IHSG Dibuka di Zona Hijau, Bertahan Kuat di Level 7.000

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perkasa pada awal perdagangan hari ini, Jumat (16/5/2025). 

IHSG dibuka naik 0,74% atau 52 poin ke level 7.092,23. Sebanyak 201 saham naik, 43 turun, dan 263 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 250 miliar pagi ini yang melibatkan 406,48 juta saham dalam 18.790 kali transaksi. 

Dengan demikian, IHSG pagi ini masih melanjutkan tren positif dalam dua hari perdagangan terakhir. Rabu (14/5/2025) ditutup naik 2,15% dan Kamis (15/5/2025) naik 0,86%.

Adapun bursa saham Asia-Pasifik bergerak variatif pagi ini. Melansir CNBC.com, Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,14%, sementara Topix justru naik tipis 0,12% usai rilis data PDB kuartal I 2025. Ekonomi Jepang tercatat mengalami kontraksi 0,2% secara kuartalan, lebih buruk dari estimasi jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan 0,1%.

Di kawasan lain, indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,44% pada perdagangan pagi. Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,33%, namun indeks Kosdaq yang berisi saham berkapitalisasi kecil justru melemah 0,2%.

Kontrak berjangka indeks Hang Seng Hong Kong berada di level 23.235, lebih rendah dari penutupan sebelumnya di 23.453,16. Hong Kong dan Malaysia dijadwalkan akan merilis data PDB mereka pada hari ini.

Sementara itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell memperingatkan bahwa era suku bunga mendekati nol kemungkinan besar telah berakhir. Dia juga l mengindikasikan bahwa suku bunga jangka panjang akan tetap tinggi karena volatilitas ekonomi.

Powell menyampaikan pernyataannya saat berbicara di Konferensi Riset Thomas Laubach, Washington, D.C dengan tema Framework Review (Tinjauan Kerangka Kebijakan) pada hari ini, Kamis waktu Washington DC.

Dalam sambutannya yang berfokus pada tinjauan kerangka atau review kebijakan bank sentral, yang terakhir dilakukan pada musim panas tahun 2020, Powell mencatat bahwa kondisi telah berubah secara signifikan selama lima tahun terakhir. Review dilakukan setiap lima tahun sekali dengan mengevaluasi kembali kerangka kebijakan moneter The Fed - termasuk hasil dan metode yang digunakan untuk menentukan kebijakan suku bunga.

Selama lima tahun sejak peninjauan terakhir pada 2020, The Fed telah mengamati perubahan kondisi ekonomi, di mana inflasi yang melonjak dan tingkat pinjaman yang secara historis tinggi menjadi hal yang biasa. Meskipun inflasi bergerak mendekati target 2% The Fed dalam jangka panjang, suku bunga mendekati nol kemungkinan tidak akan lagi menjadi bagian dari kebijakan moneter ke depan.

"Suku bunga jangka panjang kini jauh lebih tinggi, terutama didorong oleh kenaikan suku bunga riil, mengingat ekspektasi inflasi jangka panjang yang tetap stabil," ujar Powell dikutip dari CNN International.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Tumbang Jelang Rilis The Fed & Perang India-Pakistan

Next Article IHSG Melaju Kencang! Terbang Nyaris 3%

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |