Negosiasi KKP Sukses, Kuota Tangkapan Naik-RI Jadi Raja Tuna Dunia

4 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyampaikan, Indonesia berhasil mendapatkan tambahan kuota tangkapan atau catch limit tiga jenis tuna dari hasil sidang Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) di La Reunion Prancis beberapa waktu lalu. Hal ini menjadi bukti nyata Indonesia bukan sekadar pemain, tapi raja dalam produksi tuna dunia.

"Alhamdulillah kemarin kita berhasil mendapatkan tambahan kuota sebesar 2.791 ton. Saya kira itu cukup besar," kata Trian Yunanda, Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya, dalam Bincang Bahari KKP, Rabu (30/4/2025).

Tambahan kuota tersebut membuat catch limit untuk tuna mata besar (Bigeye Tuna/BET) Indonesia naik dari 18.605 ton menjadi 21.396 ton untuk periode 2026-2028. Tak hanya itu, untuk cakalang (Skipjack Tuna/SKJ), Indonesia memperoleh kuota sebesar 138.000 ton, angka yang bahkan lebih besar dari tren hasil tangkapan selama 10 tahun terakhir yang berkisar di angka 134.000 ton.

Di sisi lain, setelah bertahun-tahun negosiasi alot, akhirnya catch limit untuk tuna sirip kuning (Yellowfin Tuna/YFT) Indonesia juga ditetapkan sebesar 45.426 ton untuk tahun 2025. Ini jauh lebih baik ketimbang estimasi IOTC sebelumnya yang hanya mengalokasikan 25.000 ton.

"Ini saya kira sebuah keberhasilan, karena kita menolak resolusi terkait sejak tahun 2017 sampai dengan 2021. Mengapa? Karena IOTC memberikan catch limit kepada kita hanya sebesar 25.000 ton, padahal hasil tangkapan kita pada waktu itu mencapai 42.000-45.000 ton," jelasnya.

Indonesia, Raja Tuna Dunia

Fakta lain yang memperkuat posisi Indonesia di peta dunia adalah data produksi tuna nasional. Pada tahun 2022 lalu, berdasarkan data FAO PBB melalui SOFIA, Indonesia berhasil mencatatkan hasil tangkapan tuna sebesar 752.118 ton. Angka ini membuat Indonesia menjadi produsen tuna terbesar di dunia, jauh melampaui Taiwan yang ada di posisi kedua dengan volume tangkapan 50% lebih kecil dari Indonesia.

"Kalau kita lihat, total volume hasil tangkapan dunia itu sekitar 5,2 juta ton. Jadi artinya produksi kita ini kurang lebih sekitar 15% dari keseluruhan produksi dunia. Ini sebuah hal yang patut menjadi perhatian kita bersama," ungkap Trian.

Keberhasilan ini tentu tidak datang begitu saja. Letak geografis Indonesia yang strategis di antara Samudera Hindia dan Pasifik menjadi kunci. "Wajar kalau kita merupakan produsen terbesar di dunia, karena kita berada tepat di dua persinggungan samudra yang memiliki produk-produk tuna terbesar," kata Trian.

Bahkan, kata dia, distribusi tuna kini semakin meluas. "Menarik juga, bahkan di Laut Natuna yang sebelumnya tidak ada tuna, kita dapati juga ternyata di sana. Ini mungkin akibat perubahan musim atau climate change yang menyebabkan komposisi distribusi hasil tangkapan berubah," jelasnya.

Devisa Besar Ngalir dari Ekspor Tuna

Tak hanya berjaya di sektor produksi, ekspor tuna Indonesia juga mencatatkan prestasi membanggakan. Pada 2024, nilai ekspor hasil produksi perikanan nasional mencapai US$5,95 miliar. Dari jumlah itu, produk tuna seperti cakalang dan tongkol menjadi kontributor terbesar.

"Tuna cakalang tongkol ini dengan volume sebesar 278 ribu ton menghasilkan nilai sekitar US$1,03 miliar, atau sekitar Rp16,7 triliun," terang Trian.

Adapun produk-produk yang diekspor ini hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari beku, kemasan, fillet, hingga yang segar.


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Menteri KKP Minta DPR Buka Blokir Anggaran

Next Article Tuna-Tilapia RI Laku Keras di Negara Ini, Ekspor Ikan Tembus US$5 M

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |