Investor Ogah Investasi di RI dan Pilih Vietnam, Indonesia Seburuk Itu?

7 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Alarm bahaya bagi Indonesia. Perusahaan asing kini lebih memilih membangun pabrik di Vietnam ketimbang di Indonesia.

Beberapa faktor menjadi landasan investor asing dimana biaya tenaga kerja yang lebih kompetitif, indeks kemudahan berbisnis yang lebih tinggi, infrastruktur yang lebih baik, dan efisiensi logistik yang lebih baik. Selain itu, Vietnam memiliki akses geografis yang strategis ke pasar Asia, dan kebijakan perdagangan yang lebih terbuka.

Hal yang bukan menjadi rahasia umum juga adalah dimana keresahan para kalangan pengusaha atas maraknya pungutan liar (pungli) yang dilakukan kalangan ormas di berbagai proyek di Indonesia. Bahkan pemerasan Tunjangan Hari Raya (THR) yang diajukan oleh beberapa ormas ke perusahaan mendorong kekhawatiran para investor asing enggan berinvestasi lagi di Tanah Air.

Bahkan terdapat kabar yang masih hangat, dimana PT Yihong Novatex Indonesia melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada 1.126 buruh. Perusahaan yang bergerak di industri tekstil dan alas kaki ini, membeberkan alasan PHK terhadap 1.126 buruh tersebut. Hal ini disebabkan karena pemberi pekerjaan menarik dan menghentikan pesanan (order) akibat keterlambatan pengiriman.

Ini akibat dari mogok kerja tidak sah yang dilakukan pekerja pada tanggal 30 Januari sampai dengan 1 Februari 2025 yang berdampak pada perusahaan diberikan peringatan lampu kuning oleh pemberi pekerjaan.

Kabar ini pun menjadi kabar buruk bagi calon investor asing yang akan berinvestasi di Tanah Air.

Yang terbaru, LEGO Group secara resmi membuka pabrik canggih di provinsi Binh Duong, Vietnam selatan pada 9 April 2025. LEGO Manufacturing Vietnam merupakan pabrik keenam perusahaan di seluruh dunia dan kedua di Asia.

Melansir Vietnam News pada Selasa (15/4/2025), pabrik canggih tersebut bernilai US$1 miliar atau sekitar Rp16,8 triliun. Memiliki luas 44 hektare ini merupakan pabrik LEGO Group yang paling ramah lingkungan.

Wakil Perdana Menteri Mai Văn Chính mengatakan pembukaan pabrik tersebut merupakan hasil kerja sama antara Vietnam dan Denmark. Menurutnya, kerja sama kedua negara ini menunjukkan semangat membangun masa depan bersama.

Pemerintah Vietnam bertekad untuk mengembangkan ekonomi secara paralel dengan melindungi lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Vietnam memprioritaskan untuk menarik teknologi canggih berkualitas tinggi, proyek ramah lingkungan, dan LEGO adalah model ideal untuk orientasi pembangunan tersebut.

Pabrik di Vietnam merupakan pabrik keenam LEGO di dunia.

Dengan meningkatka investasi di Vietnam, berdampak pada kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) di negara tersebut.

Investasi pabrik LEGO dapat membuka banyak lapangan pekerjaan di Vietnam sehingga memberikan efek peningkatan konsumsi rumah tangga hingga pajak bagi negaranya.

Jika kita lihat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) antara Vietnam dengan Indonesia, kini Vietnam hampir membalap angka PDB Indonesia.

Perekonomian Indonesia pada tahun 2024, diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku, mencapai Rp22.139,0 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp78,6 juta atau US$4.960,3.

Sementara PDB per kapita di Vietnam pada tahun 2024 dengan harga berlaku diperkirakan sebesar 114 juta VND/orang, setara dengan US$4.700, meningkat US$377 dibandingkan tahun 2023.

Sebagai informasi, PDB memberikan gambaran singkat tentang output ekonomi rata-rata per orang, yang dapat digunakan untuk membandingkan kinerja ekonomi dan standar hidup berbagai negara.

Alasan Dibalik Enggannya Investor Bikin Pabrik di Indonesia

Beberapa investor enggan membangun pabrik di Indonesia karena berbagai faktor, termasuk rendahnya indeks investasi, kualitas SDM, regulasi yang rumit, biaya produksi yang tinggi, dan infrastruktur yang belum merata. Selain itu, ketidakpastian kebijakan dan risiko politik juga menjadi perhatian investor.

Kualitas SDM

Indeks investasi dan pengembangan SDM di Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain di ASEAN. Indeks Investasi dan Pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) Indonesia pada 2024, berdasarkan laporan IMD World Talent Ranking (WTR), berada di posisi 46 dari 67 negara yang diteliti, dengan skor 53,4. Skor ini menunjukkan peningkatan daya saing SDM Indonesia, dengan indikator investasi dan pengembangan talenta, kesiapan SDM, serta kemampuan negara untuk menarik tenaga kerja asing.

Kualitas SDM yang belum mumpuni, terutama dalam hal keterampilan yang dibutuhkan oleh industri, menjadi perhatian investor.

Namun, Indonesia menempati peringkat ketiga terbaik di ASEAN, di bawah Singapura dan Malaysia, dengan skor daya saing yang lebih tinggi dibandingkan Thailand dan Filipina.

Pemeringkatan WTR 2024 mempertimbangkan tiga indikator utama: tingkat investasi dan pengembangan talenta, kesiapan SDM, dan kemampuan menarik tenaga kerja asing.

Regulasi dan Birokrasi Rumit

Regulasi yang berbelit dan birokrasi yang rumit dapat menghambat investasi. Inkonsistensi kebijakan dan kekakuan antara pemerintah pusat dan daerah juga menjadi perhatian investor. Selain itu, korupsi yang masih terjadi juga dapat mengurungkan niat investor untuk berinvestasi.

Biaya Produksi Tinggi

Biaya produksi di Indonesia, terutama biaya logistik, seringkali lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain. Kemudian, biaya tenaga kerja yang dianggap terlalu mahal juga menjadi faktor penghambat. Selain itu, infrastruktur yang belum merata juga menyebabkan biaya logistik meningkat.

Infrastruktur Tidak Merata

Infrastruktur publik yang belum merata, seperti jalan, listrik, dan transportasi, dapat menjadi penghambat bagi perusahaan yang ingin berinvestasi. Selain itu, kualitas infrastruktur yang kurang baik juga meningkatkan biaya produksi.

Risiko Politik

Stabilitas politik yang dianggap belum meyakinkan menjadi perhatian investor. Ketidakpastian kebijakan dan perubahan aturan yang sering terjadi juga membuat investor enggan berinvestasi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |