Pasar Tertua di Jakarta Makin Sunyi Sepi, Curhat Pedagang Bikin Sedih

7 hours ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa pedagang di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur mengaku masih bertahan di pasar tersebut meski pelanggan makin sepi, di mana beberapa alasannya yakni karena tuntutan hidup.

Rima, pedagang sepatu mengaku masih bertahan di Pasar Jatinegara karena jika ingin pindah, maka harus mempersiapkan segala apapunnya lagi, di tambah nasibnya belum tentu sebaik di pasar tersebut.

"Ya bagaimana lagi, tuntutan hidup, kalau tutup, kami bagaimana bisa hidup, bagaimana kami makan. Kalau pindah toko pun belum tentu nasibnya lebih bagus dari yang sekarang, dan kami mungkin berpikir lagi, sewanya berapa, bayar listriknya berapa," kata Rima ketika ditemui wartawan CNBC Indonesia, Jumat (4/7/2025).

Selain itu, Rima juga masih memiliki beberapa pelanggan tetap meski jumlahnya sudah berkurang. Rima juga masih berharap kepada masyarakat yang lebih memilih membeli barang di toko fisik.

"Kalau pindah atau tutup, bagaimana pelanggan tetap kami, terus kami juga masih berharap dengan orang-orang yang lebih nyaman membeli sepatu langsung di sini, karena kan kalau ditoko langsung, pelanggan bisa mencoba terlebih dahulu," ungkapnya.

Sementara Taslim, pedagang pakaian di Pasar Jatinegara, mengaku masih bertahan karena ingin menghabiskan masa tuanya dengan tetap menjadi pedagang pakaian, meski Ia sudah mengetahui pelanggannya turun drastis.

"Alasan bertahan ya karena agar ada aktivitas saja sih, kalau kita tutup, terus menganggur, yang ada nanti banyak penyakit datang ke kita, jalani saja hidup, kalau sudah tua seperti saya, ya diisi dengan aktivitas seperti ini, toh kami memang penghasilan tidak sebesar dahulu, cuma kalau sudah bisa beradaptasi dengan online, harusnya kita bisa putar lagi penghasilannya," kata Taslim.

Kondisi Pasar Jatinegara Jakarta Timur juga sudah mulai sepi pelanggan, Jumat (4/7/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)Foto: Kondisi Pasar Jatinegara Jakarta Timur juga sudah mulai sepi pelanggan, Jumat (4/7/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
Kondisi Pasar Jatinegara Jakarta Timur juga sudah mulai sepi pelanggan, Jumat (4/7/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)

Meski pendapatan dari penjualan pakaiannya sudah berkurang drastis, tetapi Taslim tetap membagikan hasil penjualannya ke beberapa karyawannya.

"Sehari bisa dapet Rp 2 juta, sudah bersyukur banget, contoh kita dapet Rp 2 juta, ambil 10% buat keuntungan, dibagi ke karyawan sebagian, masih ada beberapa, ya sudah, syukurin saja, jangan kebanyakan mengeluh," ungkap Taslim.

Selain itu, Taslim menambahkan masih ada pelanggan tetap yang membeli pakaiannya, apalagi Ia juga menjual pakaiannya melalui online.

"Kalau dibilang pelanggan hilang tidak ya, berkurang iya, dulu kan rata-rata mesennya ke kami, cuma kalau sekarang, yang seperti itu sudah berkurang, tapi kan masih ada yang di online, ya ngapain kita tinggal, lanjutkan saja," pungkasnya.

Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di pasar tersebut pada Jumat (4/7/2025), kondisinya memang tidak sepenuhnya sepi. Bahkan di depan pasar tepatnya pintu masuk Jalan Matraman Raya, kondisinya masih terbilang ramai meski tidak seramai seperti dahulu.

Di gedung utama pasar tersebut, terlihat pelanggan yang masih cukup ramai berada di lantai basement, lantai dasar, dan lantai 1. Sedangkan lantai 2, hanya beberapa pelanggan terlihat sedang menghampiri beberapa toko. Parahnya di lantai 3, di mana banyak ruko-ruko yang sudah tutup di lantai ini.

Pasar Jatinegara atau dikenal dengan sebutan Pasar Mester merupakan pasar tertua yang masih eksis hingga kini. Sebagai informasi, dalam situs resmi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Provinsi Jakarta dijelaskan pasar Jatinegara atau 'Meester Passer' merupakan pasar tertua di pusat pemerintahan saat ini.

Sejarah pasar ini bermula saat seorang guru agama Kristen keturunan Portugis bernama Meester Cornelis Senen membeli sebidang tanah di aliran Kali Ciliwung dan mengubah daerah tersebut menjadi kawasan perdagangan Pada 1661 silam.

Seiring waktu berjalan penyebutan nama Meester berubah menjadi Mester karena penyesuaian dengan pelafalan masyarakat sekitar. Sepeninggal Kolonial Belanda nama Mester diganti dengan Jatinegara yang berarti 'Negara Sejati'.


(chd/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Pedagang Pastikan Stok & Harga Pangan Masih Aman

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |