Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
03 December 2025 15:50
Jakarta, CNBC Indonesia - India berhasil naik ke peringkat ketiga dalam Asia Power Index 2025. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) dan China tetap menduduki dua peringkat teratas sebagai kekuatan terbesar di Indo-Pasifik.
India resmi mencapai peringkat ketiga dalam Asia Power Index 2025, sekaligus meraih status baru sebagai salah satu kekuatan besar di Asia.
Skor India naik menjadi 40,0 dari 38,1 pada 2024 yang didorong oleh meningkatnya kapabilitas ekonomi serta pengalaman tempur terbaru dalam Operation Sindoor yang berlangsung pada Mei 2025. Operasi tersebut meningkatkan penilaian para ahli terhadap kemampuan militer India sehingga memperkuat posisinya dalam lanskap geopolitik.
Berdasarkan laporan Lowy Institute Asia Power 2025, peningkatan ini membuat India melampaui Jepang dan Rusia yang kini berada di peringkat keempat dan kelima.
Sebagai informasi, Asia Power Index merupakan pemetaan terhadap 27 negara paling berpengaruh di kawasan Indo-Pasifik. Indeks ini mengukur kekuatan suatu negara seberapa besar kemampuannya dalam membentuk sekaligus merespons dinamika eksternal yang terjadi.
Pengukuran dilakukan melalui rata-rata pembobotan dari delapan tolak ukur meliputi: kapabilitas ekonomi, hubungan ekonomi, kapabilitas militer, kemitraan pertahanan, pengaruh diplomatik, pengaruh budaya, resiliensi, dan sumber daya masa depan.
Setiap kategori terdiri dari sejumlah indikator spesifik yang mencerminkan kekuatan dan pengaruh suatu negara dalam kawasan.
Laporan tersebut juga menyoroti bahwa pertumbuhan India turut didorong oleh peningkatan hubungan ekonomi dan arus investasi asing yang semakin kuat. India kini naik ke peringkat kesembilan dalam kategori hubungan ekonomi. Namun, beberapa indikator juga menunjukkan pelemahan, terutama pada kemitraan pertahanan, di mana India mengalami penurunan dua peringkat ke posisi 11 setelah disalip Filipina dan Thailand.
Lowy Institute menyimpulkan bahwa momentum ekonomi dan pengalaman militer terbaru India telah memperkuat posisinya secara regional, meskipun tantangan tetap ada dalam membangun kemitraan pertahanan yang lebih dalam.
AS dan China Tetap Menjadi Dua Superpower
Amerika Serikat tetap menjadi negara terkuat, meskipun mencatat penurunan skor sebesar 1,2 poin. AS berhasil mempertahankan dominasinya di enam dari delapan tolak ukur kekuatan mulai dari ekonomi, militer, hingga pengaruh budaya. Penurunan terbesar terjadi pada aspek pengaruh diplomatik. Hal ini mencerminkan adanya dampak negatif terhadap kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
China, di sisi lain, mencatat peningkatan 1,0 poin pada 2025. Menjadi kenaikan terbesar kedua di Asia-Pasifik. Beijing tetap unggul dalam hubungan ekonomi dan pengaruh diplomatik, bahkan mencetak skor tertinggi dalam sejarah indeks untuk aspek pengaruh diplomasi. Meski performanya menurun dalam hubungan kemitraan pertahanan namun, kapabilitas militernya terus naik dan berhasil mempersempit jarak dengan Amerika Serikat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Indonesia Bertahan di Peringkat Kesembilan Asia
Dalam lanskap kekuatan Asia yang semakin dinamis, Indonesia mempertahankan posisinya di peringkat kesembilan dengan skor 22,5 atau mengalami kenaikan tipis 0,2 poin dari tahun sebelumnya. Lowy Institute mengkategorikan Indonesia sebagai middle power dengan performa beragam di berbagai indikator.
Indonesia menunjukkan kekuatan pada indikator sumber daya masa depan dan pengaruh diplomatik, di mana keduanya menempati posisi kelima. Aspek resiliensi juga meningkat secara signifikan karena ketahanan energi yang lebih kuat dan neraca perdagangan komoditas yang membaik.
Namun, Indonesia masih menghadapi tantangan pada kapabilitas militer yang berada di peringkat ke-13, menjadi indikator terlemah dalam indeks atau tolak ukur. Kemitraan di sisi pertahanan mengalami penurunan cukup besar setelah turun empat peringkat ke posisi 12, sementara performa hubungan ekonomi melemah secara relatif meskipun skornya meningkat tipis.
Lowy Institute mencatat bahwa Indonesia sebenarnya memiliki pengaruh yang lebih besar dibanding sumber daya absolut yang dimilikinya, tercermin dari nilai power gap yang positif. Namun, kesenjangan tersebut sedikit menyempit pada tahun ini yang menandakan perlunya strategi yang lebih konsisten untuk menjaga daya saing geopolitik Indonesia di kawasan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/luc)

1 hour ago
1

















































