Liputan6.com, Jakarta - Geopolitik Research Centre (GRC) merilis hasil survei Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Kapuas Hulu 2024 pascamasa kampanye dan debat publik.
Survei ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur tingkat elektabilitas pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati Kapuas Hulu setelah masa kampanye dan debat publik.
"Survei ini memberikan gambaran penting tentang preferensi politik masyarakat Kapuas Hulu pascakampanye dan debat publik," ujar Direktur Eksekutif Geopolitik Research Centre (GRC) Alfian Septiansyah melalui keterangan tertulis, Jumat (22/11/2024).
Selain itu, lanjut dia, dapat menjadi acuan bagi kedua pasangan calon untuk merumuskan strategi komunikasi dan kampanye yang lebih efektif menjelang pencoblosan Pilkada 2024.
"Survei dilakukan dalam tiga tahap simulasi untuk mengukur elektabilitas kedua pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati, yaitu Wahyudi Hidayat-Oktavianus Wawa dan Fransiskus Diaan-Sukardi," kata Alfian.
Ia menyatakan, pertama simulasi pertanyaan terbuka. Pada tahap ini, lanjut Alfian, responden diminta untuk memberikan jawaban secara spontan tanpa pengaruh nama pasangan calon yang disarankan.
"Hasilnya, paslon Wahyudi Hidayat-Oktavianus Wawa dipilih sebanyak 48,2%, Fransiskus Diaan-Sukardi dipilih sebanyak 41,4%, dan tidak menjawab sebanyak 10,4%," terang dia.
Yang kedua, lanjut Alfian, simulasi pertanyaan tertutup. Pada tahap ini, kata dia, responden diberikan kertas kuisioner yang memuat pilihan nama paslon untuk memilih secara langsung.
"Hasilnya, paslon Wahyudi Hidayat-Oktavianus Wawa dipilih sebanyak 53,8%, Fransiskus Diaan-Sukardi dipilih sebanyak 40,5%, dan tidak menjawab sebanyak 5,7%," kata dia.
Andika Perkasa, calon Gubernur Jawa Tengah, optimistis menghadapi pengaruh Jokowi dan Prabowo dalam pemilihan kepala daerah mendatang. Sementara itu, PDIP Boyolali mengakui adanya tekanan dan intimidasi dalam persiapan pilkada November.
Hasil Simulasi Survei Lainnya
Sementara, lanjut Alfian, ketiga simulasi dengan duplikat surat suara pada tahap terakhir. Dia mengatakan, responden diminta untuk memilih secara langsung menggunakan duplikat surat suara yang menyerupai kondisi sebenarnya pada saat pemilihan.
"Hasilnya, paslon Wahyudi Hidayat-Oktavianus Wawa memperoleh 813 suara atau 54,2% dari total suara yang sah. Paslon Fransiskus Diaan-Sukardi memperoleh 667 suara atau 44,46% dari total suara yang sah, sedangkan suurat suara tidak tercoblos sebanyak 20 lembar," papar dia.
Alfian memaparkan, berdasarkan hasil survei ini, paslon Wahyudi Hidayat-Oktavianus Wawa menunjukkan keunggulan elektabilitas di seluruh simulasi yang dilakukan, baik melalui pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup, maupun simulasi pemilihan dengan duplikat surat suara.
Meskipun demikian, lanjut Alfian, terdapat sejumlah pemilih yang belum memutuskan pilihan mereka, yang tercermin dalam persentase "tidak menjawab", yang dapat mempengaruhi dinamika pemilihan hingga hari-H.
Dia menjelaskan, penarikan sampel survei ini menggunakan metode Multistage Random Sampling, yang merupakan teknik acak bertahap yang memungkinkan pemilihan responden secara representatif dari seluruh wilayah Kabupaten Kapuas Hulu.
Hasil Survei Bisa Jadi Gambaran
Alfian menyebut, dari total 196.115 pemilih terdaftar, sebanyak 1.500 responden dipilih sebagai sampel survei. Responden yang terpilih merupakan representasi dari berbagai segmen demografis, termasuk usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.
"Dalam survei ini, toleransi kesalahan atau margin of error diperkirakan sebesar 2,52% dengan tingkat kepercayaan 95%," ucap dia.
"Yang memberikan validitas dan reliabilitas yang tinggi terhadap hasil yang diperoleh. Survei ini dilaksanakan pada 10-20 November 2024, menggunakan metode wawancara tatap muka dengan para responden di seluruh daerah Kapuas Hulu," pungkas Alfian.
Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Indonesia Muhammad Sutisna menilai, hasil survei ini sudah bisa menjadi gambaran dari Pilkada Kapuas Hulu. Di mana akan dimenangkan oleh Wahyudi Hidayat-Oktavianus Wawa.
"Hasil survei GRC yang mengunggulkan Wahyudi-Oktavianus merupakan hal yang wajar. Terlebih, jika Bupati petahana Fransiskus Diaan approval rating di bawah 50% Tingkat Kepuasan Masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu," kata dia.
"Sebab, walaupun Wahyudi sebagai Wakil Bupati dari Fransiskus Diaan namun peran Wakil Bupati tidaklah besar dalam pemerintahan. Sehingga, kegagalan kepemimpinan di Kapuas Hulu lebih menjadi tanggung jawab dari Fransiskus Dian," sambung Sutisna.
Menurutnya, ada anomali kutukan terhadap petahana bupati yang banyak kalah oleh petahana wakil bupatinya saat mereka masing masing bersaing di Pilkada.
"Nah tentu hasil survei ini bisa menjadi dasar bagi masyarakat untuk memberikan pilihannya pada hari pencoblosan," pungkas Sutisna.