AS Sudah Pesta Pora dan BI Beri Sinyal Pangkas Bunga, Kapan IHSG Naik?

9 hours ago 3
  • Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada perdagangan kemarin, IHSG melemah sementara rupiah menguat
  • Wall Street pesta pora dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa
  • Kesepakatan asumsi makro, sinyal pemangkasan suku bunga, hingga data ekonomi AS menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam  pada Kamis (3/7/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menguat hampir sepanjang sesi, namun ditutup melemah tipis menjelang penutupan. Di sisi lain, nilai tukar rupiah justru menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), di tengah ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed.

Koreksi IHSG yang terjadi pada menit-menit terakhir dipicu oleh tekanan pada saham-saham big cap seperti  PT Telkom Indonesia dan PT Bank Central Asia. Sementara itu, penguatan rupiah sejalan dengan pelemahan indeks dolar AS setelah rilis data ketenagakerjaan AS yang di bawah ekspektasi. Pasar global juga mencatat kinerja yang beragam, dengan Nasdaq kembali menorehkan rekor tertinggi.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan kompak menguat pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini dan proyeksi ke depan bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun tipis 0,05% ke level 6.878,05. Padahal sepanjang hari IHSG berada di zona hijau.Pelemahan IHSG ini memperpanjang tren negatifnya. IHSG sudah jatuh tiga hari beruntun dengan pelemahan 0,7%.

Pelemahan ini terjadi menjelang pra-penutupan, dengan total nilai transaksi harian hanya mencapai Rp 8 triliun-terbilang sepi untuk ukuran pasar Indonesia. Saham Telkom Indonesia (TLKM) menyumbang koreksi terbesar, diikuti oleh PT Bank Central Asia  (BBCA), PT Barito Renewables Energy (BREN) PT Chandra Asri Pacific (TPIA), dan PT Bank Mandiri (BMRI).

Sementara itu, mayoritas sektor perdagangan justru menghijau, dengan sektor kesehatan, properti, dan konsumer primer memimpin penguatan.

Namun tekanan dari sektor teknologi dan utilitas menyeret indeks ke zona negatif. Di Asia, mayoritas indeks regional ditutup mixed, mengikuti kehati-hatian investor menjelang data ketenagakerjaan AS.

Sebanyak 324 saham menguat, 239 melemah, dan 230 stagnan. Volume transaksi penjualan hanya menyentuh 18,5 miliar dengan nilai Rp 8 triliun.
Investor asing juga masih mencatat net shell sebesar Rp 31,55 miliar pada perdagangan kemarin.

Di pasar valas, rupiah ditutup menguat 0,31% ke posisi Rp16.185/US$, membalikkan pelemahan sehari sebelumnya. Penguatan ini terjadi seiring penurunan tipis indeks dolar AS (DXY) ke level 96,76.

Sentimen datang dari data ADP yang menunjukkan penurunan tenaga kerja sektor swasta AS di bulan Juni, meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga lebih cepat.CME Fedwatch menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga pada Juli naik dari 20% menjadi 25%.

Di pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun melandai ke 6,59% pada perdagangan kemarin, dari 6,61% pada perdagangan sebelumnya.
Imbal hasil berbanding terbalik dengan harga. Imbal hasil yang melandai menandai harga SBN tengah naik karena diburu investor.

Pages

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |