Rencana RI Nambah Impor Migas dari AS Sudah Bulat!

5 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah sepertinya sudah bulat untuk menambah porsi impor mainyak dan gas bumi (migas) dari Amerika Serikat (AS). Hal ini ditegaskan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.

Semula Bahlil menanggapi impor dari AS akan memakan waktu hingga 40 hari lamanya, khusus untuk waktu pengantaran. Namun Bahlil menegaskan, bahwa hal itu tidak menjadi masalah.

Sebab, Indonesia sendiri sejatinya sudah mengimpor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari AS hingga 50% dari total impor LPG nasional.

"Gak ada alasan. LPG kita juga kan kita impor dari Amerika. 59% dari total LPG kita konsumsi nasional, dari total impor LPG nasional, 50% lebih itu kan dari Amerika. Gak ada soal," kata Bahlil saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/5/2025).

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) sedang mengkaji penambahan impor migas dari Amerika Serikat (AS). Hal ini sebagai respon terhadap kebijakan tarif perdagangan baru antara AS dengan Indonesia.

Sebagaimana diketahui, saat ini porsi impor minyak RI dari AS hanya mencapai 4% dari kuota impor secara keseluruhan. Nah, di tengah rencana penambahan impor migas dari AS itu, Pertamina sedang menghitung risiko dan dampaknya, termasuk diantaranya adalah perihal waktu pengiriman.

Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri menyebutkan bahwa pihaknya terus mendukung upaya pemerintah dalam bernegosiasi dengan AS, salah satunya dengan mempertimbangkan pengalihan porsi impor migas dari negara lain menjadi dari AS.

Namun, Simon mengatakan bahwa jarak AS dengan Indonesia terpaut hingga 40 hari untuk bisa mengantar migas. Hal itu dinilai jauh lebih lama dibandingkan jika Indonesia mengimpor dari negara-negara Timur Tengah.

"Risiko utama adalah dari sisi jarak dan waktu pengiriman dari Amerika Serikat yang jauh lebih panjang yaitu sekitar 40 hari dibandingkan sumber pasokan dari Timur Tengah ataupun negara Asia," jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI, Jakarta, Kamis (22/5/2025).

Dampaknya, Simon menyebutkan bahwa ketahanan stok energi nasional bisa terganggu terlebih jika diiringi oleh kendala faktor cuaca dalam proses pengiriman migas dari AS.

"Karena itu, Pertamina saat ini sedang melakukan kajian komprehensif mencakup aspek teknis, komersial, dan risiko operasional untuk memastikan bahwa skenario peningkatan suplai dari Amerika Serikat dapat dilakukan secara efektif," tambahnya.

Maka, diperlukan dukungan kebijakan dari pemerintah dalam bentuk payung hukum sebagai dasar pelaksanaan kerjasama suplai energi untuk RI.

"Komitmen kerjasama secara G2G antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Amerika Serikat akan memberikan kepastian politik dan regulasi dan selanjutnya dapat diturunkan ke dalam bentuk kerjasama bisnis to bisnis di level teknis dan operasional antar perusahaan," tutupnya.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Menlu AS Bantah Ada Deportasi Warga Gaza ke Libya

Next Article RI Mau Tambah Impor Minyak & LPG dari AS, Nilainya Rp167,9 Triliun!

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |