Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali mencetak rekor pada hari ini, Senin (21/4/2025).
Merujuk Refinitiv, harga emas pada Senin pukul 12.55 WIB ada di posisi US$ 3.381,69 per troy ons atau melonjak 1,62%. Emas bahkan sempat menyentuh US$ 3.385,56 per troy ons pada perdagangan intraday hari ini. Harga intraday tersebut adalah yang tertinggi sejak Kamis pekan lalu di US$ 3.357,4 per troy ons.
Namun, harga emas melemah pada perdagangan Kamis dan ditutup di US$ 3.327,54 per troy ons.
Harga emas melonjak dipicu kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global di tengah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, sementara pelemahan dolar AS turut memperkuat reli harga emas.
Selain geopolitik, indeks dolar (.DXY) jatuh ke posisi terendah dalam tiga tahun ke 98 pada hari ini. Pelemahan dolar menjadikan emas lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya karena pembeliannya dikonversi ke dolar.
"Secara fundamental, pasar sedang memperhitungkan meningkatnya risiko geopolitik, yang dipicu oleh ketegangan tarif AS dan kekhawatiran stagflasi, sementara permintaan bank sentral yang tetap kuat memberikan dorongan tambahan bagi harga emas," kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG, kepada Reuters.
Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif "resiprokal" terhadap puluhan negara pada 2 April. Meski pemerintahannya sempat menangguhkan tarif bagi beberapa negara, konfrontasi dagang dengan China justru meningkat.
Pada hari ini, Senin, China memperingatkan negara-negara lain agar tidak membuat kesepakatan ekonomi lebih luas dengan AS yang merugikan kepentingan Beijing sebuah langkah yang dilaporkan sedang diupayakan oleh Trump dari negara-negara yang menginginkan keringanan atau pengecualian tarif.
Sementara itu, Trump meluncurkan serangkaian serangan terhadap Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, dan timnya tengah mengevaluasi kemungkinan untuk memecat Powell.
Di ranah geopolitik, Rusia dan Ukraina saling menuduh melakukan ribuan pelanggaran terhadap gencatan senjata satu hari saat Paskah yang diumumkan oleh Presiden Vladimir Putin. Pihak Kremlin menyatakan tidak ada perintah untuk memperpanjang jeda pertempuran di garis depan.
Isu-isu ini memperkuat daya tarik emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).
Risiko Koreksi Jangka Pendek
Indeks kekuatan relatif (RSI) emas saat ini berada di level 75, yang mengindikasikan bahwa logam mulia ini dalam kondisi overbought (jenuh beli).
"Target berikutnya untuk emas bisa mendekati level $3.500, meskipun posisi pasar terlihat sudah padat dalam jangka pendek dan indikator teknikal menunjukkan kondisi jenuh beli," ujar Rong.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae/mae)