Jakarta -
Varises sering dianggap sekedar masalah sepele bagi banyak orang. Padahal, sebenarnya, varises merupakan kondisi medis yang cukup serius jika tidak ditangani dengan baik dan cepat.
Secara medis, varises dikenal dengan istilah chronic venous insufficiency atau insufisiensi vena kronis. Kondisi ini terjadi ketika katup di dalam pembuluh darah vena mengalami kerusakan atau tidak bekerja dengan baik.
Normalnya, katup vena bertugas memastikan darah mengalir satu arah ke jantung dan mencegah darah kembali turun karena gaya gravitasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika katup ini rusak, darah akan cenderung mengendap di bagian tubuh bawah, terutama di tungkai dan betis. Akibatnya, tekanan meningkat dan pembuluh vena menjadi melebar hingga akhirnya menonjol di permukaan kulit. Inilah yang dikenal sebagai varises.
"Jadi sebenarnya varises secara istilah medisnya merupakan suatu penyakit yang nama resminya adalah insufisiensi vena kronis, ada terjadi gangguan aliran vena yang diakibatkan keadaan kelainan di katup di segmen pembuluh darah vena, akhirnya aliran darah yang seharusnya dikirim kembali ke jantung, dia ada stagnan di area mungkin di tungkai, bisa di paha atau di betis," kata spesialis jantung dan pembuluh darah di Jakarta Varices Clinic (JVC), dr. Melisa Aziz, SpJP, saat ditemui Selasa, (22/4/2025).
Banyak pengidap varises justru mengalami berbagai gejala yang mengganggu aktivitas. Sensasi berat atau pegal di kaki adalah keluhan yang paling umum, terutama setelah berdiri atau berjalan dalam waktu lama.
Beberapa orang juga mengeluhkan rasa nyeri, kram di malam hari, atau pembengkakan di sekitar pergelangan kaki. Sayangnya, karena sering dianggap hanya sebagai gangguan estetika, banyak orang tidak menyadari bahwa varises bisa berkembang menjadi komplikasi medis yang lebih serius. Padahal, semakin dini kondisi ini ditangani, semakin besar peluang untuk mencegah perburukan.
"Sebenarnya mungkin masalah varises ini, selain masalah medis juga, orang kadang pikir hanya masalah estetika saja sih. Padahal sebenarnya ini gabungan keduanya, jadi ada medis, ada estetika juga," kata spesialis dermatologi, venerologi dan estetika dari JVC, dr. Nana Novia Jayadi, Sp. DVE, dalam kesempatan yang sama.
Dari segi jenis kelamin, kasus varises memang lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Meski begitu, kondisi ini masih tergolong underdiagnosed di Indonesia. Hingga kini, belum ada data pasti mengenai prevalensinya secara nasional.
Namun, berdasarkan data secara global, sekitar 1 hingga 20 persen pria dewasa mengalami insufficiency vena chronic, sementara pada perempuan angkanya bisa mencapai hingga 35 - 40 persen.
"Jadi kalau melihat prevalensinya, antara laki-laki dan perempuan, memang lebih banyak perempuan," kata dr. Melisa.
dr. Nana juga mengakui banyak pasien perempuan yang kerap datang ke Jakarta Varices Clinic (JVC). Kebanyakan pasien datang dengan keluhan di kaki. Namun, kasus pelebaran pembuluh darah atau disebut spider vein di wajah juga cukup sering ditemukan.
Sementara dari segi usia, risiko varises memang meningkat seiring bertambahnya usia. Namun, bukan berarti usia muda bebas dari kondisi ini. Tidak sedikit pasien berusia 30-an hingga 40-an yang sudah mengalami varises dan datang untuk konsultasi. Meski jumlahnya tidak sebanyak kelompok usia 50 tahun ke atas, kasus pada usia lebih muda tetap ada dan perlu diperhatikan.
Varises Tak Hanya di Kaki
Adapun lokasi paling umum munculnya varises adalah di tungkai bawah. Ini karena kaki berada di posisi paling bawah dari tubuh saat berdiri, sehingga aliran darah balik ke jantung harus melawan gaya gravitasi.
Tungkai juga menjadi tempat penampungan darah sementara sebelum akhirnya dipompa kembali ke jantung. Saat katup vena tidak berfungsi dengan baik, darah lebih mudah terkumpul di daerah tersebut.
Meski pada dasarnya kerap ditemukan di kaki, pelebaran pembuluh darah juga bisa terjadi di bagian tubuh lain, misalnya wajah. Tak sedikit orang yang menyebut kondisi ini sebagai varises wajah. Padahal, istilah yang lebih tepat untuk kondisi ini adalah spider vein.
"Tapi kalau di wajah penyebabnya agak berbeda, sehingga memang tidak lazim kalau kita sebutnya itu varises juga," kata dr. Nana.
"Tidak bisa serta-merta kita sebut varises pada wajah, tapi mungkin lebih ke spider vein pada wajah. Kalau kaki memang kita lazim sebut dengan varises seperti itu," sambungnya lagi.
Spider vein merupakan pelebaran pembuluh darah kapiler kecil yang tampak seperti garis merah atau biru di permukaan kulit. Meski tampak mirip, spider vein berbeda dari varises karena ukurannya lebih kecil dan penyebabnya pun berbeda.
Penyebab Varises dan Spider Vein
Spider vein pada wajah biasanya disebabkan oleh paparan sinar matahari yang berlebihan, penuaan, penipisan lapisan lemak kulit, atau penggunaan produk wajah tertentu seperti krim steroid dalam jangka panjang.
"Pemakaian krim-krim yang sifatnya iritatif sehingga kulitnya jadi tipis atau mungkin pemakaian krim steroid yang tanpa pengawasan dokter dalam jangka waktu lama, sehingga muncul urat-urat baru yang terlihat," kata dr. Nana.
Sering kali, spider vein tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi bisa mengganggu secara estetika. Pada orang dengan kulit terang, pembuluh darah ini juga lebih mudah terlihat, meskipun belum tentu merupakan gangguan medis.
Sementara itu, penyebab varises di kaki cukup kompleks dan sering kali merupakan gabungan dari berbagai faktor. Genetik memiliki peran besar, saat seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan varises lebih rentan mengalami kondisi yang sama.
Perubahan hormonal, kelebihan berat badan, kebiasaan berdiri atau duduk terlalu lama tanpa bergerak, kurangnya aktivitas fisik, hingga kehamilan juga bisa memicu munculnya varises.
dr. Melisa menegaskan meski varises bisa dipicu oleh kondisi seperti kehamilan, bukan berarti wanita dengan varises tidak boleh hamil. Varises memang bisa muncul atau bertambah selama masa kehamilan, tetapi dalam banyak kasus, kondisi ini bisa membaik setelah melahirkan.
Selain itu, kebiasaan buruk seperti merokok juga turut berkontribusi dalam merusak struktur pembuluh darah, bukan hanya arteri tetapi juga vena. Karena itu, gaya hidup sehat sangat penting untuk mencegah maupun mengurangi gejala varises.
"Jangan salah ya, sekarang ini semua orang mungkin sudah tahu rokok itu merusak dinding pembuluh darah arteri, jadi sebenarnya yang dirusak bukan cuma pembuluh darah arteri, tapi vena juga," tutur dr. Melisa.
Dampak Varises
Apabila tak segera ditangani, varises di kaki maupun spider vein di wajah dapat memberikan dampak, bahkan bisa mengganggu kualitas hidup pengidapnya. dr. Melisa menjelaskan, varises di kaki memiliki tahapan atau staging yang akan terus berkembang seiring waktu.
Jika dibiarkan, keluhan akan semakin parah. Awalnya mungkin hanya terasa pegal setelah berjalan jauh, namun lama-lama bisa muncul hanya dengan berjalan sebentar. Kondisi ini membuat pengidapnya enggan beraktivitas. Bukan karena malas, tapi karena rasa tidak nyaman yang semakin mengganggu.
Kurangnya aktivitas fisik bisa meningkatkan risiko terkena penyakit lain, seperti hipertensi dan diabetes. dr. Melisa mengatakan beberapa data menunjukkan bahwa sekitar 20 persen pengidap insufficiency vena chronic berisiko mengalami kematian akibat gangguan jantung atau pembuluh darah lainnya.
Sementara dari sisi estetika dan psikologis, kondisi ini juga dapat mengganggu kepercayaan diri pengidapnya. dr. Nana menjelaskan bahwa varises di kaki maupun spider vein yang muncul di wajah sering membuat seseorang merasa kurang nyaman dengan penampilannya.
Meski masih berada dalam tahap awal atau early stage, dan belum membahayakan secara medis, kondisi ini tetap berdampak pada kualitas hidup, misalnya dalam hal berpakaian hingga ketidakpercayaan diri.
Spider vein yang muncul di wajah sering kali langsung terlihat sehingga bisa memengaruhi kepercayaan diri sejak awal kemunculannya. Masalah ini tidak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik, tetapi juga berdampak pada aspek emosional dan sosial.
"Even in the early stage itu juga bisa mempengaruhi seseorang, sama seperti jerawat, dan lain-lainnya, jadi inginnya tentu, secara penampilan bersih, dan tentunya juga sehat." kata dr. Nana.
Bagaimana Cara Mengatasinya?
dr. Nana mengatakan seseorang yang mengidap varises di kaki maupun spider vein di wajah umumnya tak akan hilang dengan sendirinya, sehingga membutuhkan pengobatan atau perawatan lebih lanjut. Misalnya spider vein, pembuluh darah kecil yang sudah terbentuk di permukaan kulit memiliki kemungkinan sangat kecil untuk menutup secara alami.
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mencari tahu penyebab utama munculnya spider vein tersebut. Apakah karena faktor genetik, penggunaan skincare yang tidak tepat, atau adanya penyakit kulit seperti rosacea. Begitu juga dengan varises di kaki.
Bila terdapat kondisi medis yang mendasari, maka penyakit itulah yang harus diobati terlebih dahulu. Setelah kondisi dasar terkendali, barulah tindakan seperti laser treatment bisa dilakukan untuk menghilangkan sisa pembuluh darah yang terlihat.
Ini menunjukkan bahwa tidak semua kasus varises di kaki maupun spider vein di wajah bisa langsung ditangani dengan tindakan estetika saja, terkadang dibutuhkan pendekatan medis lebih dulu.
Pilihan penanganan pun juga sangat beragam dan disesuaikan dengan tingkat keparahannya. Di klinik Jakarta Varices Clinic (JVC), tersedia berbagai metode terapi seperti Cryolaser Therapy Micro Sclerotherapy, Ultrasound-Guided Sclerotherapy, hingga UVLT (Ultrasound-Guided Vein Laser Therapy).
Bagi pasien dengan varises yang sudah cukup besar, bahkan sampai menimbulkan luka, terdapat pula opsi UVLT yang menggunakan teknologi laser dari luar pembuluh darah. Semua metode ini disesuaikan dengan kondisi pasien dan derajat varises maupun spider vein yang dialami.
Terkait treatment, baik spider vein di wajah maupun varises di kaki umumnya memerlukan beberapa kali sesi perawatan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Jumlah sesi tergantung pada ukuran pembuluh darah yang terlihat. Semakin besar diameternya, maka semakin banyak sesi yang dibutuhkan.
"Untuk leg (kaki) yang kita butuhkan sampai 2-3 kali, ada yang 1 kali sudah hilang. Memang secara teori kita membutuhkan sampai beberapa tahun, beberapa sesi," kata dr Melisa.
Selain perawatan, perubahan gaya hidup juga penting untuk mencegah kekambuhan atau munculnya varises di bagian tubuh lain. Begitu juga dengan aktivitas yang menyebabkan tekanan pada pembuluh darah seperti terlalu lama duduk atau berdiri juga harus diperhatikan.
Bagi mereka yang pekerjaannya mengharuskan posisi tersebut, disarankan menggunakan stoking kompresi sebagai solusi pencegahan varises di kaki. Stoking kompresi berfungsi untuk membantu aliran darah dari tungkai ke bagian atas tubuh. Saat otot tungkai berkontraksi, darah akan terdorong ke atas.
Tekanan dari stoking membuat proses aliran darah menjadi lebih efektif. Aliran yang lebih lancar tak hanya menurunkan risiko varises, tapi juga membantu meredakan keluhan seperti nyeri, bengkak, dan rasa berat di kaki setelah lama berdiri atau duduk.
Dalam beberapa kasus, stoking kompresi perlu dipakai setiap hari selama periode tertentu. Setelahnya, kondisi pasien akan dievaluasi ulang untuk menentukan apakah terapi masih perlu dilanjutkan atau bisa dihentikan.
Sementara itu, untuk spider vein di wajah, dr. Nana menjelaskan bahwa salah satu penyebab utamanya adalah paparan sinar matahari atau sinar ultraviolet (UV) yang berlebihan. Faktor ini cukup sulit dihindari, terutama bagi mereka yang sering beraktivitas di luar ruangan.
Karena itu, langkah pencegahan perlu dilakukan sejak dini. Salah satunya adalah rutin memakai sunscreen. dr. Nana menyarankan penggunaan sunscreen dengan minimal SPF 30 setiap hari untuk melindungi kulit wajah dari efek buruk sinar UV.
Jika berada di luar ruangan dalam waktu lama, sunscreen perlu dipakai ulang setiap dua hingga tiga jam agar perlindungannya tetap efektif. Selain itu, sebaiknya hindari paparan langsung sinar matahari pada jam-jam dengan intensitas tertinggi, yaitu antara pukul 10 pagi hingga 4 sore.
Sebagai perlindungan tambahan, disarankan untuk menggunakan topi, kacamata hitam, atau payung. Berteduh di tempat yang terlindung juga bisa membantu mengurangi paparan sinar UV.
dr. Nana menambahkan, banyak orang khawatir menghindari matahari bisa mengurangi asupan vitamin D. Padahal, tubuh tetap bisa menyerapnya dari bagian lain yang tidak tertutup.
"Masih ada penyerapan dari tempat-tempat (tubuh) lain sebenarnya. Tapi hindari terpaparnya juga di atas jam 10, jadi lebih baik di bawah jam 10 atau setelah jam 4 sore," ucapnya.
Pemilihan produk skincare juga perlu diperhatikan. dr. Nana menjelaskan beberapa bahan aktif dalam skincare dapat bersifat iritatif dan berisiko memperburuk kondisi kulit jika digunakan tanpa pengawasan.
Karenanya, ia menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan produk yang mengandung bahan aktif, terutama jika produk tersebut memiliki efek pengelupasan. Jika muncul tanda-tanda iritasi, sebaiknya pemakaian dihentikan segera untuk mencegah efek samping yang lebih parah.
Jakarta Varices Clinic (JVC) Foto: detikHealth/Suci Risanti Rahmadania
Di sisi lain, Jakarta Varises Clinic menyediakan layanan dari dokter spesialis jantung (cardiologist), dokter kulit (dermatologist), dan ahli gizi atau nutritionist. Dengan bantuan ahli gizi, pasien bisa mengontrol berat badan agar risiko kekambuhan atau munculnya varises di bagian tubuh lain setelah perawatan bisa diminimalkan.
Baik spider vein di wajah maupun varises di kaki, semuanya perlu ditangani dengan pendekatan menyeluruh yang memperhatikan aspek medis, estetika, dan gaya hidup pasien.
Di JVC juga tersedia Ladies Team yang terdiri dari dokter perempuan, perawat, hingga ahli gizi perempuan. Kehadiran tim khusus ini bukan hanya untuk memberikan kenyamanan lebih bagi pasien perempuan yang mungkin merasa enggan saat menjalani pemeriksaan, tapi juga berangkat dari pemahaman mendalam terhadap kebutuhan dan perspektif perempuan.
Masalah varises, yang banyak dialami oleh perempuan, sering kali tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga pada kepercayaan diri karena faktor estetik.
Sayangnya, pemeriksaan dan penanganan varises di Indonesia belum sepopuler keluhan kesehatan lainnya, bahkan kerap dianggap sepele. Banyak perempuan juga merasa tidak nyaman jika harus ditangani oleh tenaga medis laki-laki, apalagi jika area yang diperiksa termasuk area kaki yang sensitif.
Karena itulah, Ladies Team di JVC dibentuk untuk menjawab kebutuhan ini. Dari wanita untuk wanita, tim ini hadir untuk memberikan perawatan menyeluruh yang tidak hanya fokus pada pengobatan, tetapi juga membantu pasien perempuan merasa lebih percaya diri dan nyaman selama proses perawatan.
(suc/up)