Simak Peran Teknologi Bagi Keberlangsungan Wirausaha Sosial

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Wirausaha sosial dipandang dapat menjadi solusi atas berbagai masalah sosial yang ada di masyarakat. Pasalnya, kehadiran wirausaha sosial bertujuan untuk memuliakan hajat hidup banyak orang.

Di Indonesia, wirausaha sosial mulai menjadi perhatian bagi sebagian masyarakat terutama generasi muda. Wirausaha sosial terbukti mampu memberdayakan tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja bagi kelompok sosial di masyarakat.

Iklim wirausaha sosial di Indonesia pun dinilai sudah cukup kondusif. Dalam hal ini, Pemerintah senantiasa mendukung para pelaku wirausaha sosial untuk bisa naik kelas.

Melalui DBS Foundation, Bank DBS Indonesia berkomitmen dalam mendukung dan memajukan wirausaha sosial di Indonesia melalui berbagai program mulai dari edukasi, pendampingan, pelatihan bisnis, pendayagunaan, hingga pemberian dana hibah.

Terbukti, DBS Foundation telah menyalurkan dana senilai total SGD 4,5 juta kepada 22 bisnis yang memberikan dampak dalam angsuran terbaru dari program hibah tahunannya. Dalam hal ini, DBS Foundation (DBSF) telah memilih 22 bisnis yang memberikan dampak dipilih dari lebih dari 1.500 pendaftar untuk menerima dana hibah senilai total SGD 4,5 juta yang dapat digunakan untuk meningkatkan skala bisnis mereka dan memberi manfaat bagi masyarakat yang lebih rentan.

Kendati demikian, masih ada beberapa tantangan wirausaha sosial di Indonesia. Di antaranya tantangan dalam mengukur dampak sosial, keterbatasan modal, hingga adopsi teknologi. Padahal, di era yang sudah serba digital ini, teknologi sangat penting karena bisa membantu pekerjaan secara lebih optimal.

Asal tahu saja, peran teknologi bagi wirausaha sosial di Indonesia cukup krusial. Sebab, teknologi dipercaya dapat membantu pelaku wirausaha dalam mengakses data dan informasi dengan cepat serta terhubung dengan mudah kepada pihak eksternal. Selain itu, teknologi juga berperan penting dalam membuka peluang baru sekaligus meningkatkan efisiensi operasional.

Pelaku wirausaha juga bisa menerapkan digitalisasi melalui aplikasi yang bisa diunduh oleh publik. Digitalisasi juga bisa menjadi salah satu cara bagi pelaku wirausaha untuk mencapai keberlanjutan. Lantas, ada beberapa wirausaha sosial yang mampu mengimplementasikan strategi optimalisasi teknologi.

Salah satu contohnya adalah NAFAS, sebuah perusahaan wirausaha yang sukses menciptakan aplikasi yang dapat mengukur kualitas udara secara real time, terlokalisasi, dan akurat. NAFAS juga aktif mengolah data-data terkait kondisi kualitas udara untuk keperluan riset.

Pada bulan Agustus 2024 lalu, Bank DBS Indonesia menjalin kolaborasi strategis dengan NAFAS untuk memasang 50 sensor kualitas udara. Langkah ini merupakan salah satu bentuk pemanfaatan dana hibah yang diterima NAFAS lewat program DBS Foundation Business for Impact Grant Award 2023. Melalui kerja sama ini, Bank DBS Indonesia turut berkomitmen untuk menjaga kelestarian bumi dengan membantu penelitian dan peningkatan kualitas udara di Tanah Air.

Selain itu, ada Mycotech Lab (MYCL) yang merupakan wirausaha sosial yang didirikan pada 2015 dengan fokus menciptakan bahan bangunan dan produk dari bagian vegetatif seperti benang dari jamur yang dikenal sebagai miselium. Berkat sistem pengolahan yang mirip dengan tempe, MYCL mengikat miselium dengan limbah pertanian seperti sekam jagung dan serpihan kayu, kemudian menumbuhkannya menjadi bahan yang disebut Myle.

MYCL turut memasarkan teknologinya ke bisnis lain seperti industri konstruksi dan mode. MYCL pun pernah bekerja sama dengan Doublet, sebuah merek fashion streetwear asal Jepang. Doublet merilis koleksi berbahan dasar Myle yang dikembangkan oleh MYCL dan menampilkannya pada Paris Fashion Week 2021.

Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation pernah memberi dana hibah kepada MYCL melalui program DBS Foundation Social Enterprise (SE) Grant untuk mendukung pengembangan prototipe bio-material berkelanjutan rancangan MYCL.

Di samping dana hibah, DBS Foundation juga memberi bimbingan kepada MYCL untuk membantu mereka mengatasi tantangan bisnis. MYCL kemudian kembali dianugerahi dana hibah oleh DBS Foundation pada 2018 untuk mendukung rencana peningkatan produksi dan penetapan strategi kekayaan intelektual.

Wirausaha sosial lainnya yang mampu memaksimalkan teknologi digital adalah GandengTangan. Ini merupakan perusahaan platform peer to peer (P2P) lending yang menyediakan pembiayaan dan edukasi keuangan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta mendorong pembangunan ekonomi nasional. GandengTangan aktif memfasilitasi kebutuhan finansial UMKM melalui platform P2P lending yang memudahkan mereka mendapat pinjaman modal.

GandengTangan masuk dalam jajaran 5 perusahaan berdampak sosial asal Indonesia yang mendapatkan hibah dari DBS Foundation dengan total nilai Rp 11,5 miliar untuk memperjuangkan keberlanjutan dan kesejahteraan komunitas rentan. Dana hibah ini akan digunakan GandengTangan untuk memperkuat dan memperluas kemitraan strategis perusahaan tersebut. Sebelumnya, GandengTangan pernah menerima hibah pada 2018 melalui program yang sama.

