Jakarta, CNN Indonesia --
Mahasiswa Fisipol Universitas Kristen Indonesia (UKI) bernama Kenzha Ezra Walewangko (22) meninggal dunia karena diduga dikeroyok di dalam area kampus.
Hingga saat ini, Polres Metro Jakarta Timur masih menyelidiki kasus tersebut. Termasuk, mengusut penyebab kematian korban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CNNIndonesia.com telah merangkum sejumlah fakta terkait kasus tersebut, sebagai berikut
Pesta miras
Peristiwa yang terjadi pada Selasa (4/3) ini bermula saat saksi EFW sedang minum minuman beralkohol jenis arak bali bersama rekan-rekannya sekitar pukul 16.30 WIB.
Kemudian, sekitar pukul 17.00 WIB, saksi EFW ingin kembali membeli minuman arak balik dan bertemu dengan korban di pintu keluar kampus UKI.
"Dan korban bertanya kepada saksi EFW 'mau ke mana?' kemudian saksi menjawab 'mau beli arak bali'. Kemudian saksi dan korban pergi bersama dengan berjalan kaki untuk membeli minuman di sebuah toko minuman di Sutoyo, Cawang," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi kepada wartawan, Jumat (7/3).
Setelah membeli minuman itu, korban dan saksi EFW kembali melanjutkan acara minum-minum bersama enam orang lainnya di taman perpustakaan kampus UKI.
Lalu, sekitar pukul 18.00 WIB, korban terlibat cekcok mulut. Namun, saksi mengaku tak mengetahui penyebab cekcok tersebut.
Tak berselang lama, cekcok pun mereda. Selanjutnya, korban bersama teman-temannya kembali melanjutkan kegiatan minum minuman beralkohol tersebut.
Namun, sekitar pukul 19.30 WIB, korban kembali terlibat cekcok mulut dan akhirnya dilerai oleh sekuriti kampus.
Beberapa saat kemudian, saksi EFW memapah korban ke arah pintu keluar. Setibanya di pintu keluar, saksi meninggalkan korban lantaran mengira korban akan mengambil sepeda motornya untuk pulang.
"Pada saat saksi 4 kembali ke arah saung ternyata korban tidak mengarah ke sepeda motornya, melainkan ke arah pagar sambil berteriak dan mengoyak-oyak pagar," tutur Ade Ary.
"Sampai akhirnya korban terjatuh bersama dengan pagar ke arah depan, kemudian korban diangkat oleh seseorang yang tidak saksi kenal dengan kondisi muka dan hidung yang mengeluarkan darah yang kemudian dibawa ke IGD RS UKI Cawang Jakarta Timur," imbuhnya.
18 saksi diperiksa
Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Nicolas Ary Lilipaly mengatakan sejauh ini pihaknya telah memeriksa 18 saksi untuk mengusut kasus tersebut.
"Saksi-saksi yang terkait anak-anak mahasiswa yang diperiksa sebanyak 13 mahasiswa dan lima orang dari pihak UKI," kata Nicolas kepada wartawan.
Nicolas menerangkan lima saksi dari pihak UKI itu terdiri dari satu orang otoritas kampus selaku pelapor dan empat lainnya merupakan sekuriti.
Rekaman CCTV
Dalam perkara ini, polisi telah menyita rekaman CCTV sebagai barang bukti untuk melakukan penyelidikan.
Nicolas membeberkan dalam rekaman CCTV yang disita beberapa di antaranya berisi rekaman saat korban berada di tempat kejadian pertama.
"TKP yang mereka minum-minum ada, sedikit cekcok mulut, sedikit keributan sampe satpam datang itu terlihat," kata Nicolas kepada wartawan, Jumat (7/3).
Nicolas mengatakan pihaknya juga telah menyita rekaman CCTV yang merekam saat korban diantar rekan-rekannya keluar pagar.
"Juga terlihat bahwa yang bersangkutan diantar keluar pagar itu juga terlihat, berapa orang yang mengantar korban keluar pagar untuk menyuruh korban pulang juga terlihat," tutur dia.
Namun, Nicolas menyebut CCTV yang sejauh ini diperoleh hanya berisi rekaman tempat kejadian perkara (TKP) pertama. Sedangkan, lokasi tempat korban jatuh tidak terpantau oleh kamera CCTV.
"Jadi CCTV di sekitar area TKP, TKP pertama. Bukan TKP yang tempat yang diduga korban jatuh yang di dekat got dan pagar itu. Itu yang tidak terpantau," ujarnya.
Luka di kepala
Lebih lanjut, Nicolas turut mengungkapkan ada temuan luka pada bagian kepala korban. Namun, Nicolas tak menjelaskan secara rinci ihwal luka tersebut.
"Kan sudah beredar itu, kan di bagian kepala ada (luka)," ucap dia.
Nicolas juga menyebut pihaknya masih belum bisa menyimpulkan soal penyebab kematian korban.
Nicolas mengaku pihaknya masih menunggu hasil visum et repertum serta pemeriksaan organ dalam korban untuk mengusut hal tersebut.
"Itu yang kita harus analisis, terlukanya itu karena apa. Kita harus mengumpulkan barang bukti yang lebih terfokus lagi untuk bisa melihat dia, luka itu yang menyebabkan lukanya dia itu karena apa," tutur Nicolas.
(fra/dis/fra)