Jakarta, CNBC Indonesia - Sentimen positif untuk pasar keuangan terakumulasi selama libur panjang perayaan Waisak. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi dibuka hijau hari ini, Rabu (14/5/2025).
Sebelumnya pada akhir pekan lalu, Jumat (9/5/2025), IHSG ditutup menguat tipis 0,07% dalam sehari ke posisi 6.832,80. Apresiasi ini mempertahankan posisi hijau dalam sepekan sebesar 0,25% dan memperpanjang tren positif selama empat minggu beruntun.
Ada beberapa katalis yang potensi memberikan dukungan positif pada IHSG hari ini, diantaranya :
Perang Dagang China-AS Mereda
Perang dagang berkepanjangan antara Amerika Serikat (AS) dan China akhirnya sedikit mereda setelah kedua negara sepakat memangkas tarif impor secara signifikan. Kesepakatan ini mengejutkan banyak pihak karena hasilnya lebih baik dari perkiraan.
Dalam kesepakatan yang dibuat pada Senin (12/5/2025), tarif AS terhadap produk China dipangkas dari 145% menjadi 30%, dan tarif China terhadap produk AS turun dari 125% menjadi 10% selama 90 hari ke depan.
Tarif yang turun signifikan ini membuat pasar saham AS bergairah. Pada awal pekan Dow Jones Average Industrial Index (DJI) naik 1200 poin, S&P dan Nasdaq juga masuk ke bull market dan menandai sudah naik 20% lebih dari titik terendahnya.
Presiden AS Donald Trump memuji perjanjian tersebut sebagai bukti bahwa strategi tarif agresifnya membuahkan hasil, setelah AS membuat perjanjian awal dengan Inggris dan sekarang dengan China.
"Mereka telah setuju untuk membuka China sepenuhnya, dan saya pikir ini akan menjadi fantastis bagi China, saya pikir ini akan menjadi fantastis bagi kita," kata Trump di Gedung Putih, dikutip dari Reuters, Selasa (13/4/2025).
Trump juga menyebut bahwa kesepakatan ini adalah "langkah awal" menuju keadilan dagang jangka panjang.
India-Pakistan Gencatan Senjata
Persoalan geopolitik di negara tetangga RI, yaitu India dan Pakistan juga tampak mulai mereda dengan adanya gencatan senjata. Setidaknya ini membuka ruang untuk bernapas.
Perlu diketahui, gencatan senjata terjadi antara India dan Pakistan dengan campur tangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump Sabtu. Ia mengatakan melakukan pembicaraan "semalam suntuk" dengan AS sebagai mediator.
"Saya akan bekerja sama dengan Anda berdua untuk melihat apakah ... solusi dapat dicapai terkait Kashmir," tegas Trump dalam sebuah posting di platform Truth Social, dikutip Reuters, Senin (12/5/2025).
Inflasi AS Melandai Lebih Baik dari Ekspektasi
Kabar baik juga datang dari negeri Paman Sam dengan data inflasi yang lebih baik dari perkiraan.
Tingkat inflasi Amerika Serikat (AS) secara tahunan (yoy) mencapai 2,3% pada April, lebih rendah dari yang diharapkan dan terendah sejak 2021.
Inflasi sedikit lebih rendah dari yang diharapkan pada bulan April karena tarif Presiden Trump baru saja mulai menghantam ekonomi AS yang melambat, menurut laporan Departemen Tenaga Kerja pada hari Selasa.
Indeks harga konsumen, yang mengukur biaya untuk berbagai macam barang dan jasa, naik 0,2% yang disesuaikan secara musiman untuk bulan tersebut, menjadikan tingkat inflasi 12 bulan pada 2,3%, terendah sejak Februari 2021, menurut laporan Biro Statistik Tenaga Kerja. Pembacaan bulanan sejalan dengan estimasi konsensus Dow Jones sementara 12 bulan sedikit di bawah perkiraan sebesar 2,4%.
Tidak termasuk harga pangan dan energi yang bergejolak, CPI inti juga meningkat 0,2% untuk bulan tersebut, sementara level tahun ke tahun adalah 2,8%. Perkiraannya masing-masing adalah 0,3% dan 2,8%.
Dengan melandainya inflasi, ini akan membuka ruang the Fed bisa lebih cepat menurunkan suku bunga acuan.
DXY - VIX Index Turun : Volatilitas Pasar Mereda
Sejumlah data lain juga memberikan dukungan bullish bagi pasar keuangan RI. Diantaranya dari indeks dolar AS yang makin turun, ditambah indeks kekhawatiran pasar juga melandai.
DXY pada perdagangan hari ini terpantau turun 0,83% ke posisi 100,93. VIX indeks juga sudah pulih ke level 18 setelah sebelumnya sempat spike ke atas 60.
Hal ini bisa mendorong pasar RI makin menarik bagi investor asing karena penurunan dolar AS potensi berdampak ke penguatan rupiah dan penurunan VIX index mencerminkan volatilitas pasar sudah kian mereda.
BEI Beri Kebijakan Pro-Market : Kode Broker - Liquidity Provider
Sementara itu, dari dalam negeri ada kabar positif dari regulator yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) yang rencananya akan membuka kode broker, kode domisili, dan transaksi asing di akhir sesi I.
Meskipun bukan secara intraday, ini akan memberi harapan pasar lebih ramai lagi, karena pelaku pasar bisa menilai lebih cepat kemana arah big fund bergerak.
Ditambah, BEI pada 8 Mei lalu sudah resmi mengeluarkan dua aturan terkait liquidity provider, sekaligus merilis lebih dari 400 saham yang sudah memiliki penyedia likuiditas resmi.
Saham-saham tersebut biasanya kurang likuid di pasar. Harapannya dengan adanya penyedia likuiditas, saham-saham itu bisa diperdagangkan lebih aktif lagi, dan tentunya bisa mendorong likuiditas di pasar semakin meningkat.
Harapannya harga saham juga bisa lebih stabil, meredam volatilitas yang terlalu tinggi, serta meningkatkan transparansi dan anti manipulasi di pasar modal Tanah Air.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.(tsn/tsn)