loading...
Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) meluncurkan Program Pengelolaan Sampah di Pesantren sebagai langkah konkret untuk mengatasi masalah lingkungan. FOTO/IST
JAKARTA - Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) meluncurkan Program Pengelolaan Sampah di Pesantren sebagai langkah konkret untuk mengatasi masalah lingkungan. Pada tahap pertama, program ini berhasil menjangkau sepuluh pesantren yang tersebar di lima provinsi di Pulau Jawa. Program ini melibatkan berbagai pelatihan dan pemberian sarana yang mendukung upaya pengelolaan sampah di pesantren -pesantren tersebut.
Menurut Direktur P3M, KH Sarmidi Husna, program ini merupakan bagian dari semangat perjuangan yang dimiliki para kiai dalam memperjuangkan kebaikan. "Dulu melawan penjajah, sekarang kita berjuang mengatasi masalah lingkungan," kata Kiai Sarmidi Husna dalam keterangannya, Rabu (5/3/2025).
Kiai Sarmidi menekankan pentingnya melibatkan pesantren dalam mengatasi persoalan lingkungan sebagai bagian dari jihad dalam Islam. Jihad, menurutnya, tidak hanya terbatas pada perang, tetapi juga mencakup upaya-upaya untuk menghilangkan bahaya atau kerusakan, seperti pencemaran lingkungan.
Pada Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Cipasung 1994, NU telah memutuskan bahwa mencemari lingkungan adalah haram, baik itu pencemaran udara, air, atau tanah. Oleh karena itu, pelaku pencemaran harus bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan. Dalam konteks ini, P3M berkomitmen untuk membawa perubahan melalui program pengelolaan sampah yang melibatkan pesantren sebagai agen perubahan.
Dalam program ini, terbentuklah tim Pengelola Sampah yang terdiri dari 75 orang yang telah dilatih untuk memiliki pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan dalam manajemen pengelolaan sampah. Selain itu, sistem pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan juga mulai diterapkan di pesantren-pesantren tersebut. Infrastruktur pendukung seperti rumah sampah, rumah kompos, dan tempat sampah terpilah juga telah disediakan untuk mendukung program ini.
P3M juga melaksanakan berbagai kegiatan terkait pengelolaan sampah, di antaranya workshop, forum grup diskusi (FGD), mindstreaming, serta penyerahan bantuan alat angkut sampah dan tablet untuk membantu pengelolaan sampah. Kegiatan ini melibatkan sekitar 1400 orang yang terdiri dari santri, pengelola pesantren, dan masyarakat sekitar.
Di sisi lain, Lucia Karina, Direktur Public Affairs, Communications, and Sustainability dari CCEP Indonesia, menyatakan bahwa perusahaan tersebut berfokus pada edukasi pemilahan sampah dan daur ulang kemasan PET. "Kami ingin menciptakan ekosistem daur ulang yang melibatkan santri, pesantren, dan masyarakat sekitar, sekaligus mendukung target kami untuk mengumpulkan 100% kemasan pada tahun 2030," kata Karina.
Karina juga menggarisbawahi bahwa masalah lingkungan seperti sampah adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya beban perusahaan atau pemerintah. Pesantren, menurutnya, memiliki peran penting sebagai pemimpin dan role model dalam penanggulangan masalah lingkungan di masyarakat.
Program ini, yang diberi nama GELAR BUMI (Gerakan Santri Lestarikan Bumi), menjangkau sepuluh pesantren, yaitu Pesantren Nur El Falah (Serang), Pesantren Buntet (Cirebon), Pesantren Al Muhajirin (Purwakarta), Pesantren Al Ittihad Poncol Semarang, Pesantren Al Anwar 2 (Sarang Rembang), Pesantren API Tegalrejo (Magelang), Pesantren Al Miftah Mlangi (Yogyakarta), Pesantren Lirboyo (Kediri), Pesantren Al Muhajirin III (Tambak Beras, Jombang), dan Pesantren Al Fattah Siman (Lamongan). Melalui program ini, pesantren-pesantren tersebut diharapkan dapat menjadi contoh bagi masyarakat luas dalam pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Dengan langkah ini, P3M dan CCEP Indonesia berharap dapat mewujudkan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan, serta menginspirasi komunitas pesantren dan masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian bumi.
(abd)