Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com
Pada akhir pekan lalu, saya memperoleh kehormatan untuk menjadi salah satu panelis dalam sebuah webinar yang diselenggarakan oleh Consortium of Teaching for Indonesian (COTI) dan Program Fulbright Foreign Language Teaching Assistant (FLTA).
Kegiatan itu dilaksanakan secara daring dan diikuti oleh para pengajar Bahasa Indonesia dari berbagai perguruan tinggi di Amerika Serikat. Webinar tersebut secara pribadi membangkitkan kembali pengalaman berharga saya saat mengajar Bahasa Indonesia di Universitas Stanford pada tahun 2005 hingga 2006.
Webinar tersebut mempertemukan sekitar sepuluh panelis yang merupakan para akademisi dan praktisi pengajaran Bahasa Indonesia di AS. Diskusi berjalan dinamis dengan beragam topik yang dibahas, di antaranya strategi dan metodologi pengajaran Bahasa Indonesia untuk penutur asing, peningkatan minat mahasiswa internasional terhadap Bahasa Indonesia, serta pendekatan-pendekatan dalam mempromosikan bahasa ini di ranah pendidikan tinggi Amerika.
Saat ini, Bahasa Indonesia telah ditawarkan di sejumlah universitas bergengsi seperti Harvard, Yale, University of Michigan, dan beberapa kampus besar lainnya di Amerika Serikat. Keberadaan program ini sebagian besar didorong oleh para dosen dan pengajar yang tergabung dalam COTI.
Namun, dalam praktiknya, mereka menghadapi tantangan signifikan, terutama dalam persaingan dengan bahasa asing lain yang memiliki basis penutur lebih kuat seperti Mandarin, Jepang, Korea, dan Arab. Di beberapa universitas, Bahasa Indonesia dikategorikan sebagai Less Commonly Taught Language (LCTL), yang tidak banyak ditawarkan.
Jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah Bahasa Indonesia pun sangat bervariasi, dari kelas-kelas kecil dengan hanya 3-5 peserta, hingga kelas-kelas yang lebih besar dengan jumlah mencapai 30 orang. Ketertarikan mahasiswa terhadap Bahasa Indonesia umumnya didorong oleh minat riset, rencana studi lapangan di Indonesia, atau kebutuhan profesional di bidang kajian Asia Tenggara.
Salah satu program strategis yang telah berkontribusi besar terhadap pengenalan Bahasa Indonesia di Amerika adalah Program Fulbright FLTA. Program ini mendanai pengiriman pengajar muda dari Indonesia untuk mengajar dan menjadi duta budaya di berbagai universitas di AS.
Tidak hanya memberikan pengalaman internasional bagi para pengajar, tetapi juga membuka jendela dunia kepada mahasiswa AS untuk mengenal Indonesia lebih dekat, baik dari sisi bahasa, budaya, maupun dinamika sosialnya.
Terobosan ke Depan: Strategi Penguatan dan Ekspansi Global Bahasa Indonesia
Untuk mengakselerasi penginternasionalan Bahasa Indonesia, perlu diambil sejumlah langkah terobosan yang sistematis, antara lain:
a. Meningkatkan Diplomasi Bahasa melalui Program Nasional
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementerian Luar Negeri, dapat memperkuat diplomasi budaya dengan menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bagian penting dari soft power nasional. Ini termasuk pembukaan lebih banyak pusat bahasa dan kebudayaan Indonesia di luar negeri.
b. Penyediaan Sumber Daya Pembelajaran yang Inovatif dan Digital
Pengembangan materi ajar yang adaptif terhadap kebutuhan mahasiswa asing, termasuk platform digital, aplikasi pembelajaran interaktif, serta pelatihan daring bagi pengajar Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing (BIPA), akan meningkatkan aksesibilitas dan minat belajar.
c. Sinergi antara Institusi Pendidikan, Diaspora, dan Sektor Swasta
Membangun kolaborasi antara universitas, komunitas diaspora Indonesia, serta sektor swasta seperti media dan industri kreatif dapat memperluas eksposur Bahasa Indonesia. Contohnya, promosi melalui film, musik, dan game berbasis budaya lokal yang dapat menarik minat generasi muda global.
d.Program Pertukaran dan Beasiswa Bertaraf Internasional
Perluasan program pertukaran pelajar dan dosen ke negara-negara mitra serta pemberian beasiswa khusus bagi mahasiswa asing yang ingin mempelajari Bahasa Indonesia di dalam negeri akan mendorong pertumbuhan ekosistem pembelajaran yang berkelanjutan.
Melalui pendekatan yang komprehensif, kolaboratif, dan inovatif, penguatan posisi Bahasa Indonesia di kancah global bukanlah sekadar cita-cita, melainkan suatu langkah strategis menuju peran Indonesia yang lebih aktif dalam percaturan global, baik di bidang pendidikan, kebudayaan, maupun diplomasi internasional.
(miq/miq)