Jakarta, CNBC Indonesia — Di balik kemewahan dan dominasi nama-nama seperti Elon Musk, Jeff Bezos, atau Bernard Arnault di daftar orang terkaya dunia, ada satu sosok yang menandai lahirnya istilah miliarder untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Sosok itu bukan dari era teknologi, melainkan dari zaman minyak, yakni John Davison Rockefeller. Menariknya sebagian dari kekayaan legendarisnya itu sempat mengalir jauh hingga ke Indonesia, saat dahulu masih Hindia Belanda.
Kaya Raya dari Monopoli Minyak
Pada 29 September 1916, John D. Rockefeller resmi dinobatkan sebagai miliarder pertama dunia. Kekayaannya kala itu diperkirakan mencapai US$ 1,4 miliar atau sekitar 1,5% dari total PDB Amerika Serikat. Menurut Britannica, jika disesuaikan dengan nilai saat ini, jumlah itu setara dengan US$ 29,7 miliar atau sekitar Rp500-an triliun.
Perjalanan Rockefeller menuju puncak dimulai pada 1859. Menurut buku John D. Rockefeller: Golden Rules of Life and Success (2019), dia awalnya hanyalah pedagang biasa dengan penghasilan pas-pasan. Hidupnya berubah setelah melihat keberhasilan penemu sumur minyak pertama di Pennsylvania, Edwin Drake. Dari sanalah Rockefeller tergugah untuk ikut menambang "emas hitam".
Pada 1863, dia mendirikan perusahaan minyak di Cleveland, Ohio, bersama kakaknya. Bisnis itu berkembang pesat hingga pada 10 Januari 1870 dia resmi mendirikan Standard Oil, perusahaan yang kelak menguasai industri minyak dunia.
Rockefeller menjalankan strategi tak biasa. Dia menguasai seluruh rantai bisnis, mulai dari pengeboran, penyulingan, transportasi, hingga distribusi. Dia juga membeli kilang, membangun rel kereta sendiri, dan menekan biaya produksi demi menjual minyak dengan harga murah. Hasilnya, Standard Oil menjadi raksasa tak tertandingi.
Namun, dominasi ini berujung pada tekanan pemerintah. Pada 1911, Mahkamah Agung AS memerintahkan pembubaran Standard Oil karena praktik monopoli. Meski begitu, Rockefeller sudah terlanjur kaya raya. Dia lalu menanamkan modal di sektor lain seperti perbankan, properti, dan tambang.
Bantu Warga RI
Seperti banyak taipan besar dunia, Rockefeller tak hanya sibuk menumpuk harta, tapi juga berderma. Dengan dana sekitar US$700 juta, dia mendirikan Rockefeller Foundation pada 14 Mei 1913. Misi utamanya adalah memajukan kesejahteraan manusia di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Pada 1920-an, yayasan ini menyalurkan dana besar ke Hindia Belanda, fokus pada bidang kesehatan masyarakat. Dalam Sejarah Kesehatan Nasional Indonesia (1978), disebutkan bahwa Rockefeller Foundation mengutus Dr. J.L. Hydrick untuk memimpin program pemberantasan penyakit cacingan antara 1924-1939. Penyakit itu saat itu menjadi momok besar akibat sanitasi buruk dan kerap mematikan.
Rockefeller Foundation aktif membangun sistem sanitasi, memperkenalkan jamban sehat, dan memberikan edukasi kebersihan. Di Purwokerto, misalnya, mereka bahkan merenovasi kampung-kampung kumuh agar lebih layak huni. Hasilnya angka penderita cacingan turun drastis, kesadaran akan kesehatan meningkat dan membentuk generasi yang lebih sehat dan produktif.
(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Tukang Becak di Jawa Mendadak Jadi OKB, Menang Undian Rp 50 M