Dulu Tukang Cuci Piring, Kini Jadi Manusia Berharta Rp 3.000 Triliun

8 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Nama Jensen Huang, CEO dan pendiri Nvidia, kembali menjadi sorotan. Sosok yang dulu bekerja sebagai tukang cuci piring di restoran itu kini berhasil mengantarkan perusahaannya mencetak sejarah baru di Wall Street.

Pada Rabu lalu (29/10), Nvidia menjadi perusahaan pertama di dunia yang menembus nilai pasar US$5 triliun atau sekitar Rp 83.000 triliun. Lonjakan ini menegaskan posisi Nvidia sebagai pusat dari ledakan industri kecerdasan buatan (AI) global. 

Pencapaian ini memperlihatkan transformasi luar biasa Nvidia, dari perancang chip grafis yang dulu hanya dikenal di kalangan gamer, kini berubah menjadi tulang punggung infrastruktur AI dunia.

Chip buatan Nvidia kini menjadi barang paling dicari, bahkan memicu ketegangan dalam rivalitas teknologi antara Amerika Serikat dan China.

Sejak kemunculan ChatGPT pada 2022, Nvidia yang menjadi tulang punggung pengembangan AI terus mencatat rekor terbaru.

Tonggak bersejarah nilai kapitalisasi pasar US$5.000 triliun juga dicapai hanya tiga bulan setelah Nvidia melampaui US$4 triliun, melampaui total nilai pasar seluruh aset kripto di dunia.

Kesuksesan Nvidia secara langsung mengerek kekayaan pribadi Jensen Huang. Berdasarkan data real-time Forbes, total harta kekayaan pria berusia 62 tahun itu kini mencapai US$175,7 miliar (sekitar Rp2.900 triliun), menempatkannya di peringkat ke-8 orang terkaya di dunia.

Dari Cuci Piring ke CEO

Namun, jauh sebelum menjadi "raja AI", Jensen Huang melewati jalan yang panjang dan keras. Pria kelahiran Taipei, 17 Februari 1963 itu, menghabiskan masa kecilnya di Taiwan dan Thailand sebelum akhirnya dikirim ke Amerika Serikat saat perang Vietnam memanas.

Di usia remaja, Huang membantu orang tuanya mencari nafkah dengan bekerja sebagai tukang cuci piring di restoran cepat saji Denny's. Di tempat sederhana itulah, bertahun-tahun kemudian, ia justru menemukan inspirasi besar yang mengubah hidupnya.

Pada 1993, di salah satu cabang Denny's di California Utara, Huang bertemu dua rekannya, Chris Malachowsky dan Curtis Priem, untuk mendiskusikan ide membuat chip yang bisa menampilkan grafik 3D realistis di komputer pribadi. Dari percakapan itu, Nvidia pun lahir.

Huang menyelesaikan pendidikan teknik elektro di Oregon State University dan kemudian meraih gelar master dari Stanford University. Setelah sempat bekerja di Advanced Micro Devices (AMD), ia memutuskan membangun Nvidia dari nol.

Ia mengakui, kesuksesannya tak lepas dari peran keluarga. Ia mengenang bagaimana sang ibu dengan sabar mengajarinya bahasa Inggris meski kemampuan ibunya pun terbatas.

Setiap hari sang ibu memberi 10 kata dalam bahasa Inggris, untuk dipelajari arti dan pelafalannya.

Berkat cara ini, Huang pun bisa lancar berkomunikasi, sekalipun tak membuat dirinya bebas dari perundungan teman. Kepada New Yorker, Huang bilang saat itu memang dia target bully karena berasal dari Asia, keturunan China, dan belum fasih berbahasa Inggris.

"Saya adalah produk dari mimpi dan aspirasi kedua orang tua," ujarnya dalam wawancara dengan CNBC International.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Manusia Rp 2.318 Triliun Ketemu Trump Sebelum ke China, Apple KO

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |