Sosok Polisi Ini Kerja Tak Digaji, Hidup Sederhana Demi Tolak Suap

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama 79 tahun berdiri, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) tak pernah kehabisan sosok inspiratif yang layak dijadikan teladan. Salah satu figur itu adalah Hoegeng Imam Santoso.

Dia dikenal sebagai polisi yang sangat totalitas. Bahkan, pernah tetap bertugas meski tidak menerima gaji, seperti terjadi pada 77 tahun silam.

Bagaimana Kisahnya?

Kejadian ini berlangsung pada 1948, ketika Hoegeng masih menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian. Saat itu, angkatan bersenjata Indonesia tengah berjuang menghadapi Agresi Militer Belanda II. Dalam situasi genting itu, Hoegeng turut diterjunkan ke lapangan sebagai bagian dari perjuangan.

Dia dipercaya bertugas di bidang intelijen. Dalam sebuah penugasan di Yogyakarta, Hoegeng mendapat mandat dari pimpinan Polri untuk mengumpulkan informasi penting yang dibutuhkan. Selain itu, dia juga diminta menarik simpati tentara Belanda dan Sekutu agar berpihak kepada Indonesia.

Untuk melancarkan tugas tersebut, Hoegeng menyamar sebagai pelayan restoran. Namun, dia menjalankan perannya tanpa digaji sebab kondisi keuangan negara kala itu kacau. Seluruh pegawai negeri, termasuk kepolisian, tak menerima gaji dari negara.

Meski begitu, Hoegeng tetap melaksanakan tugas pengintaian dengan penuh dedikasi.

"Dengan menjadi pelayan restoran, kebutuhan makan Hoegeng sudah tercukupi. Sesekali, dia juga mendapat bantuan langsung dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX," ungkap penulis buku Hoegeng: Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa (2014)

Dalam autobiografinya Hoegeng: Polisi Idaman dan Kenyataan (1993), pria kelahiran 1921 ini menyebut bahwa dia menerima bantuan sebesar 12,50 gulden dari Sultan HB IX. Bantuan tersebut membantunya bertahan hidup di tengah keterbatasan.

Terlepas dari penghasilan yang diterima, Hoegeng menjalankan tugas dengan baik. Dia pun dapat apresiasi dari atasannya. 

Keteladanan Hoegeng sebenarnya tak berhenti pada kisah bekerja tanpa gaji. Dia juga dikenal sebagai sosok sederhana dan bersih. Alias jauh dari praktik korupsi dan suap.

Saat bertugas di Medan, misalnya, dia pernah dikirimi barang-barang mewah oleh mafia perjudian. Namun semua ditolak dan dikembalikan. Baginya, hidup sederhana jauh lebih terhormat dan dia pun bangga bisa bertugas di Medan dengan sangat baik.

"Hoegeng menyatakan banggsa sepulang bertugas di Medan. Semuanya bisa dilakukan sesuai aturan dan prinsip hidupnya yang sederhana, jujur dan tegas. Meskipun beresiko dengan keselamatan dirinya," kenang sekretaris Hoegeng, Soedarto Martosoespito, dikutip dari Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan (2020).

Keteguhan Hoegeng untuk hidup jujur, hanya mengandalkan gaji resmi dan tak menerima pemberian di luar penugasan baru terasa ketika masa pensiun tiba. Pada 1971, Hoegeng dipensiunkan sebagai Kapolri oleh Presiden Soeharto.

Saat itu, dia dan keluarga sempat kebingungan mencari tempat tinggal. Sebab, selama ini mereka berada di rumah dinas dan belum punya rumah sendiri. Hoegeng memang pensiun tanpa harta benda dan hanya mengandalkan uang pensiun berkat menjaga integritas selama puluhan tahun.

Kondisi ini lantas membuat iba sejumlah mantan anak buahnya. Dipimpin oleh Kapolda Sumatra Utara Mayjen Widodo Budidarmo, para Kapolda patungan membeli mobil Holden Kingswood dan memberikannya kepada Hoegeng.

Mobil itu kemudian menjadi satu-satunya kendaraan keluarga setelah pensiun. Tak hanya itu, Kapolri Mohammad Hassan juga menghibahkan sebuah rumah untuknya. 

Meski begitu, kesederhanaan tetap melekat pada diri pria kelahiran 1921 itu. Dia tetap berpergian naik bajaj atau bus umum. Dia juga tak pernah meminta-minta uang. Dia hidup mengandalkan uang pensiun dan hasil penjualan lukisan karyanya. 

Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini dengan relevansinnya pada masa lalu.

(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |