Perang India-Pakistan: Kecanggihan Militer China Buat Gentar AS-Israel

7 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang India vs Pakistan tidak hanya menjadi konflik kedua negara. Konflik ini juga menjadi ajang uji coba teknologi militer dari negara-negara besar seperti China, Amerika Serikat, Rusia hingga Israel.

Konflik India vs Pakistan tidak hanya soal dua negara bertetangga yang berseteru, tetapi menjadi cermin perubahan tatanan global dan arena uji coba kekuatan teknologi militer antara Barat dan Timur.

Dunia dibuat penasaran bukan hanya untuk melihat siapa menang tetapi untuk membaca peta kekuatan militer dan geopolitik masa depan.

India menggunakan jet tempur Rafale buatan Prancis dan sistem pertahanan S-400 buatan Rusia.

Pakistan, yang dulunya mengandalkan persenjataan Barat, kini beralih ke teknologi China, termasuk jet tempur buatan Beijing.

Pesawat tempur milik militer Prancis Dassault Rafale A330 MRTT mendarat di Apron Selatan, Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (24/7/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)Foto: Pesawat tempur milik militer Prancis Dassault Rafale A330 MRTT mendarat di Apron Selatan, Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (24/7/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Pesawat tempur milik militer Prancis Dassault Rafale A330 MRTT mendarat di Apron Selatan, Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (24/7/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Konflik ini melibatkan drone kamikaze dan loitering munitions, teknologi militer modern yang memungkinkan drone mengincar target secara presisi lalu menyerang layaknya rudal jelajah.

China, Rusia, Israel, Amerika Semua Mengamati

Dalam konflik Pakistan vs India, China ingin melihat seberapa baik performa jet dan rudalnya yang digunakan Pakistan.

Rusia memantau kinerja sistem pertahanan udaranya yang digunakan India. Sementara itu, Israel, yang menjadi mitra pertahanan India, juga turut mencermati.

Pakistan memang sejak lama memiliki hubungan bersahabat dengan China, namun kini China telah menjadi negara yang jauh lebih kuat dibandingkan era 1970-an ketika hubungan kedua negara baru tumbuh.

India, yang dulunya tergabung dalam gerakan non-blok, secara implisit lebih dekat ke Rusia. Kini, India semakin menjalin kedekatan dengan Barat (AS dan Eropa) dan juga merupakan mitra Israel.

Militer China Mulai Ancam Dunia

Konflik yang memanas antara India dan Pakistan kini bisa menjadi momen pertama bagi dunia untuk melihat secara nyata bagaimana kinerja teknologi militer China yang canggih.

Pasalnya, teknologi tersebut belum teruji sementara sebaliknya perangkat militer Barat sudah teruji di banyak perang.

Sebagai pemasok utama senjata Pakistan, China kemungkinan mengamati dengan sangat cermat untuk mengetahui bagaimana sistem persenjataannya telah - dan mungkin akan - tampil dalam pertempuran nyata.

Jet Tempur buatan Chengdu Aircraft Corporation  (CAC) J-10 milik Pakistan. (Tangkapan Layar Youtube/Pakistan Air Force)Foto: Jet Tempur buatan Chengdu Aircraft Corporation (CAC) J-10 milik Pakistan. (Tangkapan Layar Youtube/Pakistan Air Force)
Jet Tempur buatan Chengdu Aircraft Corporation (CAC) J-10 milik Pakistan. (Tangkapan Layar Youtube/Pakistan Air Force)

Saham AVIC Chengdu Aircraft, produsen pesawat tempur asal China, melonjak 40% minggu ini.

Saham melonjak setelah Pakistan mengklaim telah menggunakan jet tempur J-10C buatan AVIC untuk menembak jatuh pesawat tempur India, termasuk jet tempur Rafale buatan Prancis dalam pertempuran udara pada hari Rabu.

J-10C adalah versi terbaru dari jet tempur J-10 bermesin tunggal milik China, yang mulai digunakan Angkatan Udara China pada awal 2000-an.

Dengan sistem senjata dan avionik yang lebih canggih, J-10C diklasifikasikan sebagai jet tempur generasi 4.5 - setara dengan Rafale, tapi satu tingkat di bawah jet siluman generasi ke-5 seperti J-20 China atau F-35 AS.

Sebagai kekuatan militer yang sedang naik daun, China belum pernah terlibat perang besar selama lebih dari empat dekade. Tetapi di bawah kepemimpinan Presidenn Xi Jinping, Beijing telah melakukan modernisasi besar-besaran pada angkatan bersenjatanya, menuangkan sumber daya untuk mengembangkan senjata canggih dan teknologi mutakhir.

Modernisasi ini juga diperluas ke Pakistan, yang oleh Beijing dijuluki sebagai "saudara baja". Dalam lima tahun terakhir, China telah memasok 81% dari senjata impor Pakistan.

Ekspor tersebut mencakup jet tempur canggih, rudal, radar, dan sistem pertahanan udara yang menurut para ahli akan memainkan peran penting dalam konflik militer antara Pakistan dan India.

Beberapa senjata buatan Pakistan juga dikembangkan bersama perusahaan China atau dibuat menggunakan teknologi dan keahlian China.

"Ini menjadikan setiap bentrokan antara India dan Pakistan sebagai lingkungan uji coba de facto bagi ekspor militer China," kata Sajjan Gohel, direktur keamanan internasional di Asia-Pacific Foundation, sebuah lembaga think tank yang berbasis di London, dikutip CNN International.

Kemana Amerika?
India dan Pakistan telah tiga kali berperang karena sengketa Kashmir sejak merdeka dari Inggris pada tahun 1947. Pada puncak Perang Dingin, Uni Soviet mendukung India, sementara Amerika Serikat dan China mendukung Pakistan.

Meskipun secara tradisional menjalankan kebijakan non-blok, India kini semakin mendekat ke Amerika Serikat, seiring dengan berbagai pemerintahan AS yang terus merangkul kekuatan baru Asia Selatan itu sebagai penyeimbang strategis terhadap China.

India pun meningkatkan pembelian senjata dari AS dan sekutunya, termasuk Prancis dan Israel, sambil secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap persenjataan Rusia.

Sementara itu, Pakistan semakin memperdalam hubungannya dengan China, menjadi "mitra strategis segala cuaca".

Menurut data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) AS dan China masing-masing memasok sekitar sepertiga dari senjata impor Pakistan pada akhir 2000-an.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, Pakistan berhenti membeli senjata dari AS dan semakin banyak mengisi arsenalnya dengan persenjataan buatan China.

Banyak analis meyakini bahwa rudal dan amunisi lain tersebut diluncurkan oleh jet tempur Rafale buatan Prancis dan Su-30 buatan Rusia milik India.

Angkatan Udara Pakistan (PAF) juga masih mengoperasikan banyak F-16 buatan Amerika, salah satunya digunakan untuk menembak jatuh jet tempur India buatan Soviet dalam insiden 2019.

Namun, konfigurasi F-16 milik Pakistan masih versi awal 2000-an, jauh tertinggal dibanding versi terbaru yang kini ditawarkan oleh AS. Sebaliknya, J-10CE dan JF-17 Block III buatan China telah dilengkapi teknologi terkini, seperti radar AESA (Active Electronically Scanned Array).

Selain itu, Pakistan baru-baru ini mengoperasikan sistem rudal pertahanan udara jarak jauh HQ-9P buatan China. Dengan jangkauan maksimum 260 kilometer, satu batalion HQ-9P terdiri dari delapan kendaraan peluncur quad dan dapat mencakup radius pertahanan sekitar 125 kilometer.

Peralatan militer India merupakan campuran dari berbagai sistem, dengan lebih dari setengahnya berasal dari Rusia. Dalam beberapa tahun terakhir, India telah membeli jet tempur "Rafale" dari Prancis dan kini mulai membeli peralatan buatan Amerika Serikat.

Tingkat interoperabilitas dan kemajuan teknologi yang bervariasi dari sistem-sistem ini menimbulkan tantangan dalam mencapai integrasi operasional yang terpadu, yang pada akhirnya mempengaruhi efektivitas operasi gabungan secara keseluruhan.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |