Pasar Cuma Buka 3 Hari, IHSG Siap Ngegas Lagi atau Ngerem Dulu?

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan pasar keuangan pekan depan terbilang akan sangat pendek, karena hanya ada tiga hari kerja dan akan ada libur panjang lagi memperingati kenaikan Tuhan Yesus.

Pada pekan pendek ini, posisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di resistance, memicu rawan profit taking jangka pendek setelah naik lebih dari 10% dalam sebulan.

IHSGFoto: Tradingview
IHSG

Secara teknikal, IHSG sedang menguji resistance MA200 daily, jika tidak mampu menembus level 7300 ada potensi berbalik arah, paling tidak bisa ke support terdekat di level 6900 - 7000.

Dalam sepekan lalu banyak sentimen positif yang diterima pasar membuat pergerakannya ditutup Happy Weekend. Mulai dari asing yang kembali lagi mencatat net buy sebanyak Rp5 triliun dalam sebulan di pasar reguler, rupiah yang menguat dengan cepat ke level Rp16.200/US$ lagi, kabar terbaru dari Danantara yang lebih serius membuat ekosistem BUMN lebih sehat, sampai suku bunga acuan BI telah dipangkas.

Tak hanya BI, dari kawasan regional, bank sentral China dan Australia juga kompak memangkas suku bunga. Nampaknya sentimen ini masih akan ada efeknya di pekan depan.

Selain cut rate, sentiimen positif datang dari JPMorgan dalam laporan terbarunya per 19 Mei 2025 yang menulis pasar saham emerging market menjadi Overweight dari sebelum Neutral. 

Hanya saja, pelaku pasar juga menimbang volatilitas yang bisa lebih kencang karena di akhir pekan Trump kembali berulah dengan ancaman tarif ke Uni Eropa sampai 50% akibat negosiasi yang buntu, serta tarif sampai 25% untuk produk Apple dan Samsung.

Ditambah, pasar obligasi di AS mengalami aksi jual besar-besaran seiring dengan yield US Treasury atau surat utang acuan AS tenor 10 tahun mengalami kenaikan sampai lebih dari 4,5% pada pekan lalu. Bahkan pada 22 Mei lalu untuk tenor 30 tahun sempat melonjak ke level 5,15% secara intraday, menandai posisi tertinggi sejak Oktober 2023.

Sementara itu, pemegang surat utang terbesar AS, negeri bunga Sakura juga tengah mengalami masalah dalam negeri yaitu krisis obligasi juga. Jepang mengalami inflasi yang semakin memanas dan tren kenaikan suku bunga.
Jepang memiliki arah fiskal dan moneter yang beda dengan negara lain yang mengharapkan penurunan suku bunga. Ini memicu risiko carry trade kembali muncul dan bisa saja Jepang akan menjual sebagian UST untuk memperbaiki kondisi dalam negeri-nya.

China yang sebelumnya merupakan pemegang UST terbesar kedua, terpantau juga menjual besar-besaran dan posisinya bergeser di urutan ketiga. Hal ini patut diantisipasi sebagai risiko yang mempengaruhi pasar pekan depan.

Beralih soal data, ada beberapa yang dinantikan rilisnya dan cukup penting diperhatikan karena bisa menjadi penggerak pasar ke depannya.

Dari eksternal, ada data penting terkait risalah the Fed yang akan diumumkan pada 29 Mei waktu Indonesia. Sayangnya, market kita sudah libur, jadi potensi akan direspon setelah libur panjang.

Meski begitu, jika ada prediksi yang lebih hawkis harus diantisipasi, karena sikap pasar yang forward looking akan membuat pelaku pasar cenderung wait and see, sehingga volititas bisa lebih kencang.

Sementara itu data dari internal setidaknya akan ada kabar positif dari pengumuman sejumlah insentif ekonomi untuk kuartal II tahun 2025. Insentif tersebut bertujuan untuk menjaga daya beli masyarakat dan menggerakkan perekonomian nasional, terutama selama periode libur sekolah di bulan Juni-Juli 2025.

Lebih lanjut, Pemerintah telah menyiapkan 6 Paket Stimulus berbasis konsumsi domestik, dengan fokus pada peningkatan aktivitas masyarakat di sektor transportasi, energi, hingga bantuan sosial.

Secara keseluruhan, kami melihat masih banyak sentimen positif di dalam negeri, tetapi pelaku pasar juga masih menimbang risiko dari eksternal dan risiko dari rawan profit taking memicu koreksi nromal juga bisa terjadi karena ada antisipasi IHSG di resistance dan libur panjang, biasanya untuk dana cair dibutuhkan T+2, jadi perdagangan Senin besok (26/5/2025) akan cukup menjadi penentu penutupan IHSG di pekan terakhir bulan Mei.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |