Aksi 'Jual Amerika' Menguat, China Buang Dolar AS Rp387 Triliun

11 hours ago 7

loading...

Aksi dedolarisasi global kian menguat sepanjang 2025. Salah satu indikasinya adalah langkah China yang kembali mengurangi kepemilikannya atas surat utang AS. FOTO/Watcher Guru

JAKARTA - Aksi dedolarisasi global kian menguat sepanjang 2025. Salah satu indikasinya adalah langkah China yang kembali mengurangi kepemilikannya atas surat utang Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan laporan terbaru, Beijing melepas obligasi pemerintah AS senilai USD23 miliar atau setara Rp387 triliun. Langkah ini memicu spekulasi di kalangan pelaku pasar, apakah fenomena pelepasan aset-aset berbasis dolar AS ini merupakan bagian dari strategi China atau justru aksi spekulatif hedge fund besar.

Hingga kini, belum ada kepastian mengenai siapa aktor utama di balik tren 'Jual Amerika' atau 'Sell America' yang belakangan mendominasi pasar keuangan global. Sejak awal tahun, indeks nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia (DXY) telah terkoreksi hampir 9,5% turun hingga ke level 98,06.

Penurunan ini menjadi salah satu yang terdalam dalam beberapa tahun terakhir dan mempertegas sinyal pelemahan dolar di tengah ketegangan geopolitik dan fragmentasi ekonomi global.

Kepemilikan China atas surat utang AS terus menyusut dalam lebih dari satu dekade terakhir. Dari level tertinggi sekitar USD1.350 miliar pada periode 2012–2013 kini tersisa sekitar 760 miliar dolar AS pada 2025. Ini berarti terjadi penurunan hampir 45% dalam 13 tahun terakhir.

Sejumlah analis menilai aksi jual kali ini tidak sepenuhnya digerakkan oleh otoritas China. "Tidak jelas apakah China atau Jepang bertanggung jawab atas besarnya aksi jual dan volatilitas pasar treasury baru-baru ini. Bukti-bukti sulit didapat," ujar Analis Utama Oxford Economics, John Canavan, dalam wawancara dengan Fortune dilansir dari Watcher Guru, Minggu (27/4).

Dia menambahkan bahwa data kepemilikan asing atas surat utang AS cenderung dirilis dengan jeda waktu tertentu. Karena itu, sulit untuk segera mengidentifikasi siapa pihak yang dominan dalam transaksi besar seperti ini. "Mereka bisa saja berperan, tetapi pada awalnya tidak terlihat sebagai faktor utama," ujarnya.

Selain itu, spekulasi bahwa hedge fund besar berada di balik tekanan jual juga dinilai kurang kuat. Menurutnya kecurigaan awal bahwa pembebasan perdagangan basis dengan leverage besar menjadi faktor utama tampaknya tidak benar. "Data Komitmen Pedagang dari CFTC selama dua pekan terakhir tidak menunjukkan adanya pembatalan besar dalam perdagangan basis," kata Canavan.

Sejumlah analis memperkirakan tren pelepasan dolar AS bisa berlanjut dalam beberapa bulan ke depan seiring meningkatnya ketidakpastian global dan upaya diversifikasi aset oleh berbagai negara.

(nng)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |