Liputan6.com, Jakarta - Ka'bah, bangunan suci yang menjadi pusat ibadah umat Islam, memiliki empat sudut yang dikenal sebagai rukun. Salah satu sudut yang menarik perhatian adalah Rukun Yamani. Pojokan ini terletak di bagian selatan Ka'bah, menghadap ke arah Yaman.
Keistimewaan Rukun Yamani bukan hanya terletak pada arah geografisnya, tetapi juga pada anjuran dalam praktik ibadah. Rukun ini menjadi bagian penting bagi umat Muslim yang tengah melaksanakan thawaf.
Dilansir dari tayangan video di kanal YouTube @Kisahmisteri1990 pada Sabtu (10/05/2025), disebutkan bahwa Rukun Yamani adalah salah satu pojok Ka'bah yang berada di sebelah selatan. Jika garis lurus ditarik dari Rukun Yamani, maka akan sampai ke negeri Yaman.
Berbeda dengan Hajar Aswad yang disunahkan untuk diusap dan dicium, Rukun Yamani hanya disunahkan untuk diusap. Praktik ini dilakukan dengan tangan kanan saat thawaf mengelilingi Ka'bah. Umat Muslim meyakini bahwa mengusap Rukun Yamani dapat menghapus dosa-dosa kecil.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Mengusap Rukun Yamani dan Hajar Aswad dapat menghapus dosa-dosa.” (HR. Tirmidzi). Hadis ini menjadi motivasi tersendiri bagi jamaah haji maupun umrah untuk tidak melewatkan kesempatan mengusap Rukun Yamani.
Simak Video Pilihan Ini:
Kondisi Arus Mudik 2025 di Tol dan Jalur Pantura Pemalang Jateng
Baca Doa Ini saat di Antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad
Rukun Yamani juga memiliki keutamaan lain. Saat berada di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, disunnahkan membaca doa:
"Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina ‘adzabannaar."(Artinya: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari siksa api neraka.)
Doa ini diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai bentuk permohonan kepada Allah agar diberikan kebahagiaan dunia dan keselamatan akhirat.
Selain itu, Rukun Yamani juga dianggap sebagai simbol persatuan umat Islam. Sebab, arah yang menghadap Yaman mengingatkan pada kisah persaudaraan antara umat Islam dari berbagai daerah yang berkumpul di tanah suci.
Selama thawaf, banyak jamaah yang berusaha menyentuh Rukun Yamani. Namun, jika keadaan terlalu padat, cukup dengan melambaikan tangan sebagai bentuk penghormatan. Kesempatan untuk mengusap Rukun Yamani menjadi momen istimewa yang tidak terlupakan.
Mengusap Rukun Yamani juga merupakan bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada Allah. Banyak ulama menjelaskan bahwa rukun ini memiliki keistimewaan yang berbeda dari sudut Ka'bah lainnya.
Makna Rukun Yamani
Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya "Fathul Bari," Rukun Yamani tidak dibangun dari batu asli Mekah seperti Hajar Aswad. Hal ini menunjukkan adanya keunikan dalam struktur Ka'bah itu sendiri.
Rukun Yamani tidak dihiasi dengan bingkai perak seperti Hajar Aswad, tetapi tetap memiliki nilai spiritual tinggi bagi umat Muslim. Setiap kali mengusapnya, para jamaah sering kali merasakan kedamaian yang mendalam.
Bagi jamaah haji atau umrah yang ingin mendapatkan pahala maksimal, mengikuti sunnah dalam mengusap Rukun Yamani menjadi bagian dari kesempurnaan ibadah thawaf. Namun, tetap diingat untuk tidak memaksakan diri jika kondisi terlalu ramai.
Tidak sedikit jamaah yang merasakan haru ketika berhasil mengusap Rukun Yamani. Mereka merasa lebih dekat dengan sejarah panjang Ka'bah dan para nabi. Terutama, mengingat bagaimana Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail membangun Ka'bah atas perintah Allah.
Suasana khidmat dan penuh harap senantiasa terasa di area Rukun Yamani. Para jamaah biasanya memanjatkan doa dengan penuh keyakinan akan dikabulkan oleh Allah.
Sebagai tempat yang penuh makna, Rukun Yamani juga menjadi pengingat bahwa ibadah di Masjidil Haram tidak hanya dilakukan dengan fisik, tetapi juga dengan hati yang ikhlas dan penuh kepasrahan.
Bagi umat Muslim di seluruh dunia, Rukun Yamani tidak hanya menjadi simbol arah geografis, tetapi juga simbol kebersamaan dan keikhlasan dalam beribadah.
Semoga kita semua diberikan kesempatan untuk mengunjungi Ka'bah, mengusap Rukun Yamani, dan merasakan kedekatan dengan Allah melalui ibadah haji atau umrah. Aamiin.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul