Jakarta -
Kematian dokter di Sabah diduga imbas korban bullying atau perundungan menyita perhatian warganet. Pemerintah Malaysia kemudian berjanji membentuk satuan tugas menangani kasus terkait.
Menteri Kesehatan Dzulkefly Ahmad menyebut kasus akan dibuka secara transparan. Satgas dibentuk demi memastikan jenis perundungan seperti apa yang terjadi di fasilitas kesehatan, tempat bekerja dokter yang kemudian diduga bunuh diri.
Adalah dr Tay Tien Yaa (30) yang memimpin Unit Patologi Kimia di Rumah Sakit Lahad Datu. Ia ditemukan tak bernyawa di rumah sewanya pada 29 Agustus. Menurut anggota keluarga, ia mulai bekerja di rumah sakit tersebut pada bulan Februari dan seorang rekan senior diduga telah menganiaya dan menindasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kematiannya menjadi sorotan publik setelah saudara laki-lakinya mengunggah sebuah postingan Facebook pada September tentang dugaan kasus bunuh dirinya yang disebut karena perundungan selama kerja.
"Singkatnya, ketika temuan tersebut disampaikan kepada kami, kami tidak akan merahasiakannya. Kami akan mengambil sikap tegas untuk mempublikasikan hasil berdasarkan prinsip akuntabilitas, tanggung jawab, dan transparansi," kata dr Dzulkefly, dikutip dari Malay Mail.
"Sangat penting bagi kami untuk mendekati masalah ini dengan cara ini, sehingga semua pihak dapat memperhatikan sepenuhnya," tambahnya.
Menurut media lokal, gugus tugas independen yang dibuat Dzulkefly akan diketuai oleh mantan Direktur Jenderal Layanan Publik Borhan Dolah, dan termasuk mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi, Profesor Dr. Siti Hamisah Tapsir, dan ahli patologi senior dan konsultan di University of Malaya Medical Centre, Profesor Emeritus Dr. Looi Lai Meng.
"Kementerian mengambil sikap tegas terhadap perundungan dan selalu menangani masalah seperti itu dengan transparansi dan pelaporan yang cepat setelah penyelidikan," kata Dr. Dzulkefly seperti dikutip The Star.
CNA sebelumnya melaporkan pekerja yang kewalahan dan lingkungan berisiko tinggi merupakan beberapa faktor di balik perundungan di tempat kerja dalam sistem layanan kesehatan publik Malaysia. Setelah kematian dr Tay, para ahli mengatakan pihak berwenang harus menghukum pelaku dan membantu staf yang bekerja terlalu keras.
Sementara itu, Menkes terkait pada hari Kamis menambahkan bahwa kementeriannya sedang menyelidiki kematian dokter lain pada bulan Juni yang bekerja di Rumah Sakit Seberang Jaya di Penang dan juga diyakini terkait dengan perundungan dan beban kerja yang berlebihan.
"Saya memantau dengan saksama semua temuan, fakta akurat, dan informasi. Apa pun data dan detail yang kami miliki, saya tidak akan menganggapnya enteng, mengambil kesimpulan terburu-buru, atau membuat tuduhan, terutama karena kami sedang melihat masalah kekurangan tenaga kerja di Rumah Sakit Seberang Jaya," katanya.
30-40 Persen Dokter Alami Bullying
Kematian dr Tay pada bulan Agustus terjadi sekitar dua tahun setelah seorang perawat di Rumah Sakit Umum Penang dilaporkan bunuh diri setelah mengalami perundungan di tempat kerja. Menurut situs web Kementerian Kesehatan, pelatihan praktik dokter umum, yang juga dikenal sebagai magang adalah periode pelatihan praktik yang diawasi yang harus diselesaikan oleh dokter setelah lulus dari sekolah kedokteran.
Saat itu, pemerintah membentuk Gugus Tugas Peningkatan Budaya Kerja Layanan Kesehatan (HWCITF) untuk menyelidiki kematian dokter umum berusia 25 tahun tersebut, serta klaim tentang budaya perundungan yang lazim di departemen kesehatannya.
Sebuah survei pada 2023 menemukan 30 hingga 40 persen dokter di Malaysia telah mengalami beberapa bentuk perundungan, dengan Asosiasi Medis Malaysia menyatakan keprihatinan yang mendalam atas temuan tersebut.
Asosiasi tersebut juga di masa lalu mendesak para dokter untuk melaporkan perundungan di tempat kerja atau mengajukan laporan polisi.
NEXT: Masalah Jam Kerja