100 Hari Trump: Ini 10 Raksasa AS yang Menangis dan Tertawa: Ada Netflix

6 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Periode 100 hari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung Putih diwarnai dengan gejolak besar di pasar saham. Namun, sejumlah saham masih mencatatkan kenaikan signiifikan sejak Presiden AS, Donald Trump kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari 2025.

Trump telah meningkatkan kewaspadaan para investor Amerika Serikat melalui berbagai rencana yang berpotensi menggerakkan pasar, seperti penerapan tarif baru dan pemangkasan anggaran belanja pemerintah federal. Indeks S&P 500 diproyeksikan mencatatkan performa 100 hari pertama terburuk dari seorang presiden sejak periode kedua Richard Nixon pada era 1970-an.

Sementara itu, di balik pergerakan indeks utama, sejumlah saham menunjukkan fluktuasi yang luar biasa.

CNBC International melakukan penyaringan terhadap saham-saham di dalam S&P 500 untuk mengidentifikasi saham mana yang mencatatkan kinerja terbaik dan terburuk sejak Trump kembali menjabat di Kantor Oval pada Januari. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan harga penutupan saham dari hari Jumat sebelum pelantikan Trump.

Berikut ini daftar saham yang memiliki performa terburuk.

Deckers Outdoor memimpin penurunan di indeks S&P 500 dengan anjlok sebesar 48% selama periode ini.

Produsen Ugg dan Hoka ini mengalami tekanan karena kekhawatiran investor bahwa rencana Trump untuk mengenakan tarif pada barang impor akan merugikan laba perusahaan. Analis Evercore, Jesalyn Wong, mengatakan kepada klien awal bulan ini bahwa sebagian besar produksi Deckers kemungkinan besar berada di China dan Vietnam.

Maskapai penerbangan Delta dan United juga masuk dalam daftar saham yang berkinerja buruk, masing-masing turun lebih dari 36%.

Dengan menurunnya kepercayaan konsumen, para investor mulai meragukan apakah sektor ini akan mengalami pelemahan, seiring dengan ekspektasi akan terjadinya resesi. Maskapai-maskapai tersebut mencatat lemahnya permintaan untuk paruh kedua tahun ini dan mulai menawarkan diskon guna mendorong pemesanan tiket.

Walaupun mengalami tekanan baru-baru ini, Wall Street memperkirakan adanya pemulihan. Rata-rata analis untuk masing-masing saham memberikan peringkat beli, dengan target harga yang menunjukkan potensi kenaikan lebih dari 30%, menurut data LSEG.

Di lain sisi, terdapat beberapa saham yang justru melesat sejak Trump menjabat sebagai Presiden AS.

Palantir memimpin kenaikan di indeks selama periode ini, dengan sahamnya melonjak lebih dari 57%. Pencapaian ini datang setelah perusahaan teknologi pertahanan yang sedang naik daun tersebut sudah menjadi salah satu saham dengan performa terbaik tahun lalu.

Saham favorit investor ritel ini tampaknya menjadi salah satu "Trump trade" yang terlindungi dari aksi jual saham akibat kekhawatiran tarif. Para eksekutif Palantir mengatakan bahwa mereka melihat upaya efisiensi pemerintahan yang dipimpin oleh Musk dan Trump, yang dikenal dengan akronim DOGE, sebagai hal yang menguntungkan bagi bisnis mereka.

"Saya pikir DOGE akan membawa meritokrasi dan transparansi ke dalam pemerintahan, dan itulah inti dari bisnis komersial kami," kata Shyam Sankar, kepala teknologi Palantir, dalam panggilan laporan keuangan perusahaan pada bulan Februari.

Netflix juga menjadi salah satu saham dengan performa terbaik, dengan saham layanan streaming tersebut melonjak lebih dari 28%. Fokus bisnis perusahaan membuatnya relatif tidak terpengaruh oleh kebijakan tarif.

Di sisi lain, beberapa saham defensif juga termasuk di antara yang berkinerja baik. Raksasa tembakau Philip Morris melonjak 40%, sementara saham perusahaan telekomunikasi AT&T naik lebih dari 20%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |