Jakarta, CNBC Indonesia - Reaktivasi jalur kereta api (KA) Cipatat-Padalarang terkendala karena medannya yang cukup sulit untuk dilewati oleh kereta api modern. Bahkan, sulitnya medan tersebut sempat membuat beberapa pihak merekomendasikan untuk membuat trase baru yang dinilai lebih singkat dan lebih landai.
Pada 2023, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) mulai melakukan proses Detail Engineering Design (DED) untuk trase baru yakni dari Cipatat ke Stasiun Sasaksaat, yang masuk ke dalam jalur Cikampek-Bandung. Trase ini nantinya tidak melewati Stasiun Tagog Apu yang berada di jalur lama.
Sayangnya, realisasi rencana pembangunan trase baru tersebut tak kunjung datang. Adapun terkait kendala, jalur Cipatat-Padalarang yang juga masuk ke dalam Daerah Operasional (Daop) 2 Bandung ini menjadi jalur kereta api terekstrem saat ini.
Berdasarkan dokumen Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) di Jawa Tahun 2025, radius lengkung rata-rata rel di jalur ini mencapai 150 meter, membuat kereta api yang melewati jalur ini tak bisa ditempuh kencang karena radius lengkungnya yang kecil dan membuat kenyamanan dan keamanan kurang baik.
Selain itu, gradien tanjakan atau turunan cukup terjal, di mana titik kritis berada di petak Tagog Apu-Padalarang yang mencapai 40 per mil, lebih curam dari lintas rel pegunungan yang ada di Daerah Daop 2 Bandung.
Tak hanya itu saja, banyak ditemukan lokasi longsoran di beberapa tempat di sepanjang jalur tersebut. Selain itu, seperti halnya jalur kereta api nonaktif lainnya, banyaknya pemukiman yang menetap di atas lahan bahkan rel kereta api juga menjadi tantangan reaktivasi di jalur tersebut.
"Medan jalur Cipatat-Padalarang memang begitu terjal, ditambah banyak tikungan kecil dan beberapa lokasi rawan longsor," ungkap Pengamat Transportasi sekaligus Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno. saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (15/10/2025).
Meski begitu, reaktivasi jalur ini harus segera dilaksanakan karena masyarakat sudah sangat membutuhkan. Apalagi saat ini, masyarakat yang menggunakan moda kereta api dari Sukabumi dan Cianjur, hanya bisa sampai Stasiun Cipatat dan harus menggunakan transportasi lain untuk menuju ke Padalarang.
Djoko menambahkan, reaktivasi jalur Cipatat-Padalarang menjadi sangat penting karena akan mempercepat waktu tempuh dari Sukabumi dan Cianjur ke Bandung dan sekitarnya.
Foto: Penampakan Rel Mati Cipatat-Padalarang yang Mau Dihidupkan Dedi Mulyadi. (Dok. KAI Daop 2)
Penampakan Rel Mati Cipatat-Padalarang yang Mau Dihidupkan Dedi Mulyadi. (Dok. KAI Daop 2)
"Jika jalur KA Cipatat-Padalarang bisa direaktivasi, maka waktu tempuh dari Sukabumi dan Cianjur menuju Bandung bisa lebih cepat," ujarnya.
Sebagai catatan, jalur yang harus direaktivasi pemerintah adalah dari Stasiun Cipatat menuju Stasiun Tagog Apu hingga ke Stasiun Padalarang sepanjang 13,8 Km.
Apabila jalur Cipatat-Padalarang kembali direaktivasi, maka Bogor-Bandung terhubung sepenuhnya dengan kereta api. Jalur kereta api Bogor-Bandung sejauh 140 Km akan melewati beberapa stasiun, yaitu Stasiun Bogor-Maseng-Cigombong-Cicurug-Parungkuda-Cibadak-Cisaat-Sukabumi-Gandasoli-Cireungas-Lampegan-Cibeber-Cianjur-Maleber-Tipar-Selajambe-Ciranjang-Cipeuyeum-Rajamandala-Cipatat-Tagog Apu-Padalarang-Gadobangkong-Cimahi-Bandung.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi meminta kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berkomitmen untuk mempercepat pembangunan elektrifikasi jalur kereta api (KA) Padalarang-Cicalengka dan juga mereaktivasi beberapa jalur KA di Jawa Barat yang kini telah nonaktif, terutama di wilayah Bandung Raya seperti Cipatat-Padalarang.
"Yang sudah disepakati tadi oleh Kemenhub dan PT KAI jalur dari Padalarang ke Cicalengka, kemudian ada jalur yang akan segera direaktivasi, termasuk jalur di Cianjur, Sukabumi, Bogor sampai Jakarta," sebut pria yang akrab disapa Demul itu.
(chd/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Heboh Anggota DPR Minta Gerbong KAI Khusus Perokok