Investor Lirik Emiten Blue Chip, Saham Unilever Meroket 61%

3 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT. Unilever IndonesiaTbk. (UNVR) melesat hingga 11,95% atau naik 960 poin ke level Rp 2.530 per saham dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 96,52 triliun.

Dalam sepekan terakhir saham UNVR terbang 33,16% dan dalam tiga bulan terakhir telah melesat 61,15%.

Kenaikan harga saham Unilever ditopang oleh kinerja cemerlang perusahaan konsumer tersebut yang baru mengumumkan catatan pertumbuhan laba yang fantastis dan keputusan perusahaan untuk melakukan aksi pembelian kembali saham perusahaan (buyback). Selain itu, kenaikan harga saham UNVR juga beriringan dengan rebound saham-saham emiten blue chip.

Unilever Indonesia diketahui telah melaksanakan buyback dan pembagian dividen di tahun ini. hingga September 2025, UNVR telah membeli kembali saham perseroan (buyback) sebanyak 168,8 juta saham. Angka ini setara dengan 14,3% buyback utilization.

Presiden Direktur Unilever (UNVR) menyampaikan, inisiatif ini akan terus berlanjut sampai 30 Oktober 2025 untuk menunjukkan komitmen dalam meningkatkan nilai bagi pemegang saham.

UNVR sebelumnya melakukan pembelian saham kembali (buyback) sebesar Rp 2 triliun dan dilakukan pada harga maksimum Rp1,700 per lembar saham. Jumlah saham yang dibeli kembali tidak akan melebihi 20% dari modal disetor.

Sementara itu, jika melihat dari laporan keuangannya, laba bersih UNVR melonjak sebesar 117% pada kuartal III-2025. Diketahui, emiten ini mencatat laba bersih sebesar Rp1,2 triliun per September 2025.

Lonjakan laba ini ditopang oleh penjualan bersih sebesar Rp9,4 triliun. Penjualan bersih tumbuh sebesar 12,4% dibandingkan tahun sebelumnya dan 7,7% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Penjualan domestik tumbuh 12,7% pada kuartal ketiga 2025. Belanja iklan dan promosi tetap stabil di angka 8,8% dari total penjualan bersih, menegaskan komitmen Perseroan dalam berinvestasi pada ekuitas merek dan keterlibatan konsumen.

Benjie Yap mengatakan, hasil kinerja kuartal ketiga kami menjadi langkah nyata dalam perjalanan pemulihan bisnis. Pihaknya mulai melihat dampak positif dari perubahan struktural dan langkah disiplin yang telah diambil selama setahun terakhir.

"Pada awal tahun ini, kami menyatakan komitmen untuk mengembalikan pertumbuhan di paruh kedua 2025, dan kini kami mulai mewujudkannya. Momentum ini dibangun di atas fondasi bisnis yang lebih kuat, eksekusi yang lebih tajam, serta kerja sama seluruh tim dalam mengambil langkah tegas untuk mengatasi tantangan operasional," ungkap Benjie, dikutip Kamis, (23/10/2025).

Di tengah dinamika pasar yang dinamis, pencapaian ini memberi keyakinan bahwa perseroan berada di jalur yang tepat. Benjie yakin ini waktu untuk membangun momentum yang bertanggung jawab, menguntungkan, dan berkelanjutan.

Dari segi permodalan, UNVR mencatatkan nilai total aset sebesar Rp17,49 triliun per kuartal III-2025. Angka ini naik dari posisi akhir Desember sebesar Rp 16,04 triliun.

Adapun Total liabilitas dan ekuitas perusahaan masing-masing tercatat Rp 14,13 triliun dan Rp 3,35 triliun per kuartal III-2025.

Shifting Saham Konglo ke Blue Chip

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, investor saham telah beralih dari sebelumnya mengakumulasi saham-saham emiten konglomerat ke saham-saham perusahaan yang berkinerja baik atau saham blue chip.

"Kalau untuk saat ini memang sudah terjadi shifting dari saham-saham konglomerat ke saham-saham blue chip," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (24/10).

Menurutnya, performa positif pada IHSG diperkirakan berlangsung pada bulan ini, Oktober 2025 hingga Februari 2026 berdasarkan rata-rata 10 tahun terakhir.

"Sehingga peluang window dressing pada penghujung 2025 maupun January effect pada 2026 terbuka lebar," ucapnya.

Sementara Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, angin segar sejumlah sentimen berhasil membawa IHSG ke puncak tertingginya. Hal ini terlepas dari kebenaran investor yang kembali dipelukan saham blue chip atau tidak.

"Susah diperkirakan apakah investor bakal balik kembali ke saham konglomerat atau tidak, karna saham- saham tersebut cenderung spekulatif. Namun sentimen umum memang sangat positif oleh perkembangan akhir-akhir ini," ungkapnya.

Lukman memaparkan, sentimen positif datang dari kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuannya. Selain itu, adanya stimulus pemerintah yang dapat berdampak pada saham konsumen goods seperti Unilever.

"Jadi kenaikan tinggi saham Unilever menurut saya wajar saja, menginagt laporan keuangan yang sangat kuat," ucapnya.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Sosok Ini Serok Saham PNSE & PTMR Hingga Terbang & Kena Suspensi

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |