Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga emas dalam beberapa dua tahun terakhir tidak lepas dari peran pembelian besar-besaran oleh bank sentral di seluruh dunia.
Selama ini, cadangan devisa banyak disimpan dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS) dan obligasi pemerintah AS. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul kekhawatiran terhadap risiko nilai dolar, geopolitik, dan sanksi ekonomi. Untuk mengurangi ketergantungan pada dolar, banyak bank sentral menambah porsi emas dalam cadangannya.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, inflasi tinggi, dan konflik geopolitik, emas dipandang sebagai aset aman yang tidak tergantung pada janji pemerintah mana pun. Ketika kondisi global tidak stabil, bank sentral berlomba-lomba mengamankan nilai kekayaan negaranya lewat emas. Hal ini meningkatkan permintaan riil terhadap emas fisik dan menaikkan harga di pasar dunia.
Disepanjang tahun ini, harga emas dunia (XAU) telah mencapai 66% saat menyentuh level tertingginya pada 20 Oktober 2025 di level US$4.355,25 per troy ons.
Di tengah inflasi dan masalah geopolitik yang masih berlangsung, bagaimana bank sentral merespons pembelian emas?
Berdasarkan data World Gold Council, menunjukkan pembelian emas tahunan bank sentral selama satu dekade (2014-2024) terjadi kenaikan yang cukup signifikan hingga 81%.
Bank sentral bukan sekadar lembaga keuangan, mereka adalah arsitek ekonomi dunia. Dengan kendali atas uang, suku bunga, dan emas, mereka menentukan arah kekayaan, kekuasaan, dan stabilitas global.
Pembelian meningkat setelah 2018, melambat pada 2020, dan kemudian melonjak hingga lebih dari 1.000 ton pada 2022, 2023, dan 2024. Akibatnya, laju pembelian baru-baru ini jauh melampaui siklus sebelumnya.
Dari 2014 hingga 2016, bank sentral membeli 1.575,7 ton. Dari tahun 2022 hingga 2024, mereka membeli 3.220,2 ton, dua kali lipat pembelian dari hampir satu dekade sebelumnya.
Pada semester pertama 2025, Polandia memimpin dengan 67,2 ton, diikuti oleh Azerbaijan (34,5 ton) dan Kazakhstan (22,1 ton). China menambahkan 19 ton, sementara Turki membeli 17,2 ton.
Republik Ceko, Kamboja, Qatar, India, dan Ghana juga meningkatkan cadangan. Secara keseluruhan, 23 negara meningkatkan kepemilikan mereka di semester pertama, menggarisbawahi partisipasi yang luas.
Ketika permintaan sektor resmi meningkat, hal itu seringkali mendukung harga dan sentimen. Emas pun demikian.
Per September 2025, perkiraan cadangan emas resmi global mencapai 36.359 ton, menurut data IMF. Namun, perkiraan Dewan Emas Dunia seringkali melebihi permintaan yang dilaporkan IMF.
Estimasi pembelian selama tiga tahun terakhir naik 104% dibandingkan periode 2014-2016. Seiring dengan langkah bank sentral, investor dari semua lapisan masyarakat harus memperhatikan hal ini.
Ke depannya, pertumbuhan dunia yang tidak merata, inflasi yang stagnan, dan gejolak geopolitik yang berulang dapat membuat volatilitas pasar tetap tinggi. Oleh karena itu, dengan permintaan emas dari bank sentral yang masih kuat, emas batangan menawarkan lindung nilai yang kredibel dan diversifikasi likuid bagi portofolio yang menginginkan ketahanan.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)

4 hours ago
2
















































