Diskusi PPPI dan FSI: Tenaga Kerja China Jadi Tantangan Hubungan Indonesia-RRC

3 hours ago 1

loading...

Ketua FSI yang juga Dosen Magister Ilmu Komunikasi UPH Johanes Herlijanto menyampaikan presentasi dalam seminar bertajuk Tenaga Kerja Asing dan Hubungan Indonesia China yang diselenggarkan PPPI dan FSI di Jakarta, Senin (5/5/2025). Foto: Ist

JAKARTA - Kehadiran Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China masih menjadi isu atau tantangan yang perlu diperhatikan dalam hubungan antara Indonesia dan Republik Rakyat China (RRC). Pada tahun ini hubungan Indonesia-RRC telah mencapai rentang waktu 75 tahun.

Pandangan ini menjadi salah satu hal yang mengemuka dan dibahas dalam seminar bertajuk “Tenaga Kerja Asing dan Hubungan Indonesia-China” yang diselenggarkan Paramadina Public Policy Institute (PPPI) bersama Forum Sinologi Indonesia (FSI) di Jakarta, Senin, 5 Mei 2025.

Selain para pengamat, ada juga pemerhati hubungan internasional Ahmad Khoirul Umam, ekonom Universitas Paramadina Muhammad Iksan, dan pemerhati Tiongkok Universitas Pelita Harapan (UPH) Johanes Herlijanto.

Baca juga: Hingga 2026, KCIC Masih Pakai Tenaga Kerja dari China

Kemudian, seminar dihadiri Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan Anggiat Napitupulu dan Sub Koordinator Uji Kelayakan dan Pengesahan RPTKA Sektor Industri Kementerian Ketenagakerjaan Ali Chaidar Zamani.

Managing Director of Paramadina Public Policy Institute (PPPI) Ahmad Khoirul Umam mengatakan, topik mengenai TKA asal RRC bukan saja menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga di negara-negara Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Dia juga menyoroti kecenderungan meningkatnya angka dan persentasi TKA asal China dibandingkan TKA asing lainnya.

Bagi Umam yang juga Dosen Program Studi Magister Ilmu Hubungan Internasional Universitas Paramadina, isu ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat Indonesia.

Ketua FSI yang juga Dosen Magister Ilmu Komunikasi UPH Johanes Herlijanto menilai isu TKA China sangat relevan bagi studi mengenai China dan hubungan Indonesia-RRC karena isu ini dapat dipahami dalam kerangka migran baru asal RRC.

Menurut dia, berbeda dari migran lama yang membentuk komunitas etnik Tionghoa yang telah berakar dan menjadi bagian dari masyarakat setempat di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lain. Fenomena migran baru mulai muncul sejak tahun 1980-an dan sebagian besar di antara mereka masih memegang kewarganegaraan RRC.

“Sebagian dari mereka berpendidikan tinggi dan memilih bermigrasi ke negara-negara yang relatif kaya seperti negara-negara di Eropa, Amerika Utara, dan Australia atau Selandia Baru,” ujar Johanes.

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |