasi pasca-pemilu. Indonesia, dengan defisit fiskal yang relatif rendah, menunjukkan ketahanan yang lebih baik dibandingkan banyak negara lainnya, yang masih berjuang mengatasi tekanan ekonomi global.
Selain itu, keberlanjutan menjadi perhatian utama dalam kebijakan politik global, dengan semakin banyak negara yang berfokus pada transisi energi dan penerapan nilai-nilai ESG (Environmental, Social, and Governance). Indonesia, misalnya, telah menetapkan Green Taxonomy sebagai standar baru untuk sektor keuangan dan industri, guna mempercepat peralihan ke ekonomi berkelanjutan. Bank DBS Indonesia juga aktif mendukung solusi keuangan berkelanjutan sebagai bagian dari strategi jangka panjang menuju Indonesia Emas 2045.
Dari sisi kebijakan fiskal, negara-negara berupaya menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat dengan berbagai strategi ekonomi.
Prospek Politik Indonesia: Kondusif namun Rentan Gesekan Internal
1. Konsolidasi kekuasaan melalui koalisi besar (super majority)
Pemerintahan Prabowo-Gibran didukung koalisi super mayoritas. Namun, potensi konflik internal antarpihak dalam koalisi sangat tinggi, terutama menjelang pemilu 2029.
Foto: Elite Level Support
Sumber: Burhanuddin Muhtadi
2. Isu sistem pemilu memicu gesekan
Perbedaan sikap antar partai terhadap sistem proporsional terbuka vs tertutup dan usulan penghapusan presidential threshold bisa membuka persaingan antar partai dalam koalisi.
3. Media cenderung jinak, oposisi melemah
Hanya sedikit elemen masyarakat sipil yang bersikap kritis. PDIP secara formal berada di luar pemerintahan, namun tetap menunjukkan sikap "partai pemerintah".
4. Tantangan dari kelas menengah
Kelas menengah terdidik menunjukkan gejala ketidakpuasan (#IndonesiaGelap, #KaburAjaDulu). Pengalaman dari negara seperti Chile dan Bangladesh menunjukkan bahwa ketidakpuasan kelas menengah dapat memicu ketegangan politik yang serius.
Dalam menghadapi dinamika global dan tantangan domestik yang semakin kompleks, Indonesia perlu menerapkan sejumlah rekomendasi strategis untuk menjaga kesinambungan pembangunan nasional.
Pertama, menjaga stabilitas politik dan keamanan dalam negeri menjadi prioritas utama guna menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi dan pembangunan.
Kedua, pemerintah perlu mendorong kebijakan ekonomi yang pro-bisnis serta meningkatkan efisiensi anggaran agar penggunaan sumber daya publik lebih tepat sasaran dan berdaya guna tinggi. Di tingkat global, Indonesia perlu menjalankan diplomasi yang seimbang, yakni dengan menjalin hubungan yang baik dengan seluruh kekuatan besar dunia tanpa terlalu berpihak pada satu blok kekuasaan tertentu, termasuk dalam konteks keikutsertaan Indonesia di BRICS.
Terakhir, mempercepat langkah menuju keanggotaan OECD penting dilakukan untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah ekonomi global, sembari tetap menjaga kemitraan strategis dengan Amerika Serikat dan Eropa untuk menyeimbangkan persepsi atas orientasi geopolitik Indonesia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)