Idap Sindrom Fowler, Wanita 27 Tahun Ini Tidak Bisa Buang Air Kecil selama 6 Tahun

4 hours ago 1

loading...

Seorang wanita bernama Anna Gray mengidap kondisi langka bernama sindrom fowler yang membuatnya tidak dapat buang air kecil secara alami selama enam tahun. Foto/New York Post

JAKARTA - Seorang wanita bernama Anna Gray mengidap kondisi langka bernama sindrom fowler yang membuatnya tidak dapat buang air kecil secara alami selama enam tahun terakhir. Di usianya yang baru 27 tahun, Anna menderita gangguan langka pada sistem kemih yang menyebabkan otot sfingter kandung kemih gagal berelaksasi dan menahan keluarnya urine.

Gejala awal muncul pada November 2018, ketika wanita asal Salisbury, Wiltshire, Inggris itu dirawat di rumah sakit akibat infeksi ginjal setelah beberapa hari tidak bisa buang air kecil . Meski sempat dipasang kateter, kondisinya tidak kunjung membaik.

Beberapa minggu kemudian, dokter harus mengeluarkan hampir dua liter urine dari kandung kemihnya. Sayangnya, keluhannya sempat diabaikan dan dianggap remeh oleh beberapa tenaga medis yang menyuruhnya terus mencoba buang air kecil di rumah.

Kondisinya memburuk hingga akhirnya pada Desember 2018, Anna kembali ke rumah sakit. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa otaknya tidak lagi berkomunikasi dengan kandung kemihnya. Pada Februari 2019, ia akhirnya mendapat diagnosis resmi sindrom fowler.

Idap Sindrom Fowler, Wanita 27 Tahun Ini Tidak Bisa Buang Air Kecil selama 6 Tahun

Foto/New York Post

Dilansir dari New York Post, Selasa (22/4/2025), sejak saat itu, ia tidak lagi mampu buang air kecil secara alami dan harus bergantung pada kateter permanen.

Awalnya, Anna diajari melakukan kateterisasi mandiri sebanyak lima kali sehari. Namun, karena sering mengalami infeksi, ia akhirnya dipasangi kateter suprapubik pada tahun 2020. Alat ini adalah selang yang ditanamkan langsung ke kandung kemih melalui perut dan terhubung ke kantong penampung urine, yang harus dikosongkan beberapa kali dalam sehari.

Kondisi tersebut memberikan dampak besar dalam kehidupan sosial dan mental Anna. Ia mengaku sempat menjalani perawatan untuk masalah kesehatan mental setelah didiagnosis, serta merasa kehilangan rasa percaya diri. Namun seiring waktu, ia belajar menerima kenyataan dan kini mulai terbuka dalam membagikan kisahnya.

"Saya sempat merasa seolah menjadi satu-satunya orang di dunia dengan kondisi ini. Tapi menemukan komunitas online sesama penderita sungguh sangat membantu dan membuat saya merasa tidak sendiri," kata Anna.

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |