PSI Perorangan Jadi Kendaraan Politik Baru Jokowi? Begini Analisis Pengamat

3 hours ago 2

loading...

Gagasan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) mengenai Partai Super Terbuka (Tbk) dan konsep Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Perorangan dinilai saling melengkapi. Foto/Ary Wahyu

JAKARTA - Gagasan Presiden ke-7 RI Joko Widodo ( Jokowi ) mengenai Partai Super Terbuka (Tbk) dan konsep Partai Solidaritas Indonesia ( PSI ) Perorangan dinilai saling melengkapi. Sebab, penambahan kata Perorangan pada nama partai tersebut diprediksi bakal membuat PSI menjadi parpol lebih terbuka.

Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai gagasan dan konsep tersebut merupakan bentuk strategi politik yang saling menguntungkan bagi Jokowi dan PSI. Jokowi yang sudah menyelesaikan masa jabatannya sebagai presiden diyakininya butuh kendaraan politik baru di masa depan.

"Saling melengkapi dan saling menguntungkan. Jokowi, setelah tidak menjabat presiden, tentu membutuhkan kendaraan politik, baik atas nama pribadi maupun untuk kepentingan politik jangka panjang," ujar Agung, Senin (10/3/2025).

Baca Juga

 Tidak Perlu Ada Kekhawatiran

Dari perspektif PSI, lanjut dia, keterkaitan dengan Jokowi jelas membawa keuntungan politik. Basis pemilih Jokowi yang solid dan kuat dapat menjadi modal besar bagi PSI untuk menembus parlemen Senayan pada Pemilu 2029.

"PSI memiliki basis politik yang berkembang, tapi mereka masih butuh figur sentral. Dengan kehadiran Jokowi, Gibran (Gibran Rakabuming Raka) atau Bobby (Bobby Nasution), PSI bisa lebih mudah mengidentifikasi diri sebagai partai yang punya sosok kuat. Ini bisa menguntungkan mereka saat pileg dan pilkada," tuturnya.

Dia pun menyoroti bahwa Jokowi tidak hanya membutuhkan kendaraan politik personal, tetapi juga institusi yang dapat menopang pengaruhnya dalam jangka panjang. Hal tersebut sejalan dengan konsep Partai Super Tbk, bahwa parpol dapat beroperasi layaknya perusahaan dengan kepemimpinan kolektif.

"Suka atau tidak, partai politik sering kali bergantung pada figur. Sebelum sekarang, Partai Demokrat sangat bergantung pada SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, red), begitu juga PDIP dengan Megawati. Namun, seiring waktu, partai-partai ini bisa berdiri sendiri, begitu juga dengan PSI nantinya,” pungkasnya.

(rca)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |