- Pasar keuangan RI kompak hijau kemarin usai Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan.
- Wall Street ambruk seiring dengan melonjaknya imbal hasil US Treasury
- Sentimen pasar hari ini masih akan dipengaruhi dari internal, seperti merespon efek lanjutan dari penurunan BI rate hingga lonjakan imbal hasil US Treasury.
Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan pasar keuangan Tanah Air pada kemarin Rabu (21/5/2025) kompak hijau setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan suku bunga acuan.
Pasar keuangan Indonesia dihadapkan pada tantangan besar pada hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar keuangan Indonesia bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin berakhir di posisi 7.142,46. Dalam sehari menguat 0,67%. Penguatan ini menghapus koreksi yang terjadi sehari sebelumnya sebesar 0,65%.
Nilai transaksi yang terjadi sepanjang perdagangan kemarin mencapai Rp15,48 triliun yang melibatkan 26,64 miliar lembar saham yang ditransaksikan sebanyak 1,38 juta frekuensi. Adapun 349 saham menguat, 270 saham melemah, dan 190 saham tidak berubah atau stagnan.
Mayoritas sektor menghijau, kecuali energi yang turun tipis 0,01%, sektor industri turun 0,45%, dan teknologi yang turun lebih dalam sampai 2,35%.
Sementara itu, sektor yang menguat, secara berurutan dari yang paling tinggi ada sektor basic melonjak 2,29%, consumer nonsiklikal mendaki 1,29%, consumer siklikal menguat 1,10%, sektor kesehatan naik 1,5%.
Lalu sektor keuangan bertambah 0,69%, sektor properti lompat 1,33%, sektor infrastruktur menguat 1,24%, dan sektor transportasi naik 1,01%.
Adapun asing terpantau kembali mencatat net buy lagi kemarin mencapai Rp992,61 miliar di pasar reguler. Nilai ini cukup besar dan semakin menambah ramai perdagangan pasar saham kemarin.
Beralih ke nilai tukar, rupiah terpantau bertahan di zona positif dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Merujuk data Refinitiv, mata uang Garuda berakhir di posisi Rp16.390/US$, menguat 0,12% dalam sehari, menandai penguatan selama lima hari beruntun.
Pergerakan rupiah terbilang stabil dalam beberapa hari ini telah berhasil membuka ruang BI memangkas suku bunga.
Kemarin BI rate tercatat turun sebesar 25 bps menjadi 5,50%. Suku bunga Deposit Facility juga turun menjadi sebesar 4,75% dan suku bunga Lending Facility turun menjadi 6,25%.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (21/5/2025) menjelaskan, keputusan tersebut konsisten dengan perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang rendah dan terkendali pada 2,5% plus minus 1%, mempertahankan niali tukar rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"BI akan menjaga inflasi dalam sasaran dan nilai tukar rupiah sesuai fundamental mencermati kondisi terkini serta mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dinamika yang terjadi," kata Perry.
Seiring dengan rupiah yang menguat, pasar obligasi juga bertahan di zona hijau. Melansir data Refinitiv, yield obligasi acuan RI tenor 10 tahun mengalami penurunan sebesar 2 basis poin (bps) dalam sehari ke posisi 6,81%. Yield obligasi ini sudah turun empat hari beruntun.
Perlu dipahami bahwa, pergerakan yield dan harga dalam obligasi itu berlawanan arah. Jadi, ketika yield turun, ini semakin menunjukkan bahwa harga sedang dalam tren naik yang artinya investor sedang mengakumulasi obligasi RI.
Pages