Seiring beberapa contoh sukses wirausaha sosial tersebut, Bank DBS Indonesia secara aktif menyuarakan isu keberlanjutan dan digitalisasi sebagai salah satu bentuk upaya dalam mewujudkan komitmennya. Hal ini terbukti dengan berbagai program dan forum yang diselenggarakan oleh Bank DBS Indonesia, yaitu Asian Insights Conference.

Tahun ini, Bank DBS Indonesia dengan bangga menghadirkan DBS Asian Insights Conference 2025 dengan mengangkat tema "Growth in a Changing World". Hal ini dilatarbelakangi oleh kesadaran Bank DBS Indonesia sebagai perusahaan yang bertanggung jawab serta senantiasa meningkatkan kesadaran tentang masalah sosial, lingkungan, dan keberlanjutan.

Secara keseluruhan, pekerjaan mereka diproyeksikan akan secara kolektif memberi manfaat bagi lebih dari 800.000 penerima manfaat selama dua tahun. Penerima hibah ini memiliki misi yang sama dengan DBSF untuk mengangkat kehidupan dan mata pencaharian kelompok rentan, khususnya, dengan menyediakan kebutuhan penting. Di antaranya adalah pendidikan dasar, perawatan kesehatan, air bersih serta mendorong inklusi melalui peningkatan keterampilan, pekerjaan, dan peluang lainnya.

Lebih dari itu, seperempat dari penerima hibah tahun ini difokuskan untuk mengatasi kebutuhan masyarakat yang menua. Hal ini termasuk mengembangkan solusi inovatif untuk mengatasi risiko terkait lansia seperti meningkatnya insiden jatuh, atau membantu masyarakat menikmati "masa hidup" yang berkualitas seperti peningkatan kesehatan fisik, finansial, mental, dan sosial seiring bertambahnya usia.

Di sisi lain, DBS Foundation melalui DBS Foundation Grant Program 2024 telah mengucurkan dana sebesar SGD 950.000 atau sekitar Rp 11,5 miliar kepada lima perusahaan berdampak sosial asal Indonesia. Adapun lima perusahaan yang dimaksud adalah Komodo Water, Aliet Green, Adena Coffee, JAVA FRESH, dan GandengTangan.

Mereka berhasil bersaing dengan 155 pelamar asal Indonesia dan mendapatkan total dana hibah sebesar SGD 950.000 atau sekitar Rp 11,5 miliar untuk meningkatkan skala bisnis dan memperluas dampak sosialnya. Alhasil, hibah tersebut akan digunakan untuk mengembangkan bisnis mereka dan memperluas dampak positif bagi komunitas rentan.

Selain itu, program ini juga telah memilih 22 wirausaha sosial dan perusahaan berdampak sosial dari total lebih dari 1.500 pelamar untuk menerima dana hibah senilai SGD 4,5 juta (atau sekitar Rp 55 miliar). Secara keseluruhan, program-program yang dikembangkan oleh perusahaan berdampak sosial dengan dana hibah ini diproyeksi akan memberikan manfaat bagi lebih dari 800.000 orang selama dua tahun mendatang.

Berikut ini merupakan fokus dari masing-masing perusahaan sosial yang berhasil menerima hibah:

Perusahaan pertama, yakni Adena Coffee mampu memberdayakan komunitas lokal di Gayo melalui praktik perkebunan kopi yang berkelanjutan dan mendukung mata pencaharian masyarakat adat. Hibah yang diterima Adena Coffee akan digunakan untuk memberdayakan petani kecil dengan mengoptimalkan proses rantai pasok, membangun fasilitas untuk standarisasi, dan memperluas akses ke pasar global.

Perusahaan kedua, yaitu Aliet Green memiliki peran dalam memproduksi bahan makanan organik regeneratif dengan fokus pada pemberdayaan perempuan dan pengolahan gula kelapa bersertifikat Fair Trade. Hibah dari DBS Foundation akan Aliet Green digunakan untuk mengembangkan aplikasi dan meningkatkan kapasitas untuk metode pertanian berkelanjutan.

Perusahaan ketiga adalah GandengTangan yang menyediakan pembiayaan dan edukasi keuangan untuk UMKM serta mendorong pembangunan ekonomi. Hibah ini bakal digunakan untuk memperkuat dan memperluas kemitraan strategis GandengTangan. GandengTangan pernah menjadi penerima hibah pada 2018 lewat program yang sama.

Perusahaan keempat, JAVA FRESH telah berperan dalam menghubungkan petani kecil dan perempuan yang terpinggirkan di Indonesia ke pasar buah global serta mendorong harga yang adil dan menciptakan lapangan kerja. Hibah ini akan digunakan oleh JAVA FRESH untuk mendukung penelitian dan pengembangan teknologi, meningkatkan fasilitas, dan memberdayakan petani untuk memenuhi standar global.

Adapun perusahaan kelima yaitu Komodo Water berperan memberikan akses dan pengelolaan air yang berkelanjutan bagi masyarakat pesisir di Indonesia Timur. Hibah ini digunakan mereka untuk menambah fasilitas di dua lokasi baru dan meningkatkan kapasitas produk.


(rah/rah)

Saksikan video di bawah ini:

Video: DBS Siap Gelar Asian Insights Conference 2025!

Next Article DBS Foundation Gelontorkan Dana Rp11,5 M untuk 5 Perusahaan Sosial

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |