9 Alasan Warisan Progresif Paus Fransiskus Mengubah Gereja Katolik

9 hours ago 2

loading...

VATICAN CITY - Sekitar enam bulan setelah ia terpilih sebagai kepala Gereja Katolik, Paus Fransiskus membuat pengakuan yang mengejutkan.

Seorang pendeta Jesuit sedang mewawancarai Fransiskus ketika ia keluar dari daftar pertanyaan yang telah disetujui sebelumnya dan bertanya kepada Fransiskus, sambil menyebut nama lahirnya, "Siapakah Jorge Mario Bergoglio?" Fransiskus menatap rekan Jesuit itu dalam diam sebelum menjawab.

9 Alasan Warisan Progresif Paus Fransiskus Mengubah Gereja Katolik

1. Paus yang Mengakui sebagai Seorang Pendosa

"Saya seorang pendosa," kata Fransiskus dalam wawancara tahun 2013. "Ini adalah definisi yang paling akurat. Ini bukan kiasan, genre sastra. Saya seorang pendosa."

Ketika Francis DeBernardo, direktur eksekutif New Ways Ministry, sebuah kelompok Katolik yang berbasis di Maryland yang mengadvokasi orang-orang LGBTQ+, mengetahui tanggapan Fransiskus, ia sangat gembira.

"Bagi Paus untuk mengakui bahwa ia adalah seorang pendosa dan bahwa ia tidak tahu segalanya, saya akan selalu mengingatnya," kata DeBernardo. “Banyak budaya Katolik yang mengakar dengan gagasan bahwa Paus selalu sempurna. Baginya, mengatakan bahwa ia adalah seorang pendosa berarti ia mengakui kelemahannya. Itu adalah tanda kerendahan hati.”

Paus Fransiskus tidak mendukung pernikahan sesama jenis, melobi untuk menahbiskan perempuan sebagai pendeta, atau memicu revolusi liberal di Gereja Katolik. Paus, yang meninggal pada hari Senin di usia 88 tahun, secara berkala mengecewakan beberapa pendukung gerejanya yang paling progresif.

2. Dikenal sebagai Pembaharu yang Agung

Seorang kritikus mengatakan bahwa Fransiskus “pada dasarnya adalah seorang konservatif” yang memiliki kebiasaan melontarkan gagasan progresif dan kemudian membuat marah kaum kiri dengan menarik diri begitu gagasan itu mendapat penolakan dari kaum kanan.

Namun, DeBernardo dan yang lainnya mengatakan Fransiskus masih sesuai dengan julukannya sebagai “Pembaru Agung.” Mereka mengatakan bahwa ia meninggalkan warisan progresif yang mengubah Gereja Katolik bagi 1,4 miliar pengikutnya. Warisan itu berpusat pada satu perubahan transformatif, kata mereka: Fransiskus mengubah cara umat Katolik berbicara satu sama lain, dan isu apa yang menjadi fokus mereka.

Sebelum Fransiskus, banyak pemimpin Gereja Katolik yang berkutat pada isu-isu perang budaya seperti aborsi dan pengendalian kelahiran. Fransiskus mengangkat perubahan iklim menjadi isu moral, mengecam kapitalisme yang tak terkendali, dan meningkatkan transparansi keuangan di dalam Vatikan. Ia juga menekan para pemimpin gereja untuk lebih mendengarkan anggota gereja biasa daripada sekadar mengeluarkan dekrit, dengan menyatakan bahwa "Kami para pendeta bukanlah bos kaum awam (umat awam)."

Ia mengilhami banyak perubahan ini melalui dua atribut pribadi yang khas: kerendahan hati yang menyegarkan, dan belas kasih bagi semua yang membuatnya disebut sebagai "paus pinggiran" — seorang pemimpin yang berbicara dan bertindak atas nama kelompok-kelompok terpencil yang secara tradisional dijauhi oleh gereja.


3. Paus Pertama dari Amerika Latin

Pendekatan Fransiskus tampak dari cara ia membawa diri. Mungkin sebagian karena tempat asalnya. Ia adalah Paus pertama dari Amerika Latin. Ia membawa kehangatan dan aksesibilitas pastoral ke kepausan yang tidak ada pada kedua pendahulunya: Paus Benediktus XVI dan Paus Yohanes Paulus II, kata Natalia Imperatori-Lee, seorang profesor studi agama di Universitas Manhattan di New York City.

Sebagian dari kerendahan hati itu muncul dari kemampuannya untuk mengakui kesalahan, katanya. Ia pernah meminta maaf atas pernyataan yang ia buat saat membela seorang uskup yang dituduh menutupi pelecehan seksual oleh anggota klerus. Ia juga meminta maaf kepada para korban skandal pelecehan seksual oleh klerus.

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |