Momen Perwira Belanda Ditembak di Bagian Mata oleh Pasukan Pangeran Diponegoro

5 hours ago 1

loading...

Perwira pasukan Belanda tertembak di matanya oleh pasukan Pangeran Diponegoro. Foto/SindoNews

SEMARANG - Perwira pasukan Belanda tertembak di matanya oleh pasukan Pangeran Diponegoro . Tindakan itu terjadi ketika pasukan Belanda yang berusaha menyerang dan menangkap Pangeran Diponegoro di daerah Jekso, pada Perang Jawa.

Perlawanan pasukan Diponegoro memang luar biasa. Di Jekso Pangeran Diponegoro menerima berbagai laporan mengenai jalannya peperangan. Operasi pengejaran ke Jekso dipimpin oleh Kolonel Cochius. Sebelum memasuki daerah lawan, pasukan Cochius dihadang oleh prajurit-prajurit Diponegoro.

Pada 8 Juli 1826 di sekitar Jekso terjadi pertempuran yang menelan banyak korban. Akibat operasi pengejaran yang terus-menerus, Diponegoro bergerak ke arah utara, menuju lereng selatan Gunung Merapi. Sampai di Kejiwan, gerakan pasukannya ditahan oleh pasukan Sollewijn.

Dikutip SindoNews, Jumat (25/4/2025) dari "Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di Indonesia", pada 9 Agustus 1826 terjadi pertempuran hebat. Pasukan Belanda di bawah Sollewijn mengalami kekalahan. Beberapa pùcuk meriam, mortir, dan beberapa ekor kuda jatuh ke tangan pasukan Diponegoro. Mayor Sollewijn tertembak sebelah matanya.

Gerakan pasukan Diponegoro tidak bisa ditahan. Pada 23 Agustus 1826, Desa Gading diduduki oleh pasukan Diponegoro untuk memutuskan jalur komunikasi Surakarta-Klaten. Perlawanan pasukan Pangeran Diponegoro begitu luar biasa, tak kurang 10.000 kekuatan pasukan dikerahkan di daerah Delanggu, pada 28 Agustus 1826.

Sejumlah kereta pengangkut uang dan logistik dirampas. Sementara itu, pasukan Diponegoro yang berasal dari Mataram link-up atau bergabung dengan pasukan prajurit Kiai Mojo dari Pajang, bergerak menuju Surakarta. Namun, gerakan pasukan ini berhasil ditahan di Desa Gawok.

Pasukan Diponegoro mengalami kekalahan, pada 26 Oktober 1926. Diponegoro terluka, tetapi berhasil meloloskan diri. Sejak kekalahannya di Gawok, ofensif Diponegoro terhenti, pasukannya mundur ke wilayah Pajang, dan tersebar di beberapa tempat, antara lain, Prambanan, Kalasan, Pulowatu, Jatinom, dan Delanggu.

Kegagalan menangkap Diponegoro dan menumpas pemberontakan dengan operasi-operasi militer yang dipimpin oleh Jenderal de Kock, yang berlangsung lebih dari satu tahun mendapat kritik dari para residen. Mereka mengkritik cara-cara militer dalam melakukan operasi, seperti pembakaran desa, membunuh tawanan, berbuat tercela terhadap perempuan, serta penganiayaan anak-anak.

Aksi-aksi militer yang demikian secara psikologis, politis, dan ekonomis amat merugikan. Hilangnya desa-desa dan penduduk yang berpindah tempat berakibat pada terhentinya perekonomian, pajak tidak dapat dipungut, dan secara psikologis menimbulkan antipati terhadap pemerintah dan militer sendiri.

(cip)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |