Makhluk Mungil Bawa Kematian Jutaan, Ilmuwan Teriak Tanda Kiamat

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Ilmuwan memperingatkan ancaman serius dari penyebaran jamur mematikan Aspergillus yang dipicu oleh "kiamat" perubahan iklim global. Studi terbaru yang dilakukan oleh para peneliti dari Manchester University mengungkapkan bahwa jamur ini menyebar lebih luas ke wilayah Eropa hingga Asia, seiring meningkatnya suhu global.

Aspergillus adalah jenis kapang atau jamur yang dapat menyebabkan infeksi paru-paru dan gangguan pernapasan. Spora jamur ini bisa masuk ke tubuh manusia melalui udara dan menyebabkan penyakit yang disebut aspergilosis. Infeksi ini sangat berisiko bagi individu dengan sistem imun lemah, penderita asma, atau fibrosis kistik.

Norman van Rhijn, peneliti dari Wellcome Trust di Manchester University, mengatakan bahwa dunia saat ini berada di titik kritis dalam menghadapi peningkatan patogen jamur. Ia menyebut bahwa infeksi jamur dapat menjadi faktor penyebab jutaan kematian global setiap tahunnya.

"Kita berbicara tentang ratusan ribu nyawa, dan pergeseran benua dalam distribusi spesies. Dalam 50 tahun ke depan, tempat tumbuh berbagai spesies dan jenis infeksi yang kita hadapi akan berubah total," kata Rhijn, dikutip dari Financial Times.

Menurut laporan The Independent, studi ini memperkirakan bahwa Aspergillus fumigatus dapat meluas hingga 77% wilayah tambahan pada tahun 2100 karena pemanasan global yang didorong oleh penggunaan bahan bakar fosil. Hal ini berpotensi mengekspos sembilan juta orang di Eropa terhadap infeksi mematikan ini.

Di Asia, penyebaran ke wilayah utara seperti China bagian utara, Rusia, hingga Skandinavia dan Alaska juga diprediksi meningkat signifikan.

Jamur ini tumbuh subur pada suhu tinggi seperti di kompos, yang menjelaskan kemampuannya untuk bertahan di dalam tubuh manusia yang bersuhu sekitar 37°C. Profesor Elaine Bignell dari University of Exeter mengatakan bahwa "gaya hidup" Aspergillus di lingkungan alami memberinya keunggulan untuk masuk ke paru-paru manusia.

Sementara itu, spesies lain seperti Aspergillus flavus yang hidup di tanaman pangan juga diprediksi menyebar ke wilayah baru hingga 16% lebih luas. Hal ini dapat berdampak besar terhadap ketahanan pangan serta ekosistem di wilayah terdampak.

Profesor Darius Armstrong-James dari Imperial College London menambahkan bahwa organisme ini menimbulkan ancaman besar, baik terhadap kesehatan manusia maupun keamanan pangan global.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Duel Ultra-Thin Flagship, Samsung S25 Edge Vs iPhone 17 Air

Next Article Di Atas Gunung Muncul Tanda Kiamat, Pertama dalam 4.000 Tahun

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |