Ekonomi China Kian Merana, Ekspor Jatuh Dihajar Perang Dagang Trump

3 days ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian China menghadapi tantangan besar pada awal tahun 2025 dengan melambatnya pertumbuhan ekspor lebih dari yang diperkirakan.

Data terbaru dari otoritas kepabeanan China yang dirilis pada Jumat (7/3/2025) menunjukkan bahwa ekspor China untuk periode Januari hingga Februari hanya tumbuh 2,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka ini jauh di bawah ekspektasi dalam survei Reuters yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 5%.

Menurut data LSEG, penurunan laju ekspor ini menjadi yang paling lambat sejak April tahun lalu, ketika ekspor China hanya tumbuh 1,5% secara tahunan.

Sementara itu, impor mengalami kejutan dengan penurunan tajam sebesar 8,4% year-on-year (YoY) dalam dua bulan pertama 2025, penurunan paling tajam sejak Juli 2023. Para analis sebelumnya memperkirakan impor akan tumbuh sebesar 1% year-on-year.

Dilansir CNBC International, penyebab utama perlambatan ekspor ini adalah meningkatnya tarif dari Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Sejak akhir tahun lalu, para eksportir China telah berusaha mempercepat pengiriman barang ke luar negeri untuk mengantisipasi tarif tambahan dari AS.

Putaran pertama kenaikan tarif sebesar 10% terhadap barang-barang China mulai berlaku pada 4 Februari, diikuti oleh kenaikan tambahan 10% pada Maret, sehingga total beban tarif mencapai 20%.

Sebagai respons, China memberlakukan tarif tambahan terhadap barang-barang tertentu dari AS, termasuk produk energi dan pertanian, serta membatasi ekspor beberapa mineral penting yang sangat dibutuhkan oleh AS.

Otoritas kepabeanan China merilis data perdagangan untuk dua bulan pertama tahun ini secara gabungan untuk menghindari distorsi akibat musim liburan Tahun Baru Imlek, yang tahun ini jatuh pada akhir Januari.

Meski menghadapi ketegangan perdagangan yang semakin meningkat, kepemimpinan China tetap menargetkan pertumbuhan ekonomi yang ambisius sekitar 5% untuk tahun ini. Namun, mereka juga mengakui lemahnya permintaan domestik dengan menyesuaikan target inflasi ke level terendah dalam beberapa dekade.

Stimulus Pemerintah

Tekanan terus meningkat bagi pemerintah China untuk merilis langkah-langkah stimulus yang lebih kuat guna mendukung konsumsi domestik dan sektor perumahan, sekaligus mengurangi ketergantungan ekonomi pada ekspor dan investasi. Tahun lalu, ekspor menyumbang hampir seperempat dari Produk Domestik Bruto (PDB) China, dengan AS sebagai mitra dagang terbesar dalam basis negara tunggal.

Seiring kembalinya Trump ke Gedung Putih, ia memerintahkan administrasinya untuk menyelidiki kepatuhan China terhadap kesepakatan perdagangan yang dibuat pada masa kepresidenannya yang pertama pada tahun 2020. Hasil akhir dari evaluasi ini akan diserahkan kepada Trump pada 1 April, yang berpotensi menjadi dasar bagi tindakan tarif lebih lanjut, menurut para ekonom.

Sejak tahun lalu, Beijing telah mencoba mendorong konsumsi dengan memberikan subsidi perdagangan untuk mendorong pembelian barang-barang tertentu. Pada Januari, otoritas China memperluas program ini untuk mencakup ponsel pintar dan lebih banyak peralatan rumah tangga.

Sebagai bagian dari paket fiskal yang diperluas, para pemimpin China dalam pertemuan parlemen tahunan pekan ini menjanjikan tambahan obligasi khusus jangka panjang senilai 300 miliar yuan untuk mendukung subsidi konsumen.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Nasib Batu Bara RI di Tengah Perang Dagang AS Vs China

Next Article Ekonomi China Tak Baik-Baik Saja, Data Baru Tunjukan Hal Ini

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |