Jakarta, CNBC Indonesia - Investor mulai kabur dari pasar saham Amerika Serikat (AS) senilai miliar dolar atau triliunan rupiah dalam waktu yang singkat. Kejadian ini mirip krisis bank 2023 lalu.
Dalam sepekan terakhir, investor asing menarik dana dari pasar ekuiitas AS senilai US$ 6,5 miliar setara Rp109,2 triliun (kurs Rp16.800/US$) hanya dalam sepekan.
Jumlah itu tercatat sebagai terbesar kedua setelah arus keluar yang terjadi saat krisis perbankan 2024 sebesar US$ 7,5 miliar.
Melansir dari Apollo, investor asing memiliki saham AS senilai US$ 18,5 triliun, setara 20% dari total kepemilikan pasar saham. Sementara itu, kepemilikan asing atas obligasi pemerintah (US Treasury) mencapai 30% atau US$ 4,6 triliun.
Foto: Investor Asing Jual Saham AS
Investor Asing Jual Saham AS
Investor global saat ini tengah dilanda pesimisme terhadap pasar saham AS, mengingat risiko yang mencuat baru-baru ini, terutama soal tarif trump yang tidak jelas.
Seperti dari awal April diberlakukan ke lebih dari 160 negara, kemudian ditunda 90 hari, dan tensi yang lebih tegang dengan China yang memberlakukan tarif impor sampai ratusan persen.
Kabar terbaru, AS menampar China dengan tarif 245%. Sementara itu, China memberikan tarif balasan 145% ke AS. Perang antara dua negara itu masih terus berlanjut yang membuat risiko geopolitik bisa semakin memanas.
Sementara itu, the Fed masih belum ada tanda akan menurunkan suku bunga, tak seperti beberapa bank sentral lain seperti di Eropa dan India yang sudah lebih dulu memangkas suku bunga acuan.
Hal ini membuat prospek pemangkasan suku bunga AS tak berubah dari sebelumnya, hanya berkisar dua kali. Ini artinya efek suku bunga tinggi masih akan terasa, meski data inflasi sudah mulai mendingin dan tingkat pengangguran mulai naik.
Survei Bank of Amerika (BofA) yang dirilis Senin lalu menunjukkan ada sekitar 50% investor institusi yang akan mengurangi eksposur mereka terhadap saham-saham AS.
Jika melihat data dalam sebulan terakhir, alokasi saham AS juga turun sekitar 13 poin persentase menjadi 36% net underweight, ini merupakan level terendah sejak krisis perbankan Maret 2023 lalu.
Sejak Februari, alokasi investor terhadap ekuitas AS telah turun sekitar 53 poin persentase, menandai penurunan terbesar dalam dua bulan yang pernah tercatat.
Foto: BoFa
US Equity Intentions
Selain itu, sebanyak 82% responden kini memperkirakan ekonomi global akan melemah, ini juga merupakan angka tertinggi dalam sejarah survei BofA.
Menurut Polymarket, peluang risiko resesi di AS kembali meningkat dari pekan lalu yang masih di 50% menjadi 56%.
Ini menunjukkan bahwa kekhawatiran pasar masih meliputi aset berisiko seperti saham yang membuat mereka cenderung antisipasi dengan melakukan aksi jual terlebih dahulu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)