Gak Main-Main! Ini Efek Dahsyat Trump 2.0 Buat Rupiah dan Bursa RI

23 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Periode kedua kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membawa sejumlah tantangan besar. Hal ini disampaikan oleh Chief of Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro .

Dia menyorot volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang "luar biasa besar." Andry membandingkan bagaimana naik turun mata uang garuda terhadap greenback saat ini sangat besar dibandingkan masa kepresidenan Trump yang pertama pada tahun 2016-2020.

"Namun kalau kita lihat Trump 2.0, itu volatility-nya luar biasa. Dan ini swing-nya bukan dengan trend yang langsung ke satu trend, namun kadang trend-nya ke bawah terus kemudian ke atas," terang Andry dalam Mandiri Economic Outlook kuartal II-2025, Senin (19/5/2025).

Meskipun keadaan ini juga berpotensi meningkatkan fee based income yang besar bagi divisi treasury perbankan. Namun, Andry mengatakan positioning nilai tukar USD terhadap IDR akan lebih sulit.

Kemudian, ia melanjutkan dengan menjelaskan sisi positif lainnya dari periode Trump kedua, yakni indeks dolar AS atau (DXY). Menurut Andry, dolar AS kan mengalami penurunan lebih dalam dari periode pertama Trump. Hal ini berimbas pada tekanan terhadap nilai rupiah yang mereda.

"Jadi sebenarnya pressure kepada nilai tukar kita, rupiah terhadap USD harusnya memang akan relatively lebih mild ke depan dengan trajektori yang ada ini. Tentu saja tetap akan terjadi volatility, namun kami meyakini ketika terjadi banyak trade deal, ini akan memberikan positif sentimen kepada nilai tukar kita," jelas Andry.

Dengan adanya penurunan nilai tukar dolar AS, arus modal masuk perlahan akan mengalir ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Tidak hanya rupiah, periode kedua Trump juga memberikan tantangan bagi indeks acuan pasar modal global termasuk Indonesia. Andry menunjukkan perbedaan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di periode pertama Trump dan kedua

"Di periode yang pertama itu relatively stabil dan ke satu arah. Namun kalau kita lihat di Trump 2.0, itu volatility-nya luar biasa besar. Jadi sempat turun cukup dalam, karena market masih men-digest growth story dari masing-masing negara yang akan berdampak kepada emiten, kemudian kembali lagi rebound," terang Andry.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Tensi Global Mengendur, Mei Jadi Bulan Penguatan IHSG & Rupiah?

Next Article Video: IHSG Ditutup Ambles Lebih dari 2%, Balik ke Level 6.800

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |