Jakarta, CNBC Indonesia - Adena Coffee membuktikan diri menjadi salah satu perusahaan yang mampu memberdayakan komunitas lokal. Dalam hal ini, Adena Coffee memberdayakan petani lokal di beberapa wilayah Indonesia melalui praktik perkebunan kopi yang berkelanjutan sekaligus mendukung mata pencaharian masyarakat adat setempat.
Founder and CEO of Adena Coffee, Abyatar menuturkan, Adena Coffee bukanlah sebuah kedai kopi atau coffee shop, melainkan prosesor. Adena Coffee berperan dalam mendistribusikan kopi yang diambil dari para petani lokal kepada pihak roastery coffee.
"Adena mengambil peran sebagai prosesor dan trader, lalu kami kirim kopinya ke Roaster. Saat ini, kami ada di beberapa wilayah di Indonesia. Proyek pertama dimulai dari penelitian sosial saya di Sumatera Gayo, di desa kecil yang terdampak konflik GAM waktu itu. Tidak ada orang yang mau mengambil kopinya ke sana," ujar dia dalam DBS Asian Insight Conference 2025 di Jakarta, Rabu (21/5/2025).
Abyatar melanjutkan, pada awalnya dia mengaku datang ke wilayah tersebut untuk melakukan penelitian skripsi. Kala itu, Abyatar mendapatkan kesempatan berbisnis kecil di sana.
"Saya mulai dari uang saya pribadi memproduksi kopi sekitar 20 kilogram. Kemudian berkembang, kita punya proyek di Flores, kita punya proyek di Bali, di Jawa Barat, dan pada akhirnya kita juga punya proyek di Lintong," jelasnya.
Seiring berjalannya waktu, Adena Coffee mampu memasok kopi ke sejumlah kedai kopi seperti Titik Temu, Tuku, hingga Anomali Coffee. Tak hanya menyuplai kopi ke pasar domestik, Adena Coffee juga sukses di pasar internasional dengan mengekspor kopi ke Jepang, Prancis, dan Amerika Serikat.
"Tapi sebetulnya apa yang memberikan spark dari Adena, yang membedakan Adena dengan teman-teman penghasil kopi yang lainnya adalah angka ini. Apa yang kami pelajari selama hampir 10 tahun membuat Adena adalah kita berkontribusi ke teman-teman yang tidak memiliki akses kepada finansial. Adena bekerja dengan lebih dari 2.000 petani saat ini. Kita ada di 5 origin di 30 desa Lalu kita juga implementasikan good agricultural practices," ungkap dia.
Menurut Abyatar, Adena Coffee telah berupaya membangun ekosistem yang sehat untuk para penghasil kopi di seluruh penjuru Tanah Air. Hal ini cukup penting mengingat data telah menunjukkan bahwa 99% kopi di Indonesia bukan dihasilkan oleh korporasi besar, seperti yang terjadi di Brazil atau Vietnam. Kopi yang ada di Indonesia justru berawal dari peran para petani kecil.
Dengan begitu, ketika seorang konsumen membeli kopi yang diproduksi oleh petani-petani di Indonesia, maka konsumen tersebut tidak hanya sekadar mengkonsumsi kopi saja, melainkan juga berkontribusi terhadap perekonomian dari para petani itu. Bahkan, konsumen juga berkontribusi terhadap lingkungan hidup, termasuk melestarikan model perkebunan kopi yang berkelanjutan.
Abyatar menyadari, tantangan pada masa depan begitu banyak. Namun, pihaknya yakin dengan pasar kopi di Indonesia. Jika berhasil meningkatkan produktivitas kopi atau nilai kopi per hektare (Ha) sebanyak dua kali lipat, maka ini bisa menjadi kekuatan besar bagi Indonesia. Produksi kopi yang tinggi tidak hanya memacu kenaikan konsumsi saja, melainkan juga meningkatkan kesejahteraan para petani kecil.
"Petani-petani kita adalah petani-petani kecil, (dengan luas lahan) kurang dari satu hektare tapi memiliki kontribusi. Ini angka yang sangat menarik, penelitian terbaru. Jadi, model-model penanaman kopi di Indonesia bisa dikatakan adalah agroforest dan setiap kilogram kopi yang nantinya dijual di coffee shop sebetulnya memiliki nilai reduksi karbon sebanyak 4 kilogram," ungkap dia.
Berkat upaya pemberdayaan komunitas lokal ini, Adena Coffee berhasil memperoleh dana hibah dari DBS Foundation melalui DBS Foundation Grant Program 2024. Pemberian hibah dari ini menjadi pertanda bahwa Adena Coffee merupakan alah satu perusahaan berdampak sosial asal Indonesia.
Dana hibah yang didapatkan Adena Coffee dari DBS Foundation bakal digunakan untuk memberdayakan petani kecil. Hal ini dilakukan dengan mengoptimalkan proses rantai pasok, membangun fasilitas untuk standardisasi dan memperluas akses ke pasar global.
(dpu/dpu)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global
Next Article Berkah Insentif Pajak di Balik UMKM Dimsum Rumahan